Ratusan Tewas, Kanjuruhan Berduka

0
13
Rantika Nur Asyifa/Foto : Istimewa

OPINI | PERISTIWA

“Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen,”

Oleh : Rantika Nur Asyifa

BARU-baru ini dunia digegerkan dengan berita meninggalnya ratusan suporter bola. Pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya menimbulkan duka mendalam bagi dunia pesepakbolaan Indonesia. Sebanyak 127 orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pasca pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya.

Dilansir dari AntaraKaltara.com, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta dalam jumpa pers di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu, mengatakan dari 127 orang yang meninggal dunia tersebut, dua di antaranya merupakan anggota Polri.

Nico mengatakan, sebanyak 34 orang dilaporkan meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, sementara sisanya meninggal saat mendapatkan pertolongan di sejumlah rumah sakit setempat. Menurutnya, hingga saat ini terdapat kurang lebih 180 orang yang masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit tersebut.

Petugas pengamanan kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain. Dalam prosesnya, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata.

Menurutnya, penembakan gas air mata tersebut dilakukan karena para pendukung tim berjuluk Singo Edan yang tidak puas dan turun ke lapangan itu telah melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan official.

“Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen,” katanya, (AntaraKaltara.com, 2/10/22).

Foto : Net

Kerusuhan yang terjadi di Kanjuruhan adalah potret buruk fanatisme golongan, yang sudah berulang terjadi dan kali ini adalah yang paling parah akibatnya. Berulangnya kerusuhan dalam pertandingan sepak bola perlu peran kongkrit negara sehingga tidak terkesan adanya pembiaran.

Di sisi lain, tragedi ini terjadi akibat tindakan represif aparat dengan penggunaan gas air mata yang sejatinya dilarang penggunaannya dalam pertandingan sepak bola. Tragedi ini tak akan terjadi ketika fanatisme tak menjadi acuan dan aparat bertindak tepat dalam mengatasi persoalan.

Para pendukung dan penyuka club bola sudah sepatutnya bersikap sportif dan menerima hasil pertandingan, kalah ataupun menang. Jika memang mengalami kekalahan maka harus berlapang dada dan tetap mendukung club bola tercinta. Bukan melampiaskan kemarahan dengan mengincar dan turun ke lapangan mendatangi pemain atau official.

Jika ingin memberikan keluhan atau saran kepada pemain atau official maka ada jalurnya, tidak menunjukkannya dengan anarkisme. Sikap anarkisme itu tidak dibenarkan, karena begitu banyak menimbulkan dampak negatif hingga menelan korban jiwa. Kerugian yang ditimbulkan bukan hanya terhadap diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Walahu a’lam bisshawab. [*GF/RIN]

*Penulis Adalah Guru