Respon Kenaikan BPJS, Sekjen SPMI: Negara Hadir Seperti “Pemeras” Rakyat?

0
342
Sekjend Serikat Pekerja Migran Indonesia Nicho Silalahi. (foto dok. Lapan6online)

“Jadi di mana akalnya sehingga dirut BPJS Kesehatan yang digaji kurang lebih Rp 200 juta mengatakan negara hadir, sedangkan kenaikan Iuran tersebut menunjukan bahwa negara tidak lebih sebagai wujud ‘tukang palak’ bagi rakyatnya?”

Jakarta, Lapan6online.com : Sekjend Serikat Pekerja Migran Indonesia Nicho Silalahi menanggapi langsung Video Conference Direktur Utama BPJS Kesehatan Fahmi Idris Yang mengatakan, Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres 82/2018 tentang Jaminan Kesehatan sebagai bukti bahwa negara hadir”, menurut Nicho hanyalah sebuah bentuk Angkat Telor (Kalau Orang Medan mengatakan yang artinya menjilat Pemimpin).

Sementara perpres yang diteken Presiden Joko Widodo memuat tentang kenaikan Iuran peserta yang semangkin memberatkan rakyat Indonesia.

Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan itu menunjukan bahwa ‘Negara Hadir sebagai (Seperti) Pemeras Rakyat Sendiri’, sebab jika memang negara itu hadir maka seharusnya BPJS Kesehatan dibubarkan dan seluruh biaya kesehatan rakyatnya harusnya ditanggung oleh negara.” kata Nicho Silalahi kepada Lapan6online.com, Minggu (17/5/2020).

Menurutnya, kenaikan iuran bagi para peserta BPJS Kesehatan mulai Juli 2020 makin memberatkan para peserta mandiri, baik itu Kelas I, Kelas II hingga Kelas III.

“Hal ini dapat kita hitung dengan asumsi satu keluarga 4 Orang (Suami, Istri dan 2 Anak) maka dapat dirincikan sebagai berikut, Untuk iuran peserta mandiri kelas I naik 87,5 % dari sebelumnya Rp.80.000,- X 4 orang = Rp.320.000,- menjadi Rp150.000,- maka jika dikali 4 Orang Maka Setiap bulannya satu keluarga akan membayar sebesar Rp.600.000,- dari yang tadinya Cuma membayar Rp.320.000,- setiap bulannya maka sekarang menjadi Rp.600.000,- sehingga terjadi kenaikan beban tambahan Rp. 280.000,- persatu keluarga,” terang Nicho.

Ditambahkannya, Kelas II naik 96,07 % dari Rp.51.000 X 4 Orang = Rp204.000 menjadi Rp100.000 maka jika dikali 4 Orang Maka Setiap bulannya satu keluarga akan membayar sebesar Rp400.000,-. dari yang tadinya Cuma membayar hanya Rp204.000 setiap bulannya maka sekarang menjadi Rp.400.000 sehingga terjadi kenaikan beban tambahan Rp196.000 persatu keluarga.

Sementara, perpres baru juga menyebutkan bahwa iuran peserta mandiri kelas III baru akan naik itu pada tahun depan Pemerintah mendongkrak kenaikan iuran peserta mandiri kelas III sebesar 37,25 persen dari Rp25.500 menjadi Rp35 ribu.

“Bentuk aturan perpres dipilih karena tidak lagi memerlukan koordinasi dan persetujuan DPR RI, sehingga peraturan itu bisa langsung diterapkan dan itu juga menjadi fakta bahwa Pemerintah tidak peduli dengan kenaikan serta dampak yang akan terjadi dimasa datang.” kata Nicho.

Dia menegaskan, seharusnya pemerintah itu hadir untuk meringankan beban rakyat, sehingga kesejateraan rakya bisa segera terwujud seperti cita – cita kemerdekaan yang berdaulad adil dan makmur.

“Bukan malah menambah beban rakyat melalui kenaikan iuran BPJS Kesehatan ini,” beber Nicho.

“Jadi di mana akalnya sehingga dirut BPJS Kesehatan yang digaji ± 200 juta mengatakan negara hadir, sedangkan kenaikan Iuran tersebut menunjukan bahwa negara tidak lebih sebagai wujud tukang palak bagi rakyatnya?” terangnya.

Dia kembali menegaskan, jadi sangat jelas bahwa statement itu telah menghina akal sehat dan rasionalitas rakyat Indonesia.

“Maka dari itu kami Serikat Pekerja Migran Indonesia mengajak seluruh eleman masyarakat untuk menolak kenaikan Iuran BPJS Kesehatan dan bila perlu kita melakukan aksi Boikot Pembayaran Iuran BPJS Kesehatan.” tandasnya.

(RedHuge/Lapan6online)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini