“”Orang-orang menyebut saya edan, gendeng, karena menukar bibit cengkeh dengan bibit beringin yang tidak menghasilkan keuntungan berupa materi,”
Wonogiri/Jawa Tengah, Lapan6nline : Ia tak lagi muda, umurnya sudah menginjak 68 tahun, raganya pun tidak tegak dan gagah, keriput sudah mulai menghiasi wajahnya.
Tetapi, yang membuat kita kaum muda malu mungkin, adalah kegigihannya naik-turun bukit menelusuri daerah di lereng gunung sembari membawa bibit pohon.
Namanya Mbah Sadiman, ia akan menanam bibit-bibit pohon itu. Kesemuanya berawal dari keresahannya akibat penebangan dan penjerahan hutan yang dilakukan warga dan berimbas pada kehidupan warganya sendiri.
Pada saat itu kebakaran hebat pernah melanda, kekeringan saat musim kemarau, banjir saat musim hujan, petani tidak cukup mendapat air untuk tanamannya, dan warga kesulitan mendapatkan air.
Kemudian lelaki tua itu melakukan semuanya sendiri, tanpa bayaran dan tidak mengharapkan imbalan.
Pohon yang ia tanam adalah pohon beringin, ini karena beringin memeiliki kelebihan sebagai tanaman pencegah erosi.
Ia memebeli bibit, memberi pupuk, menyulami semua dari kantongnya sendiri. Bahkan ia mengorbankan hanya memakai baju bekas di keseharian daripada membelinya.
Kisahnya sempat diangkat media asing Zincasal London, Inggris, dalam sebuah postingan video di Facebook berjudul “This Indonesian man single-handedly saved his village from starvation”.
Video itu pun sudah dilihat lebih dari 7 juta kali dan dibagikan ratusan ribu kali serta dikomentari ribuan orang.
Mbah Sadiman tinggal di Dusun Dali, Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah sekitar 100 KM dari Kota Solo.
Selama 20 tahun lebih sejak tahun 1996 Mbah Sadiman telah memulai dedikasinya untuk keberlangsungan hidup warga desanya dengan menanam pohon.
Setidaknya lahan seluas 250 acre di Bukit Gendol dan Bukit Ampyang lereng Gunung Lawu telah ia tanami lebih dari 11 ribu. GF
*Sumber : suar.grid.id