OPINI
“Gegap gempita program MSIB menjadi euforia yang terasa bak angin segar. MSIB diklaim terbukti mampu mengurai ruwetnya birokrasi kampus atas persoalan magang sekaligus solusi persoalan link and match antara kesiapan mahasiswa, lulusan, dan kebutuhan iduka,”
Oleh : Halizah Hafaz Hutasuhut S.Pd
UNIVERSITAS Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) telah mengadakan seminar persiapan magang dan studi independent bersertifikat batch 3 tahun 2022 di Auditorium Kampus Utama UMSU (Selasa, 21/06/2022).
Kegiatan ini dibuka oleh wakil rektor 3 UMSU Dr. Rudianto M.Si dengan menghadirkan narasumber CDAC Sukma Lesmana SE, M.Si, Ketua MBKM UMSU Murviana Koto M.Si serta Lufriansyah SE M.Si selaku PIC MSIB UMSU.
Acara seminar ini membahas terkait dengan kiat sukses dalam melakukan interview serta tips dalam membuat curriculum vitae, sekaligus dengan kegiatan sosialisasi MSIB 3. Jadi Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) merupakan salah satu bagian dari kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa/i untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai persiapan karier masa depan.
Dari program ini diharapkan mahasiswa/i yang mengikutinya akan mendapatkan banyak benefit seperti, eksplorasi pengetahuan dan kemampuan di lapangan selama lebih dari satu semester, menimba ilmu secara langsung dari mitra berkualitas dan terkemuka, belajar dan memperluas jaringan di luar program studi atau kampus asal dan mendapatkan kegiatan praktik di lapangan yang akan di konversi menjadi SKS.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Nizam mengatakan program MSIB ini bertujuan untuk menyediakan ruang bagi mahasiswa agar mendapatkan pengalaman dalam mengetahui dunia profesi dan menciptakan tenaga kerja yang profesional. Mahasiswa yang hendak lulus disediakan tempat untuk memasuki dunia kariernya, dimana diberikan program pengembangan soft skill oleh pusat karier.
Lebih lanjut lagi Nizam mengungkapkan bahwa untuk memasuki dunia profesi tentu tidak cukup hanya belajar dari kelas, laboratorium, ataupun perpustakaan tetapi menceburkan diri langsung di dalam dunia profesi seperti yang dikutip dalam dikti.kemdikbud.go.id.
Gegap gempita program MSIB menjadi euforia yang terasa bak angin segar. MSIB diklaim terbukti mampu mengurai ruwetnya birokrasi kampus atas persoalan magang sekaligus solusi persoalan link and match antara kesiapan mahasiswa, lulusan, dan kebutuhan iduka.
Secara sistemis, pusat menarik persoalan tersebut, mempertemukan secara langsung apa yang disukai mahasiswa dan apa yang diinginkan iduka, serta mewadahinya dalam platform program MSIB. Perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan tinggi dipaksa memfasilitasi hak-hak mahasiswa yang menjalani MSIB ini. Jadilah capaian pembelajaran makin berorientasi personal dan individual.
Kampus terus membuat regulasi agar implementasinya ada payung hukum, membuat aturan konversi kredit transfer, sosialisasi dari level pimpinan hingga dosen dan mahasiswa, menjadi tambahan kesibukan civitas akademika selain tugas-tugas tri dharma dan tuntutan pemeringkatan kampus demi tetap menjaga status world class university-nya.
Tentu mahasiswa terbaik dan kompetitif sangat antusias mengikuti program MSIB demi eksistensi diri dan agar dapat direkrut perusahaan besar. Maka dari itu penting mengawal mahasiswa untuk memaksimalkan potensinya agar tidak hanya mengejar kepentingan pribadi semata serta turut mengawal mahasiswa dari pembajakan potensi yang hanya ditujukan untuk kepentingan profit industri dan investasi demi memenangkan persaingan global.
Penting pula untuk memastikan mahasiswa mendapatkan capaian keahlian pada setiap SKS yang ditempuh, agar benar-benar mampu melejitkan potensi calon intelektual yang tidak hanya sebatas lulus kuliah karena menyelesaikan SKS saja. Mahasiswa harus dipersiapkan menjadi intelektual yang menguasai keahlian di bidangnya agar mampu menerima tanggung jawab besar jika negara membutuhkan keahliannya dalam melayani kepentingan umat dan menyelesaikan persoalan bangsa.
Hal yang juga harus diperhatikan adalah terkait keoptimalan, jangan sampai usia dan potensi muda mereka menjadi tidak tereksplorasi maksimal karena telah disibukkan pada persoalan teknis sederhana di industri tempat mereka magang dan hanya mencukupkan diri sebagai pekerja pabrikan.
Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka edisi MSIB ini perlu diwaspadai karena ada kekhawatiran terjadi mekanisme terstruktur dalam pembajakan potensi generasi terbaik bangsa melalui program ini. Apalagi UMSU telah memasuki MSIB batch 3.
Sebab dunia pendidikan saat ini menerapkan sistem pendidikan sekuler yang tidak menjadikan agama (Islam) sebagai asasnya. Untuk menanamkan prinsip materialisme, perguruan tinggi difokuskan untuk mencari kerja. Mereka juga memasukkan pemahaman moderasi Islam, HAM, pluralisme, dan lain-lain dalam dunia pendidikan.
Belum lagi program teknopreneur yang ditujukan ke pesantren, membuat alih fungsi pesantren yang harusnya mencetak generasi ulama menjadi pengusaha. Akhirnya, saat lulus, ilmu yang diperoleh di pesantren tidak melekat dengan benar. Demikian pula di kampus, lulus kuliah dan siap kerja menjadi acuan dalam membuat kurikulum.
Adapula mengenai pemberdayaan pemuda, mereka dijadikan duta-duta (krisis, iklim, perdamaian, ekonomi, dll) dalam berbagai kegiatan yang melalaikan tujuannya sebagai muslim. Belum lagi arus 5F (fun, food, fashion, film, faith) dan 1S (sing) juga dilancarkan. Hal ini membuat para pemuda terlena dengan glamor nya dunia.
Mereka lupa bahwa tujuan hidup sebenarnya adalah taat pada Allah SWT. Mereka pun menjadi pemuda yang pragmatis karena terdidik dengan pendidikan yang pragmatis pula. Seluruh cara ini adalah upaya untuk menyibukkan dan menjauhkan pemuda dari perannya (perubahan hakiki). Dengan realita ini menunjukkan bahwa potensi hakiki pemuda telah dibajak. Padahal pemuda memiliki potensi yang begitu besar, dengan demikian perlu untuk mengarahkan mereka kepada perubahan yang benar.
Bagi pemuda muslim, kebenaran hanya ada pada Allah SWT. Sumber ilmu pengetahuan ada pada Al-Qur’an. Oleh karenanya, pemuda yang meletakkan keimanan di atas akal akan senantiasa mendapat petunjuk ke jalan yang lurus. Penting pula melakukan edukasi kepada para pemuda bahwa mereka adalah salah satu tumpuan agama.
Mereka adalah muslim yang akan dimintai pertanggungjawaban tentang masa mudanya dihabiskan untuk apa. Sebab pemuda juga merupakan pemimpin masa depan. Mereka seharusnya memiliki visi pemuda Islam yang terdiri dari menjadi pejuang Islam dan penolong agama Allah untuk Izzul Islam wal Muslimin.
Secara sadar pemuda harus dipersiapkan pendidikan yang baik oleh keluarga maupun sekolah yang membentuk kepribadiannya agar berkepribadian Islam. Pemuda yang berkepribadian Islam ini akan tampak pada pendapatnya, sikapnya dan tingkah lakunya yang sesuai dengan Islam.
Mereka senantiasa membela Islam, menjaga dirinya agar tetap mulia dengan Islam, memilih teman agar tetap istiqomah dalam perjuangan menuju kemuliaan dengan diterapkan hukum Islam secara kaffah (keseluruhan). Pemuda yang berkepribadian Islam senantiasa memperhatikan umat agar segera terbebas dari ide-ide sesat yang bersumber dari kapitalisme-sekularisme. Dan senantiasa mendakwahkan dan memperjuangkan tegaknya penerapan Islam dalam kehidupan.
Kemudian Islam memandang pendidikan sebagai penyangga peradaban sekaligus mekanisme untuk memastikan kelangsungan tersedianya pemuda-pemuda terbaik dalam jumlah yang besar. Pendidikan dalam Islam, termasuk pendidikan tinggi, diselenggarakan untuk mencetak generasi unggul yang berkontribusi untuk memberi manfaat sebesar-besarnya bagi umat.
Potensi generasi diarahkan dalam mendukung terwujudnya Islam rahmatan lil ’aalamiin. Serta kesadaran akidah generasi muslim akan dibangun agar anugerah potensi dan kelebihan yang Allah berikan menjadi amanah yang mendekatkan dirinya pada ridha Allah dan menjauhkan diri dari tujuan yang rendah, seperti sekadar mengejar eksistensi diri dan kebahagiaan dunia. Dalam Islam, pendidikan adalah kebutuhan asasiyah yang harus diselenggarakan oleh negara, yang para pemimpin akan memberikan layanan terbaik dalam pemenuhannya. Ditambah penerapan sistem ekonomi Islam memungkinkan negara bertanggung jawab secara penuh dalam pengelolaan pendidikan dan layanan masyarakat lain seluruhnya. (*)
*Penulis Adalah Aktivis Dakwah dan Praktisi Pendidikan