SBY : Ini Bukan Kiamat Bagi Demokrat

0
18
: Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)/Foto : Ist.
“Tidak memang komitmen dan janji-janjinya. Sekarang saja tidak amanah tidak memegang komitmen, bagaimana nanti menjadi pemimpin dengan kekuasan yang besar, akan diapakan,”

Jakarta | Lapan6Online : Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta kepada seluruh kadernya untuk tetap tenang dan tidak emosi menyikapi dinamika politik jelang Pilpres 2024.

Hal ini disampaikan SBY menyikapi isu pengkhianatan bakal Capres Anies Baswedan kepada Partai Demokrat. Sebab Anies akhirnya memilih Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai cawapres pendampingnya.

SBY memahami seluruh kader merasa kecewa kepada sikap Anies jelang Pilpres. Sebab sebelumnya menurut SBY, Anies sudah memberikan sinyal untuk meminang Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres 2024.

“Perasaan emosi para kader saya minta mari kita tenangkan hati kita pikiran kita. Ini bukan kiamat, ini bukan akhir dari perjuangan kita,” ujar SBY saat memimpin Rapat Majelis Tinggi Demokrat, pada Jumat (1/9/2023).

SBY mengungkapkan, pembelotan Anies merupakan ujian bagi partai Demokrat yang harus dihadapi seluruh kader. Sebab Demokrat sudah berpengalaman karena pernah mengalami guncangan politik dan berhasil melaluinya.

Lebih lanjut, SBY menegaskan bahwa Anies saat ini mengingkari komitmen yang telah dipegang oleh koalisinya. Dia pun meragukan kepemimpinan Anies di masa mendatang, karena bisa dipastikan tidak akan berjalan secara amanah.

“Tidak memang komitmen dan janji-janjinya. Sekarang saja tidak amanah tidak memegang komitmen, bagaimana nanti menjadi pemimpin dengan kekuasan yang besar, akan diapakan,” tegas SBY.

Tak hanya itu, SBY bersyukur lantaran partainya tidak diizinkan untuk berkoalisi dengan partai yang sejak dari awal sudah melanggar dan mengingkari kesepakatan. Kata dia, kesepakatan tersebut tertulis mengenai kesetaraan dan keadilan.

“Bayangkan kalau di masa depan, kalau kita punya koalisi yang tidak tunduk, tidak patuh pada kesepakatan yang kita buat bersama. Apalagi kalau mendikte, mengatur yang lain, termasuk Capres memaksa kehendak dan tidak menganggap yang lain. Saya kita bukan itu koalisi yang hendak kita bangun,” pungkasnya. (*inilah/bam)