Politisasi Bansos Keniscayaan dalam Sistem Demokrasi

0
43
Widya Utami/Foto : Ist.

OPINI | POLITIK

“Maka tidak heran jika bansos di jadikan sebagai alat berkampanye, untuk mengambil simpati dan perhatian rakyat. Dengan begitu, mereka akan mudah mendapatkan suara rakyat,”

Oleh : Widya Utami

AKHIR-akhir ini, menjelang pemilu pada tanggal 14 Februari 2024 mendatang, masyarakat Indonesia dibanjiri dengan banyaknya bansos. Sebagaimana pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka menjadikan bansos sebagai alat kampanye. Presiden Joko Widodo dan menteri-menterinya pun juga ikut bergabung dalam tim kampanye Paslon tersebut.(bbc.com/indonesia)

Pembagian bansos ini sudah dimulai sejak beberapa bulan di akhir tahun kemarin. Bansos yang di bagikan kepada rakyat berupa bantuan beras 10 kilogram (kg), BLT El Nino Rp 200 ribu per bulan dan yang terbaru BLT Miltigasi resiko pangan Rp 200 ribu per bulan. (detikFinance.com)

Hasil survei terbaru, ternyata bansos lebih banyak diminati oleh rakyat Indonesia. Burhanuddin Muhtadi, selaku Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia menyatakan bahwa, sebanyak 15 persen rakyat Indonesia mengaku sangat puas. Dan 61,5 persen lainnya mengaku cukup puas.

“Hasilnya 76,5 persen kalau kita bulatkan 77 persen masyarakat sangat puas dan cukup puas,” kata Burhanuddin dalam perincian hasil survei secara online, Kamis (18/1). (cnnindonesia.com)

Jika dilihat hasil survei terbaru indikator politik Indonesia tersebut, maka tidak heran jika bansos di jadikan sebagai alat berkampanye, untuk mengambil simpati dan perhatian rakyat. Dengan begitu, mereka akan mudah mendapatkan suara rakyat.

Kekuasaan di sistem demokrasi kapitalisme menjadi tujuan yang akan di perjuangkan dengan segala macam cara, tanpa memperhatikan standar halal dan haram. Tidak heran, karena sistem ini jelas mengabaikan aturan agama dalam kehidupan. Oleh karena itu setiap peluang akan dimanfaatkan.

Di sisi lain, dengan kesadaran politik yang rendah, rendahnya pendidikan dan kemiskinan menjadi problem kronis negara, masyarakat akan berpikir pragmatis, sehingga mudah dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu.

Negara seharusnya mengentaskan kemiskinan dengan cara komprehensif dan dari akar persoalan, bukan hanya sekedar dengan bansos berulang, apalagi meningkat saat menjelang pemilu. Sebab semua itu bukan solusi yang tepat dalam mengatasi kemiskinan. Melainkan hanya akan menambah biaya pengeluaran negara dan masalah kemiskinan tidak akan pernah teratasi.

Berbeda dengan kehidupan di bawah naungan sistem Islam. Islam mewajibkan negara menjamin kesejahteraan rakyat individu per individu, dan Islam memiliki berbagai mekanismenya. Islam juga menetapkan kekuasaan adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Sehingga penguasa akan benar-benar serius mengurus rakyat sesuai dengan hukum syara.

Islam juga mewujudkan SDM berkepribadian Islam, termasuk amanah dan jujur. Negara juga akan mengedukasi rakyat dengan nilai-nilai Islam termasuk dalam memilih pemimpin, sehingga umat memiliki kesadaran akan kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Seorang muslim yang menjadi pemimpin pun jelas berkualitas karena iman dan takwanya kepada Allah serta memiliki kompetensi, tidak perlu pencitraan agar disukai rakyat.

Dengan adanya sosok pemimpin yang telah disebutkan, maka akan terwujudlah kesejahteraan rakyatnya, dan tentunya dengan penerapan sistem Islam secara menyeluruh. Tanpa adanya penerapan aturan Islam, tidak akan pernah ada sosok pemimpin yang beriman dan bertakwa. Maka dari itu, melihat kepribadian dan karakter sosok calon pemimpin saja tidak cukup. Tapi, lihatlah dengan sistem apa dia akan memimpin rakyatnyanya.

Jika kita ingin melihat dari banyaknya bukti yang ada, tentang bagaimana sistem Islam mampu menyejahterakan umat. Maka kita bisa melihat bagaimana kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, beliau sangatlah adil dan jujur, hanya dalam tempo dua tahun lima bulan pasca pelantikannya sebagai khalifah (pemimpin), semua rakyatnya tersejahterakan, tak ada satupun rakyat yang miskin dan sengsara pada zaman kepemimpinannya. Semua itu tidak terlepas karena aturan Islam yang beliau terapkan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 96). (*)

*Penulis Adalah Aktivis Dakwah