Penulis: M. Rizal Fadillah, (*)
Lapan6online.com : WARTAWAN senior Dandhy Laksono menyatakan Jokowi adalah presiden yang paling jenius yang kita punya. Cuitannya ini mengomentari laporan CNN yang tidak memasukkan Indonesia ke dalam 10 besar negara terpapar wabah corona. Entah ini pujian serius atau sindiran.
Kecenderungan sindiran tentu lebih kuat karena mengaitkan tidak masuknya Indonesia pada 10 besar negara karena memang Indonesia tidak memiliki data.
Komentar netizen beragam ada yang menyebut jenius karena sekolah tak jelas bisa memimpin negara besar. Ada yang menghubungkan dengan utang besar. Adapula yang menyinggung kemampuan membedakan mudik dengan pulang kampung. Rupanya judul sang wartawan cukup menarik dan merangsang komentar.
Baru saja bangsa Indonesia menerima pidato puja-puji dan kesaksian seorang menteri yang menyatakan Jokowi adalah Presiden yang terus berjuang untuk rakyat. Juga memberantas korupsi. Pokoknya Presiden hebat yang harus didukung.
Namun terhadap sang menteri pada umumnya tanggapannya serius, karena ucapan itu dinilai bukan basa-basi apalagi sindiran, tetapi keyakinan. Makanya disamakan dengan “syahadat”- saya bersaksi.
Presiden yang dikenal jenius dan mumpuni mengelola negara meski ada kelemahan yaitu Soekarno dan Soeharto. Habibie dikenal jenius keilmuan. Nah jika Jokowi disebut paling jenius tentu akan banyak pernyataan kontra. Dari sisi apakah nilai tambah kepemimpinannya itu. Masyarakat justru menilai terjadi kemerosotan pengelolaan negara.
Menurut Prof. Jeffrey Winters dari Northwestern University sebagaimana dikutip oleh Wall Street Journal, Jokowi adalah Presiden terlemah sejak masa Gus Dur.
Kesalahan utama adalah Jokowi terlalu cepat jadi Presiden. Dari seorang Walikota Solo tiba-tiba memimpin negara besar seperti Indonesia. “Presiden paling lemah di dalam perjalanan sejarah kepemimpinan nasional Indonesia” ujarnya.
Ada dongeng tentang “Raja Bodoh” yang gemar pencitraan dan pujian dengan baju-baju bagusnya. Dua penipu tukang membuat baju menyatakan bisa membuat baju bagus sekali dan hanya bisa dilihat oleh orang pintar.
Raja mengenakan “baju yang hanya bisa dilihat orang pintar” keliling keluar. Semua orang karena tak mau disebut bodoh memuji-muji bagusnya baju Raja. termasuk Raja itu sendiri. Hanya anak kecil jujur yang berteriak bahwa Raja telanjang tidak pakai baju. Akhirnya Raja malu dan tertipu sendiri oleh pecitraan palsu.
Haruskah kita sekarang semua memuji juga bahwa Presiden adalah yang paling jenius agar kita menjadi warga negara yang pintar? Tentu tidak.
Lebih baik menjadi anak kecil yang jujur saja, (*)
*) Penulis adalah pemerhati politik dan kebangsaan,
Disclaimer: Setiap berita opini di kanal ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada redaksi dan redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.