Puluhan Ribu Nelayan Tak Bisa Melaut Tak Diurus, Gubernur Ganjar Sibuk Berpolitik?

0
15
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo/Foto : Dok.Detikcom

POLITIK | NUSANTARA

“Tingginya harga solar itu jelas memberatkan nelayan. Para nelayan tak punya cukup uang untuk membeli solar guna menyalakan mesin perahunya. Ironisnya, harga ikan hasil tangkapan mereka tidak naik,”

Lapan6Online : Puluhan ribu nelayan di Jawa Tengah hanya bisa merenungi nasib. Mereka tak bisa mengais rejeki di laut lantaran harga solar mahal. Apesnya lagi, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo sibuk berpolitik ketimbang urus mereka.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jateng, Riswanto mengatakan, sebanyak 60 persen kapal nelayan di provinsi yang dipimpin Ganjar Pranowo tidak bisa melaut, karena mahalnya harga solar. “Hampir 3.000-an kapal di Pantura Jateng, itu 60 persen atau sekitar 1.800 kapal tidak berangkat melaut,” kata Riswanto, dikutip, pada Kamis (23/6/2022).

Sejak empat bulan ini, menurut Riswanto, harga solar terus naik. Saat ini mencapai Rp17.000 per liter. Padahal harga empat bulan lalu berkisar Rp 8.000 per liter.

Riswanto mengatakan, tingginya harga solar itu jelas memberatkan nelayan. Para nelayan tak punya cukup uang untuk membeli solar guna menyalakan mesin perahunya. Ironisnya, harga ikan hasil tangkapan mereka tidak naik.

Besar pengeluaran ketimbang penghasilan.
Dengan harga solar Rp17.000 per liter, kata dia, ongkos belanja solar selama melaut dua bulan, membengkak 30 persen. Biasanya Rp700 juta, naik menjadi Rp1 miliar. Belum ditambah biaya lainnya.

“Kalau dipaksa beli Rp17.000, perbekalan membengkak. Kalau harga ikan tidak mengikuti, kita merugi. Kita pilih ndak jalan (melaut), menunggu harga solar murah. Yang sementara jalan ini rata-rata nambah utang, soalnya rata-rata ada tanggungan bank, jadi harus ngangsur,” ungkapnya.

Menurut Riswanto, kenaikan harga solar ini tidak hanya merugikan pemilik kapal saja, tetapi juga berdampak pada para ABK. Mereka terpaksa menganggur karena kapal tempat mereka bekerja tidak melaut. “Satu kapal rata-rata ada 25 orang ABK, itu sudah berapa yang terdampak. Kalau 1.800 kapal yang tidak melaut, artinya ada sekitar 45.000 ABK yang menganggur,” ujarnya.

Selain menambah pengangguran, banyaknya kapal yang tidak melaut karena tidak mampu membeli solar juga berpotensi menimbulkan permasalahan lain, antara lain kapal cepat rusak. Hal itu terjadi karena bodi kapal-kapal yang menumpuk saling bersenggolan. “Penumpukan kapal di pelabuhan juga bisa memicu pencurian onderdil kapal hingga kebakaran,” kata dia.

Riswanto mengatakan, para nelayan di Jawa Tengah berharap ada harga solar khusus untuk nelayan. Harga solar khusus nelayan ini diharapkan tidak lebih dari Rp9.000 per liter.

“Perwakilan nelayan di Jateng sudah mengomunikasikan keinginan kami ini kepada pemerintah pusat melalui staf dari Kantor Staf Kepresidenan. Kami masih menunggu keputusannya bagaimana,” tandasnya.

Ini jelas masalah serius. Seharusnya Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo hadir untuk menyelesaikan masalah berat yang menimpa warganya. Apalagi dia adalah kader PDI Perjuangan yang selalu diidentikkan dengan wong cilik. Nyatanya, dia malah sibuk pencitraan demi mengejar kursi presiden. Padahal, ditetapkan sebagai capres saja, belum tentu. (*inlh/red)

*Sumber : inilah.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini