Provokasi Trump: Siapa Yang Percaya Angka Kematian Akibat Corona di China?

0
49
Donald Trump. (foto net)

Washington | Lapan6online.com | Wabah corona yang ganas di Amerika Serikat (AS) diperparah dengan sengketa saling tuding antara AS dengan China. Jika sebelumnya China menuduh AS berkonspirasi dalam penyebaran Covid-19 yang mewabah di Wuhan, kini Provokasi dilakukan AS lewat Presiden Donald Trump.

Dalam sebuah pernyataan Trump meragukan jumlah kematian akibat pandemik Covid-19 di China yang disebutnya melebihi AS. Pernyataan itu dilontarkan Trump dalam pembukaan konferensi pers harian satgas Covid-19 AS pada Sabtu (18/4/2020).

Saat itu, Trump melontarkan kecaman terhadap media. Menurutnya, banyak media yang melaporkan data resmi dengan sudut pandang yang membuat AS tampak buruk dalam hal penanganan kasus infeksi virus corona atau Covid-19.

Padahal, menurut Trump, tingkat kematian akibat virus corona di China lebih tinggi dari Amerika Serikat.

“Ketika berita palsu (bohong) keluar di sana (China) dan mereka mulai berbicara tentang Amerika Serikat adalah nomor satu. Bahkan tidak menutup (kemungkinan), mereka (China) jauh di depan kita dalam hal kematian,” kata Trump.

Pernyataan Trump ini didukung penuh oleh koordinator respon Gugus Tugas Corona di Gedung Putih, Deborah Birx.

“China tidak mungkin melakukan lebih baik daripada sistem pengiriman layanan kesehatan yang sangat maju dari Inggris, di Perancis di Belgia, di Italia, di Spanyol, dengan dokter dan perawat dan peralatan yang luar biasa,” kata Birx dengan membeberkan grafik angka kematian per kapita di seluruh dunia.

Seperti dilansir Russia Today, Trump kemudian menyela pernyataannya itu. “Siapa yang percaya angka-angka ini?” kata Trump, menunjuk ke China dan Iran. Dia menambahkan bahwa publik melihat banyak kantong jenazah di televisi daripada angka-angka resmi yang dirilis.

Diketahui bahwa China merevisi penghitungan virus corona resmi pada Jumat (7/4/2020). Pihak berwenang China menyebut bahwa ada 1.290 kematian lainnya di kota Wuhan, di mana penyebaran awal virus tersebut terjadi.

China mengklaim, perhitungan ulang itu dilakukan karena adanya pelaporan yang lambat atau kelalaian dalam pendataan pada tahap awal virus corona mewabah. Dengan demikian, setelah revisi, total korban meninggal dunia di China akibat virus corona secara resmi menjadi 4.632 kematian dari 88.242 kasus infeksi yang dikonfirmasi.

Sementara itu di Amerika Serikat, jumlah korban meninggal dunia akibat virus corona mencapai lebih dari 39.000 dari sekitar 730.000 kasus infeksi yang dikonfirmasi. Jika dilihat secara angka, jumlah infeksi dan korban meninggal dunia akibat virus corona di Amerika Serikat lebih tinggi daripada Amerika Serikat.

Namun begitu, jika merujuk pada keterangan Penduduk Wuhan yang mengatakan lebih dari 500 guci mereka yang meninggal akibat corona telah dibagikan kepada keluarga yang berduka. Setiap hari. Dari tujuh tempat penyimpanan abu terpisah. Ini berarti abu 3.500 orang didistribusikan setiap 24 jam.

Laporan sebelumnya menyatakan bahwa Hankou menerima dua pengiriman 5.000 guci hanya dalam dua hari, menurut media setempat. Itu terjadi ketika provinsi melonggarkan kuncian selama dua bulan dari 50 juta orang. Mereka yang dinyatakan sudah sembuh mendapat sertifikat “hijau” diizinkan meninggalkan provinsi itu mulai tengah malam pada 25 Maret. Pertama kali diizinkan keluar dari wilayah itu sejak 23 Januari.

“Itu tidak benar karena insinerator telah bekerja sepanjang waktu, jadi bagaimana bisa begitu sedikit orang yang mati?” ujar Zhang kepada RFA. Dia berbicara tentang klaim kematian yang hanya 3.200-an.

Penduduk lainnya, Mao mengatakan, “Mungkin pihak berwenang secara bertahap melepaskan angka-angka nyata, secara sengaja atau tidak sengaja. Sehingga orang secara bertahap akan datang untuk menerima kenyataan.”

Sebuah sumber yang dekat dengan pihak berwenang di Provinsi Hubei mengatakan, banyak warga telah meninggal di rumah mereka tanpa didiagnosis secara resmi. Mereka mengklaim perkiraan angka itu tidak berlebihan karena dalam satu bulan, 28.000 kremasi terjadi. Itu terjadi ketika Italia dan AS telah menyusul China sebagai sarang virus. Telah membunuh lebih dari 30.000 dan menginfeksi 664.695 di seluruh dunia.

Italia telah melaporkan lebih dari 97.000 kasus dan lebih dari 10.000 kematian. AS telah melaporkan 137.294 kasus dan lebih dari 2.000 kematian.

Tudingan bahwa pemerintah China berbohong soal angka kematian yang dipublikasikan ini belum direspon oleh otoritas setempat.

(*/RedHuge/Lapan6online)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini