OPINI
“Bebasnya para pemilik modal baik asing, aseng maupun asong menanam investasi di semua lini menjadi pelengkap derita anak negeri. Sehingga pejabat yang menutup mata atas derita rakyat itu hal yang biasa,”
Oleh : Nidya Lassari Nusantara
KRISDAYANTI viral. Wawancaranya di salah satu channel youtube membicarakan gaji Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menjadi sorotan rakyat. Mulai dari gaji bulanan mencapai puluhan juta sampai uang tunjangan ratusan juta, membuat rakyat Indonesia kecewa dan marah. Sebelumnya juga telah menjadi isu hangat saat rakyat terperanjat mengetahui limpahan harta para pejabat semakin meroket tinggi selama pandemi.
Sementara rakyat terutama kelas ekonomi menengah ke bawah posisinya makin sulit dan terjepit. Mulai dari banyak pengangguran akibat perusahaan gulung tikar, sampai kebijakan ppkm yang membuat rakyat perlahan sakit mental. Ironinya, bukannya mengoreksi diri. Para pengurus negeri ini justru asyik membuat klarifikasi pembelaan diri akan pundi – pundi rupiah yang melangit tinggi di masa pandemi.
Pemerintah tanpa empati. Penguasa tanpa belas kasih. Ini hal biasa di dalam ideologi kapitalis. Ideologi ini memberikan 4 kebebasan yang dijamin oleh negara. Kebebasan berakidah, kebebasan berpendapat, kebebasan berprilaku dan kebebasan kepemilikan. Tolak ukur perbuatannya adalah manfaat dan akidahnya sekuler, yaitu memisahkan aturan sang pencipta dari kehidupan.
Penderitaan rakyat yang mendatangkan manfaat justru menjadi ladang baru untuk para pengurus rakyat ini. Korupsi dana bansos kerap terjadi. Bebasnya para pejabat memiliki perusahaan di sana – sini. Bebasnya para pemilik modal baik asing, aseng maupun asong menanam investasi di semua lini menjadi pelengkap derita anak negeri. Sehingga pejabat yang menutup mata atas derita rakyat itu hal yang biasa. Yang ada di pemikiran hanya bagaimana kekuasaan menjadi ladang menumpuk harta.
Malang sungguh malang nasib rakyat Indonesia jika masih ideologi kapitalis yang dianut para penguasa. Allah swt berfirman dalam al Quran Surat Ar-Ra’d Ayat 11: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri’.
Ayat ini tegas menjelaskan bahwa perubahan tidak akan pernah terjadi jika manusia tidak mau mengusahakan perubahan itu. Rakyat Indonesia sudah saatnya berpikir bahwa ideologi kapitalis hanya akan membawa nasib bangsa teriris. Perubahan harus di rencanakan dan direalisasikan. Ideologi kapitalis telah terbukti nyata gagal menjadi aturan hidup begitu pula para pengembannya. Para penguasanya telah gagal mengurusi rakyat.
Adakah ideologi yang mampu menjadi aturan hidup yang menentramkan jiwa, menenangkan akal dan terbukti secara fakta bukan sekedar teori?
Jangan pernah melupakan sejarah. Islam adalah din yang diturunkan Allah ke dunia untuk rahmat bagi seluruh alam. Agama ini disampaikan melalui wahyu yang diberikan kepda nabi Muhammad saw, bukan hanya sekedar penyempurna ibadah agama sebelumnya tetapi juga penyempurna aturan hidup baik alam semesta, manusia dan kehidupan.
Sejak memimpin Madinah. Nabi Muhammad dan para sahabat telah mencontohkan bagaimana Islam mengatur segala yang ada di dunia dengan aturan Allah SWT. Salah satu contoh sahabat yang memimpin negara dengan prinsip tunduk dan patuh pada aturan Allah SWT adalah Umar bin Khathathab.
Pada masa kepemimpinan Umar bin al-Khaththab ra. pernah terjadi paceklik di daerah Hijaz. Penduduk pedesaan banyak yang mengungsi ke Madinah.
Mereka tidak lagi memiliki bahan makanan sedikitpun. Mereka segera melaporkan nasib mereka kepada Khalifah Umar bin al-Khaththab ra.
Khalifah Umar ra. cepat tanggap, segera mengambil langkah nyata untuk menyelesaikan . Beliau segera membagi-bagikan makanan dan uang dari Baitul Mal hingga gudang makanan dan kas Baitul Mal menjadi kosong. Beliau pun memaksakan dirinya untuk tidak makan lemak, susu maupun makanan enak lainnya yang dapat membuat gemuk hingga musim paceklik ini berlalu.
Jika sebelumnya selalu dihidangkan roti, lemak dan susu, pada masa paceklik ini beliau hanya makan minyak dan cuka. Beliau hanya mengisap-isap minyak dan tidak pernah kenyang dengan makanan tersebut. Akibatnya, warna kulit beliau menjadi hitam. Tubuhnya pun menjadi kurus. Banyak yang khawatir beliau akan jatuh sakit dan lemah. Kondisi ini berlangsung selama 9 bulan.
Khalifah Umar ra. selalu mengontrol rakyatnya di Madinah pada masa paceklik ini. Menyaksikan kondisi rakyatnya makin menderita, beliau mengirim surat kepada gubernurnya di Irak, Abu Musa al-Asy’ári ra., yang isinya: “Bantulah umat Muhammad saw. Mereka hampir binasa!”
Beliau pun mengirim surat yang sama kepada Gubernur Mesir ‘Amru bin al-‘Ash ra. Kedua gubernur ini segera mengirimkan bantuan ke Madinah dalam jumlah besar. Terdiri dari makanan dan bahan pokok berupa gandum. Abu Ubaidah ra. pun pernah datang ke Madinah membawa 4000 hewan tunggangan yang dipenuhi makanan. Khalifah Umar ra. segera memerintahkan dia untuk membagi-bagikan makanan tersebut di perkampungan sekitar Madinah.
Pada masa paceklik ini, Khalifah Umar ra. pernah keluar bersama Abbâs ra., paman Rasulullah saw., untuk melakukan shalat istisqâ’ (meminta hujan). Usai shalat Khalifah Umar ra. berdoa, “Ya Allah, sungguh jika kami ditimpa kekeringan sewaktu Rasulullah saw., masih hidup, maka kami meminta kepada-Mu melalui Nabi kami. Sekarang kami meminta kepada-Mu melalui paman Nabi kami.” (HR ath-Thabarani).
Tidak lama setelah itu, masa paceklik berakhir. Keadaan berubah kembali menjadi normal sebagaimana biasanya. Akhirnya, para penduduk yang mengungsi bisa pulang kembali ke rumah mereka.
Demikianlah. Khalifah Umar ra. berhasil melewati masa-masa kritis itu dengan bijaksana. Beliau mampu menyelamatkan rakyatnya dari musibah kekeringan dan kondisi sulit itu melalui kebijakannya yang tepat. Keteladanan Khalifah Umar ra. hanyalah satu dari sekian banyak keteladanan para pemimpin Islam sepanjang Kekhilafahan Islam.
Pemimpin Islam juga bukan pemimpin yang memanfaatkan kekuasaan. Berdasarkan situs resmi pakar perang salib dan perang pemikiran dalam sejarah Islam, Al Mauqi Ar Rasmi Li Duktur Ali bin Muhammad Al Audah Al Ghamidi menuliskan suatu saat di masa kehidupan Shalahuddin Al Ayyubi, seorang menteri bernama Yusuf bin Al Qabidh membangunkan rumah yang sangat indah untuk dia hadiahkan kepada Shalahuddin. Rumah itu dibangun di kota Damaskus. Uang pembangunannya diambil dari kas Kesultanan Ayyubiyyah, dan Yusuf membangunnya tanpa sepengetahuan Shalahuddin Al Ayyubi. Setelah selesai, Yusuf mengabarkan pada Shalahuddin agar bisa tinggal beristana di Damaskus menikmati rumah yang sudah disiapkan.
Namun mendengar kabar tersebut, Shalahuddin memutuskan untuk memecat Yusuf bin Al Qabidh, sembari berkata, “Sesungguhnya Allah tidak menciptakan kita untuk berdiam diri di Kota Damaskus, atau di tempat lainnya. Sungguh Allah menciptakan kita untuk beribadah pada-Nya dengan berjihad di jalan-Nya.”
Inilah penguasa yang lahir dari ideologi Islam, tidak tutup mata atas derita rakyat tapi justru merakyat. Pejabat yang tidak mengambil manfaat tapi justru bermanfaat. Wallahualam bishwab. (*)
*Penulis Adalah Praktisi Pendidikan Anak dan Remaja