Salamudin Daeng : Sampai Kapan Indonesia Dijarah Bandar Batubara?

0
42
Ekonom Salamudin Daeng/Foto : Net
“Kerusakan lingkungan akibat tambang-tambang batubara kian mengerikan, menghancurkan hutan, menghancurkan wilayah penghidupan masyakat lokal, menghasilkan pencemaran tanah air dan udara. Ruwet!,”

Jakarta | Lapan6Online : Dalam 10 tahun terakhir, lebih dari 3 miliar ton batubara telah dikirim Indonesia ke luar negeri. Lebih dari 3,8 miliar ton telah dikeruk dari bumi Indonesia dalam periode tersebut.

Perusahaan-perusahaan raksasa batubara Indonesia masuk dalam kelompok perusahaaan eksportir batubara teratas di dunia.

Indonesia adalah negera eksportir batubara terbesar kedua di dunia. Nama Indonesia sangat terkenal sebagai eksportir energi kotor. Namun apa manfaat yang didapat oleh bangsa Indonesia? Tidak ada!

Justru sebaliknya Indonesia dicaci maki dunia karena hidup dari ekspor energi kotor. Indonesia memproduksi listrik dengan energi kotor. Lebih dari 70 persen pembangkit listrik Indonesia dihasilkan oleh PLTU batubara.

Indonesia gagal merealisasikan komitmen menurunkan emisi sebagaimana amanat UU ratifikasi perubahan iklim UNFCCC. Apa yang didapat oleh pemerintah Indonesia? Tidak ada! BUMN Indonesia yang menghasilkan listrik, yakni PLN, merugi setiap tahun akibat disandera bandar batubara dan pembangkit PLTU.

Proyek 35 ribu megawatt yang dirancang pemerintah telah menjadi jeratan mematikan bagi PLN. Kewajiban membeli listrik swasta melalui skema Take or Pay (TOP) yang dihasilkan oleh energi kotor telah mengakibatkan BUMN PLN sebentar lagi gulung tikar. Apa yang didapat masyarakat Indonesia? Tidak ada! Meskipun produksi batubara begitu besar.

Namun harga energi listrik di dalam negeri sangat tinggi. Harga listrik di Indonesia jauh lehih tinggi dibandingkan harga listrik di India dan China yang kondisi ekonomi masyarakatnya lebih baik dari Indonesia. Industri nasional kalah bersaing karena masalah energi mahal, kalah jauh dari China dan India.

Sementara kerusakan lingkungan akibat tambang-tambang batubara kian mengerikan, menghancurkan hutan, menghancurkan wilayah penghidupan masyakat lokal, menghasilkan pencemaran tanah air dan udara. Ruwet! Apa yang didapat oleh negara Indonesia? Juga tidak ada! Meskipun ekspor nilai ekspor batubara dalam 10 tahun terakhir mencapai 202,7 miliar dolar AS, namun uang para bandar batubara tak jelas rimbanya, apakah tersimpan di negeri ini atau berada di rekening rahasia di luar negeri.

Padahal nilai ekspor ini mencapai 2 kali cadangan devisa Indonesia. Bahkan di dalam negeri mereka menjual batubara dengan dolar kepada pembangkit listrik milik negara dengan harga lebih mahal dari harga jual mereka ke luar negeri. Itulah mengapa PLN menuju bangkrut.

Presiden Jokowi dalam salah satu pidatonya menyatakan menargetkan produksi batubara hingga 600 juta ton. Tahun 2019 ini dalam catatan Bappenas produksi batubara sudah lebih dari 600 juta ton. ESDM memperkirakan tahun 2021 produksi batubara bisa mencapai 700 juta ton.

Itu artinya Indonesia akan mengalahkan seluruh negara di dunia dan akan menjadi eksportir batubata terbesar di dunia. Lalu bagaimana pertanggungjawaban presiden terhadap janjinya dalam menurunkan emisi karbon pada 2025 hingga 23 persen kepada dunia? Sampai kapan kekayaan alam Indonesia akan dijarah oleh para bandar batubara? (*)

*Sumber : rmol.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini