“Praktik dinasti politik ini menghasilkan orang yang tidak kompeten yang menjadi pemimpin di suatu daerah karena memiliki peluang yang jauh lebih besar daripada orang yang berkompeten,”
Oleh : Silvia Casmadi S.T
JAKARTA | Lapan6Online : Sistem demokrasi di negeri ini berada di titik nadir. Sampai saat ini, janji kesejahteraan rakyat tak kunjung terbukti. Bukan mewakili suara rakyat, demokrasi hanya sebagai tameng politik oligarki yang diam-diam membabat habis cita-cita demokrasi.
Seperti yang diungkap oleh Penulis Senior for Strategic of International Studies (CSIS), J. Kristiandi, bahwa demokrasi sudah cacat sejak lahir. Cacatnya sistem ini karena memang telah disalahgunakan oleh pelaku politik untuk kepentingan yang dijalankan secara pribadi (dinasti) maupun kekuatan partai (oligarki).
Begitu juga, Akademisi Universitas Gajah Mada, Kuskrido Ambardi dalam diskusi akhir tahun Fisip UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan bahwa politik dinasti sudah “direncanakan” untuk terjadi.
Jelang Pilkada 2020, mulai ramai diperbincangkan sederet nama yang akan maju dalam Pilkada tersebut. Partai PDIP telah mengusung Gibran Rakabuming Raka Putra sulung Presiden Joko Widodo sebagai wali kota Solo 2020. Bobby Afif Nasution juga mendapat kesempatan untuk maju dalam Pilkada 2020.
Disusul Siti Nur Azizah, Putri Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang diusung oleh PKS yang maju dalam pilkada Tangsel 2020. Juga Rahayu Saraswati Djojohandikusumo, keponakan Prabowo Subianto pun diusung oleh PDIP dan Gerindra sebagai calon wali kota Tangsel. Tak ketinggalan Pilar Saga Ichsan, anak Bupati Serang, Ratu Tatu Chasanah resmi mendapat rekomendasi partai Golkar dan PPP maju sebagai calon wali kota Tangsel 2020. Seperti yang dilansir akurat.co,(19/7/2020).
Bila ditelaah lebih dalam, makin terlihat jelas bahwa fenomena oligarki dan dinasti politik di Indonesia sedang berkuasa. Pihak-pihak yang memiliki otoritas terlihat memanfaatkan kekuasaanya untuk mengusung pencalonan dari keluarga sendiri.
Dinilai memiliki kekuasaan yang sangat besar, sangat mungkin terjadi penyelewengan kekuasaan dan mengakibatkan konflik di masyarakat. Akibat dari dinasti politik ini mengancam maraknya korupsi sumber daya alam, kebocoran sumber pendapatan daerah serta penyalahgunaan APBN maupun APBD.
Politik dinasti dan oligarki akan melumpuhkan demokrasi, karena merosotnya peran masyarakat dalam menentukan pemimpin atau calon yang maju dalam Pilkada telah diskenario. Dan pemenangnya pasti kerabat dari elite yang sedang berkuasa.
Praktik dinasti politik ini menghasilkan orang yang tidak kompeten yang menjadi pemimpin di suatu daerah karena memiliki peluang yang jauh lebih besar daripada orang yang berkompeten.
Publik harus peka terhadap kondisi saat ini, karena maraknya dinasti dan oligarki politik yang dilakukan oleh elite penguasa. Satu satu jalan untuk menyingkirkan dinasti dan oligarki politik ialah dengan mencabut akar dari semua masalah terjadi yaitu demokrasi. Karena bertahun-tahun sistem ini dipakai, namun tak kunjung menyelesaikan permasalahan yang ada.
Adapun Islam telah mengajarkan kepemimpinan dengan tujuan menegakkan agama dengan menjalankan syariatnya demi memenuhi kemaslahatan umat.
Politik dalam Islam memiliki tujuan yaitu mengurusi urusan umat dengan berlandaskan hukum Allah yang tidak akan berat sebelah. Takaran adil dan tidaknya berdasarkan hukum Allah bukan penilaian manusia yang subjektif. Hukum-hukumnya pun jelas dari Al-Qur’an dan Sunnah bukan buatan manusia yang setiap tahunnya bisa direvisi sambil dijadikan proyek besar.
Dalam kitab al-Mu’aradhah Fi al-Islam, Jabir Qamihah menjelaskan pemimpin adil ialah pemimpin yang bertakwa, menjalankan amanah kepemimpinan. Begitu juga firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa’ ayat 58 yang artinya, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Kepemimpinan itu sebuah perkara yang besar dan berat pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Rasul juga telah mengingatkan kita,“Siapa yang diamanati Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia tidak memimpinnya dengan tuntunan yang baik, maka ia tidak akan dapat merasakan bau surga.” (HR Al-Bukhari dan Muslim). ****