Sekolah Bukanlah Laundry Dibutuhkan Koordinasi

0
282
“Bahwa sekolah itu tidak ubahnya “laundry”. Bagi mereka, sekolah menjadi tempat “Membersihkan” ketidak sanggupannya mendidik anak di rumah karena perilaku yang kerap menimbulkan masalah dan tidak sesuai harapan orangtua. Orang tua semacam ini hanya pasrah tanpa mau terlibat dalam pendidikan anaknya karena orang tua sudah kewalahan dan capek,”

Oleh : Hawilawati, S.Pd

Jakarta, Lapan6Online : Setiap orang tua pasti mendambakan anak yang sholih dan cerdas. Untuk itu berbagai ikhtiar dilakukan dengan memilihkan sekolah terbaik bagi mereka bahkan tak sedikit orang tua berani bayar mahal dalam hal ini.

Namun masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa ketika ia telah menyekolahkan anaknya dari pagi hingga siang bahkan sampai full day di sekolah, anaknya serba beres secara akademik dan akhlaknya. Orang tua ingin tinggal terima bersih tanpa banyak ikut terlibat dalam proses pendidikan dan tanpa perlu tahu bagaimana proses perkembangan belajar anaknya.

Jika ada masalah yang terjadi padi diri anak, maka dilemparkanlah tanggung jawab itu ke sekolah. Apalagi jika mereka menyekolahkan anaknya pada sekolah mahal dengan biaya yang fantastis.

Perlu dipahami bahwa model dan gaya belajar anak itu sangat beragam dan dalam hal ini orang tua harus memahami persoalan. Namun realitanya, orang tua kurang memahami gaya belajar hingga saat anaknya belajar bersama orangtua di rumah, orangtua bingung trik apa yang harus dilakukan agar anak tereksplore potentsi dirinya. Bahkan semakin bingung jika orangtua menghadapi anaknya yang mulai tidak bersemangat atau tidak mood belajar.

Ada sebagian orang tua yang menganggap bahwa sekolah itu tidak ubahnya “laundry”. Bagi mereka, sekolah menjadi tempat “Membersihkan” ketidak sanggupannya mendidik anak di rumah karena perilaku yang kerap menimbulkan masalah dan tidak sesuai harapan orangtua. Orang tua semacam ini hanya pasrah tanpa mau terlibat dalam pendidikan anaknya karena orang tua sudah kewalahan dan capek.

Akibatnya potensi diri anak tidak tereksplore secara optimal dan yang ada hanya menjadi beban orangtua. untuk menormalkan kembali prilaku yang demikian, tak sedikit orang tua yang akhirnya pasrah, yang penting bisa diterima di sekolah tanpa mengevaluasi akar permasalahannya.

Sebagai sebuah perumpamaan, siswa yang sering kali berkata kotor (tidak ahsan) ternyata itu didapat dari kebiasaan mendengar ucapan orang tua yang kerapkali sumpah serapah atau berbicara tidak baik yang dengan mudah diserap oleh si anak. Ujaran kotor dan tidak senonoh dari anak-anak didik kita bisa juga dipengaruhi oleh lingkungan rumah di mana anak bermain plus tontonan yang mungkin dilihat tanpa kontrol orang tua di rumah.

Dengan melihat akar persoalan ini, maka pihak orang tua dan guru mengambil kebijakan proaktif untuk mengeliminir hal-hal yang paling memungkinkan terpengaruhnya sang anak sehingga menyerap perkataan dan perilaku buruk lainnya.

Pendidikan anak- anak di rentang usia Sekolah Dasar (SD) ini memang memerlukan pengawasan bersama antara orang tua dan pihak sekolah. Jika ditemukan kasus anak yang berperilaku kurang baik, kedua belah pihak segera memberi catatan untuk mengambil langkah langkah strategis yang dapat mengeleminir dan memperbaiki perilaku tersebut. Tidak patut dalam hal ini, salah satu pihak menuding bahwa perilaku anak tersebut disebabkan oleh lemahnya kontrol salah satu pihak. Kedua pihak harus melakukan kordinasi demi memperbaiki generasi ke depan.

Jadi, dalam konteks ini, ada hal yang harus kompak diperbaiki secara bersama tanpa harus saling menyalahkan karena sejatinya sekolah dan orangtua adalah sahabat yang sedang mendesain arsitek peradaban masa depan, sehingga harus pandai mengurai berbagai kasus yang terjadi pada diri anak secara bijak dan mencari solusi terbaik.

Kedua pihak secara arif dan bijaksana hendaknya terbuka untuk mencari sumber penyebab mengapa si anak berkata kotor dan berperilaku kurang baik. Bila faktor penyebab ditemukan dan bersumber dari rumah atau lingkungan, maka pihak orangtua harus bisa mengevaluasi dan memperbaikinya. Begitupun jika sumber kasus didapat dari sekolah segera urai masalah dan cari solusi terbaik sehingga antara orangtua dan sekolah menjadi sebuah sinergi untuk dan demi kebaikan si anak.

Beberapa hal penting yang harus dibangun antara pihak sekolah dan orangtua :

1.Niatkan karena Allah, luaskan orientasi pendidikan hingga ilmu mampu dibawa ke akhirat. sehingga orangtua harus bersyukur ketika menyekolah anak lebih banyak mendapat muatan ilmu agama yang banyak di sekolah.

2.Percayakan pendidikan kepada pihak sekolah dengan membangun komunikasi yang baik terhadap perkembangan belajar anak. Jika ada sesuatu yang belum sejalan antara pihak sekolah dan orang tua haruslah bicarakan langsung kepada pihak sekolah tidak membuat status galau dan resah di sosmed yang belum tentu terselesaikan.

3. Orang tua harus siap berperan penuh tatkala anak-anak berada dalam rumahnya (tidak abai) sesuai dengan pola harian (kegiatan harian siswa) mengontrol seluruh aktivitas mulai bangun tidur hingga tidur kembali.

4.Tanamkan positive thinking apapun yang terjadi dalam poses belajar anak tanpa mengabaikan kasus yang dihadapi.Tak hanya anak saja yang harus sungguh-sungguh dan sabar belajar, orang tuapun harus sabar menikmati proses belajar anak-anaknya, karena dalam memahami sebuah ilmu atau instruksi saja anak butuh waktu (tidak instan) apalagi untuk menjalankan sebuah amalan juga butuh motivasi terus menerus agar anak ringan melakukan amalan tersebut menjadi habit.

5.Doa tulus orangtua dan guru menjadi kunci sukses keberhasilan belajar anak.

Pendidikan itu merupakan seni dan kerjasama antar sekolah dan pihak orang tua. Semakin baik seni dan kordinasi yang dibangun, maka semakin harmoni pendidikan yang didapat anak didik kita ke depan.

Pendidikan di sekolah itu adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah proses itu sangat bergantung dari bagaimana hubungan yang dibangun antara pihak sekolah dan orang tua siswa. Semoga para orang tua bersama sekolah mampu membangun harmonisasi ini demi mendidik generasi dengan baik ke depan.

Kesepahaman dalam visi dan misi mendidik ini menjadi penting dalam proses mendidik siswa/i dengan penuh kesabaran hingga mereka tumbuh menjadi pribadi unggul yang mampu mempertanggung – jawabkan segala perbuatannya di hadapan Allah. GF/Red

*Penulis adalah Praktisi pendidikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini