Saran Tak Digubris, Dokter “Terkikis”

0
37
Ilustrasi dokter/Foto : Net
“Dimana pemerintah lebih berpihak kepada para kapitalis dalam mempertahankan perekonomian negeri. Apa yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tampak bahwa inilah cerminan sistem kehidupan sekuler-kapitalis yang menutup mata dan telinga dari nasihat para ahli dan berorientasi pada keuntungan semata,”

Oleh : Zhuhriana Putri

Jakarta | Lapan6Online : Sudah lebih satu semester wabah Corona menyerang Indonesia. Namun belum ada tanda-tanda akan lenyapnya wabah Corona di negeri kepulauan ini. Justru semakin hari jumlah korban jiwa semakin bertambah bahkan dikalangan tenaga medis.

Kabar duka kembali terdengar dari pahlawan garis depan perang melawan Covid-19 di Kota Medan. Dikutip dari laman Waspada (4/9/2020), Kota Medan kembali kehilangan putra terbaiknya dr. Edwin Marpaung, Sp. OT dan dr. Daud Ginting, Sp. PD FINASIM yang meninggal akibat terpapar Covid-19.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Medan sudah pernah menyarankan agar ada minimal 3 Rumah Sakit yang bersih dari pasien Covid-19 agar penanganannya tidak meluas ke seluruh Rumah Sakit dan seluruh dokter.

Namun, Pemerintah Kota Medan yang memiliki kewenangan dalam penanganan pandemi seperti enggan menjalankan saran-saran yang diberikan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Medan dalam penanganan wabah tersebut. Terbukti hingga detik ini jumlah korban meninggal akibat wabah Corona ini semakin meningkat di kalangan tenaga medis.

Dari bagaimana sikap Pemerintah Daerah dalam menanggapi penyelesaian permasalahan wabah ini tampak bahwa keengganan pemerintah untuk menerima saran dari orang-orang yang ahli dan pemerintah saat ini merasa bahwa mereka lebih tahu segalanya.

Bisa dilihat bahwa pemerintah lebih mendengar dan mengikuti kepentingan para kapitalis-sekuler dalam menangani wabah ini. Dimana pemerintah lebih berpihak kepada para kapitalis dalam mempertahankan perekonomian negeri. Apa yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tampak bahwa inilah cerminan sistem kehidupan sekuler-kapitalis yang menutup mata dan telinga dari nasihat para ahli dan berorientasi pada keuntungan semata.

Apa yang terjadi pada hari ini sangat relevan dengan apa yang pernah disabdakan oleh Rasulullah saw. Rasulullah pernah menyinggung persoalan kehancuran sebuah negeri jika diurusi oleh orang-orang yang tidak ahli dibidangnya.

Rasulullah saw bersabda :“Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya, ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan ya Rasulullah ?’ Nabi menjawab : “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (H.R. Bukhari).

Disaat penyelesaian permasalahan Covid-19 ini dipegang oleh penguasa yang tidak ahli dalam menanganinya, maka pastilah permasalahan ini akan terus berlarut-larut tidak menemukan ujung solusinya. Sementara nyawa rakyat setiap harinya semakin diujung tanduk ketika menghadapi wabah ini.

Begitu juga dengan isu pemerintah yang akan mengimpor tenaga medis asing, dari sini semakin tampak bahwa pemerintah saat ini lebih berpihak kepada kepentingan asing dibanding rakyat sendiri. Dengan begitu, kematian para dokter Indonesia tidak terlalu begitu dikhawatirkan karena pemerintah tinggal mengambil keputusan untuk mengimpor para dokter asing disaat dokter-dokter Indonesia kewalahan dalam menangani wabah ini.

Sistem kapitalisme yang diterapkan pada hari ini dalam menangani permasalahan wabah sungguh berbeda dengan sistem Islam pada saat menghentikan permasalahan wabah. Islam adalah satu-satunya sistem yang tidak mengenal sekulerisasi.

Artinya negara yang berideologikan Islam pasti mengukur solusi dari agamanya bukan dengan pandangan yang lain yang sarat akan kepentingan duniawi. Seperti dalam masalah penanganan wabah ini, sistem Islam tentu saja sudah akan mengangkat orang-orang ahli dibidangnya untuk memberikan solusi. Begitu juga dalam sistem Islam akan menerima segala saran dan nasihat dari para ahli untuk memusyawarahkan hal-hal teknis dalam penyelesaian masalah.

Bukankah Rasulullah adalah orang yang telah memberi contoh dalam mengedepankan musyawarah ketika membahas teknis penyelesaian masalah, seperti pada saat Perang Khandaq. Dimana Rasulullah menerima saran dari seorang sahabat bernama Salman Al-Farisi untuk menggali parit sebagai pertahanan. Sudah saatnya penguasa hari ini mencontoh bagaimana Rasulullah memimpin dan menjadikan beliau sebagai suri tauladan dalam segala lini kehidupan. [****]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini