OPINI
“Tujuan utamanya adalah mengadvokasi dan mensosialisasikan tentang kesehatan mental secara keseluruhan. Mereka melakukan berbagai kampanye melalui media-media televise saat awa peresmian mereka,”
Oleh : Raihun Anhar
SEKULARISME adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan baik kehidupan sosial, politik, budaya dan seluruh aspek kehidupan lain. Dalam buku Peraturan Hidup Dalam Islam, Syekh Taqiyuddin mengatakan bahwa sekularisme muncul takala dahulu gereja yang menguasai Eropa di masa kegelapan Eropa (darkness era).
Hal inilah yang akhirnya menghasilkan kesepakatan antara para intelektual dan gerejawan, memisahkan kekuasaan gereja hanya pada gereja sedangkan kehidupan luar gereja dibiarkan leluasa. Gereja tidak ikut mengatur kehidupan dibluar gereja.
Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang memberikan kebebasan penuh pada semua orang untuk melakukan kegiatan ekonomi untuk memperoleh keuntungan. (Kompas.com).
Kapitalisme adalah ideologi politik yang diadopsi hampir oleh seluruh dunia termasuk Indonesia. Kapitalisme adalah sistem ekonomi dengan asas sekularisme.
Pada tahun 1992, WFMH menetapkan pada tanggal 10 Oktober sebagai hari kesehatan mental dunia. (Detik.com). Saya jadi bertanya mengapa sebuah peradaban bisa menghasilakan manusia yang sakit mental? Bukankah sebuah peradaban itu mampu menguatkan mental manusia?
Sejarah Singkat Hari Kesehatan Mental Sedunia?
Sejak masalah kesehatan mental muncul di berbagai Negara, WFMH merasa mereka perlu bertindak dalam skala global untuk menyelesaikan krisis tersebut, maka pada tahun 1992 melalui itikad baiknya WFMH yang dipimpin sekretaris jenderal Richard Hunter dibentuklah hari kesehatan mental sedunia yang ditetapkan pada 10 Oktober.
Tujuan utamanya adalah mengadvokasi dan mensosialisasikan tentang kesehatan mental secara keseluruhan. Mereka melakukan berbagai kampanye melalui media-media televise saat awa peresmian mereka. (Detik.com)
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
Oraganisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, hampir satu miliar orang diseluruh dunia mengalami beberapa bentuk gangguan kesehatan mental. Di tahun 2020, diperkirakan gangguan kecemasan meningkat secara signifikan menjadi 26 persen, depresi sebanyak 28 persen akibat pandemic covid-19. (kompas.com).
Kapitalisme Sekuler Penyebab Munculnya Gangguan Mental
Menurut para ahli, kapitalisme mulai diberlakukan pada abad ke 16 hingga 19 dan yang pertama kali menerapkannya adalah Eropa kemudian diikuti oleh Negara lain di dunia. Gangguan mental disebabkan banyak faktor penyebabnya di antaranya adalah faktor biologi, psikologi, dan sosial.
Faktor biologi ini akibat dari masih berada dalam kandungan ibunya ia sudah mendapatkan tekanan-tekanan yang berdampak buruk pada mentalnya. Faktor psikologi terjadi karena interaksi yang toxic, perkembangan emosional yang tidak baik, serta tidak memahami siapa dirinya sehingga ia tidak mencintai diri. (Wikipedia.com)
Penerapan kapitalisme sekuler dalam kehidupan inilah yang sejatinya menimbulkan segala macama penyakit mental yang tidak dikenal dalam peradaban sebelumnya (Islam). Kapitalisme membebaskan siapapun untuk mendapatkan keutungan dan membuat para kapitalis dengan banyak materi menguasai dunia ini. Mereka menciptakan gaya hidup konsumerisme dan hedonisme, seakan memaksa orang untuk melakukan hal yang demikian, walhasil memunculkan gangguan mental.
Hari ini, melakukan apa saja hampir semuanya membutuhkan uang. Berobat harus bayar, jika tidak maka tidak akan dilayani. Kapitalisme juga menghasilkan kesenjangan sosial dengan terciptanya kehidupan di mana yang kaya makin kaya dan miskin makin susah.
Sedangkan Islam tidak menghasilkan kesenjangan sosial. Oleh sebab itu, untuk menyelesaikan persoalan gangguan mental ini butuh memahami Islam sebagai way of life dan mewujudkan sistem kehidupan yang mampu menciptakan keadilan. Sitem kehidupan itu telah dibuktikan dalam sejarah peradaban Islam sejak Nabi Muhammad SAW dan para sahabat hijrah dari Mekkah ke Madinah hingga 1924 di Turki. Itulah sistem Islam.
Islam Sistem Kehidupan Yang Sehatkan Mental
Islam mengajarkan kepada kita bahwa hidup ini untuk ibadah bukan mengejar manfaat dan kenikmatan dunia semata. Allah SWT berfirman: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi/ibadah kepada-Ku” (TQS. Az Zariyat 56).
Dengan agama, maka manusia akan menjalankan kehidupan untuk ibadah. Maka penting untuk memahami agama karena agama adalah petunjuk hidup (way of life). Jadikanlah Islam sebagai life style dan dengan penerapan Islam dalam semua dimensi akan menghasilkan manusia yang kuat dan terbaik sebagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat dahulu.
Para sahabat Nabi tidak ada yang menderita gangguan mental, begitupun generasi setelahnya yakni para ilmuwan dan ulama yang lahir dalam kehidupan dengan Islam. Mereka tidak mendapatkan kesulitan hidup sebagaimana kita hari ini sehingga wajar mereka menjadi generasi terbaik. Ingatlah firman Allah SWT:
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah”(TQS. Ali Imran 110).
Dalam ayat ini dapat dipahami bahwa untuk menjadi umat terbaik kita harus melakukan kebaikan untuk mencegah keburukan. Salah satu cara melakukan kebaikan adalah mengajak orang kepada Islam yang sempurna dan paripurna agar diterapkan dan dijadikan sebagai way of life sehingga terwujud keadilan serta menghasilkan manusia yang kuat mental sebagaimana para sahabat yang punya mimpi besar menaklukkan dua peradaban besar waktu itu Romawi dan Persia, padahal mereka baru membentuk sebuah peradaban Islam di Madinah.
Kesimpulannya bahwa selama dunia masih menjadikanbkapitalisme sekuler sebagai way of life maka selama itu pula kesehatan mental menjadi PR yang tidak pernah selesai. Bagaimana menyelesaikannya jika penyebab utama masih ada di tengah kita yakni sistem kehidupan sekuler kapitalisme.
Oleh sebab itu satu-satunya cara penyelesaiannya adalah memahami Islam dan menjadikannya sebagai way of life.
Dengan begitu dijamin tidak akan lagi gangguan mental tidak akan menimpa manusia. Hal ini sudah dibuktikan dalam sejarah peradaban Islam dahulu yang tidak pernah ada penderita gangguan mental karena mereka hidup dengan way of life yang sempurna yakni Islam. Waalhu a’lam bishawwab. [*GF/RIN]
*Penulis Adalah Mahasiswi