Lapan6online.com : Saat ini pola 1965 sedang dimainkan seperti adanya agitasi dan propaganda sehingga memunculkan hiruk pikuk tidak menentu. Demikian dikatakan Menteri Keuangan Era Presiden Soeharto Fuad Bawazier dalam artikel berjudul “Ingat Tahun-Tahun Vivere Pericoloso”.
Menurut Fuad, saat ini tentu tidak mudah menunjuk hidung aktor yang memunculkan agitasi dan propaganda. “Sebab dulu masih ada PKI dan organisasi-organisasi underbouwnya tapi kini semua tanpa bentuk sehingga biasa disebut OTB (organisasi tanpa bentuk),” ungkapnya.
Kata Fuad, saat ini aktor pemainnya tidak selalu nampak. Yang dimainkan bisa jadi tidak sadar dan lebih celaka lagi kelompok yang bodoh yang hanya ikut ikutan bermain. Kini provokasi demi provokasi terus dilancarkan dengan berbagai cara bahkan menggunakan buzzer berbayar dan medsos.
Fuad mengatakan, setelah provokasi dahsyat RUU HIP, disinyalir provokasi-provokasi lain akan terus saling menyusul sampai benar-benar situasi politik panas dan meletus. Istilah tahun 1965, ibu pertiwi sedang hamil tua.
Kini tiba tiba kita melihat baleho baleho besar Presiden Soekarno Pemimpin Besar Revolusi (PBR) di jalan protokol. Baleho PBR ini bisa memancing baleho baleho lain seperti:
1. Presiden Suharto adalah Bapak Pembangunan Nasional,
2. Presiden BJ Habibie Bapak Teknologi Indonesia,
3. Presiden SBY Bapak Demokrasi, dll.
“Tentu kita berharap agar pancingan baleho PBR itu tidak berhasil.” Kata Fuad, muncul lagi provokasi lain, yaitu usulan masa jabatan presiden diubah menjadi 8 tahun. Tentulah gagasan ini akan meningkatkan suhu politik.
Sekali lagi, bukan untuk mengusut siapa aktor atau provokatornya atau agitatornya, tapi sudah dapat diduga kegiatan-kegiatam yang tidak produktip ini akan terus berlanjut, sehingga pemerintah menjadi semakin sulit mengatasi masalah ekonomi.
Meski yang paling diprovokasi umat islam, tapi bisa jadi yang paling diuntungkan dari provokasi ini justru umat Islam. Lihatlah sikap umat islam yang bulat bersatu padu menghadapi RUU HIP, baik MUI, NU, Muhammadiyah, HMI, ICMI, FPI, dll. Mereka solid menolak Pancasila yang sedang diobok obok.
“Kejadian sekarang yang mirip-mirip dengan suasana sebelum Peristiwa G30S/PKI ini, bertepatan pula dengan Pemerintah Pusat yang sedang mempunyai hubungan mesra dengan Pemerintah Cina,” pungkasnya. (Suaranasional.com)