“Tak kalah bikin geleng-geleng kepala adalah proyek Ibu Kota Negara (IKN) yang terus berlanjut di tengah wabah yang menimpa negeri ini, sehingga dinilai sebagai kurang peka terhadap kondisi yang dialami rakyatnya,”
Oleh : Haryati, S. Pd
Jakarta | Lapan6Online | Wabah Covid-19 yang menimpa negeri ini tampaknya belum kunjung usai, bahkan kian hari terus bertambah kasus pasien positif. Tercatat hingga 12 April 2020 pukul 12.00, 4.241 pasien positif terjangkit virus covid-19, sembuh sebanyak 359 dan meninggal sebanyak 373.
Kondisi ini menunjukkan bahwa sekitar 8,79% pasien yang meninggal dari total keseluruhan pasien positif. Ini merupakan angka yang cukup signifikan. Pertambahan korban meninggal bisa saja meningkat. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200412142649-20-492786/update-corona-12-april-4241-positif-373-orang-meninggal)
Meskipun korban yang berjatuhan kian banyak, termasuk juga dari kalangan medis, nampaknya pemerintah pusat urung memberlakukan lockdown sebagai upaya pencegahan yang lebih luas.
Bahkan yang tak kalah bikin geleng-geleng kepala adalah proyek Ibu Kota Negara (IKN) yang terus berlanjut di tengah wabah yang menimpa negeri ini, sehingga dinilai sebagai kurang peka terhadap kondisi yang dialami rakyatnya.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengatakan, soal IKN sampai sekarang masih terus neelanjut. Kecuali diputuskan lain oleh pak Presiden. Tapi intinya hati-hati, Menteri PUPR bilang ibu kota terus. Bukan itu ya. Yang jelas belum ada rapat-rapat tentang ibu kota baru. Kalau yang bisa memutuskan status ibu kota baru bapak Presiden sendiri. (https://finance.detik.com/infrastruktur/d-4969053/corona-obrak-abrik-ri-proyek-ibu-kota-baru-lanjut)
Begitu juga dengan apa yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danis Sumadilaga yang mengatakan bahwa proses penyusunan desain urban yang ditargetkan tuntas pada medio tahun ini terus berjalan normal walaupun kondisi saat ini tidak kondusif.
(https://ekonomi.bisnis.com/read/20200318/45/1215018/dibayangi-sentimen-corona-bagaimana-nasib-proyek-ibu-kota-baru)
Penguasa kurang tepat menempatkan Prioritas. Di tengah menumpuknya hutang negara, sebenarnya tidak ada alasan yang urgent untuk pindah IKN, namun pemerintah tetap kekeh dan menunjukkan bahwa penguasa salah menempatkan prioritas dalam mengambil kebijakan.
Sangat disayangkan bila proyek pembangunan IKN terus berlanjut di tengah musibah yang menimpa negeri ini. Sudah semestinya penguasa memikirkan nasib rakyatnya terlebih dahulu.
Akibat yang ditimbulkan dari virus covid-19 ini bukanlah sesuatu yang sepele mengingat makin hari korban terus berjatuhan, banyak masyarakat kehilangan pemasukkan sehingga berakibat pada ekonomi keluarga, kerepotan para orangtua mendampingi anak-anak belajar online di rumah juga menjadi masalah tersendiri.
Sudah semestinya penguasa hadir untuk melayani dan menyelesaikan permasalahan dan beban rakyatnya. Apalagi pemerintah telah menerapkan program Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menyebabkan terbatasnya ruang gerak serta berakibat berkurang atau bahkan hilangnya sumber pemasukkan ekonomi keluarga, penguasa seharusnya memikirkan cara agar hidup rakyat tetap terjamin walaupun mereka tidak bekerja/beraktivitas.
Watak asli penguasa ala kapitalisme semakin terlihat jelas di tengah ujian yang menimpa rakyat. Penguasa masih saja enggan untuk mengambil kebijakan lockdown agar korban tidak terus berjatuhan.
Selain itu, penguasa ala kapitalisme ini tampaknya tidak memikirkan nyawa rakyat dan hanya fokus pada masalah ekonomi saja. Serta enggan menanggung kewajiban akibat lockdown. Terlihat dari kebijakan-kebijakan yang diambil dan kurang kordinasi dengan pemda sehingga berbeda kebijakan.
Kepedulian Penguasa Terhadap Nyawa Rakyat dalam Islam
Dalam buku The Great leader of Umar bin Khaththab, Kisah Kehidupan dan Kepemimpinan Khalifah Kedua, diceritakan bahwa ketika terjadi krisis, Khalifah Umar ra. melakukan beberapa hal berikut:
1. Ketika krisis ekonomi, Khalifah Umar memberi contoh terbaik dengan cara berhemat dan bergaya hidup sederhana, bahkan lebih kekurangan dari masyarakatnya.
2. Khalifah Umar ra. langsung memerintahkan untuk membuat posko-posko bantuan.
Diriwayatkan dari Aslam:
1. Pada tahun kelabu (masa krisis), bangsa Arab dari berbagai penjuru datang ke Madinah. Khalifah Umar ra. menugaskan beberapa orang (jajarannya) untuk menangani mereka.
2. Tungku-tungku Umar sudah dinyalakan para pekerja sejak sebelum subuh. Mereka menumbuk dan membuat bubur.
Khalifah Umar ra. memberi makanan kepada orang-orang badui dari Dar ad-Daqiq, sebuah lembaga perekonomian yang berada pada masa pemerintahan Umar.
Lembaga ini bertugas membagi tepung, mentega, kurma, dan anggur yang berada di gudang kepada orang-orang yang datang ke Madinah sebelum bantuan dari Mesir, Syam dan Irak datang. Dar ad-Daqiq kian diperbesar agar bisa membagi makanan kepada puluhan ribu orang yang datang ke Madinah selama sembilan bulan, sebelum hujan tiba dan memberi penghidupan.
3. Musibah yang melanda, juga membuat Khalifah semakin mendekatkan diri kepada Allah, meminta pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala Pemilik alam seisinya.
Khalifah juga langsung memimpin tawbat[an] nasûhâ. Bisa jadi bencana/krisis yang ada akibat kesalahan-kesalahan atau dosa yang telah dilakukan oleh Khalifah dan atau masyarakatnya. Khalifah menyerukan tobat. Meminta ampun kepada Allah agar bencana segera berlalu.
4. Kepada rakyatnya yang datang karena membutuhkan makanan, segera dipenuhi. Yang tidak dapat mendatangi Khalifah, bahan makanan diantar ke rumahnya, beberapa bulan sepanjang masa musibah.
5. Tatkala menghadapi situasi sulit, Khalifah Umar bin Khaththab meminta bantuan ke wilayah atau daerah bagian Kekhilafahan Islam yang kaya dan mampu memberi bantuan.
Fragmen di atas menunjukkan kesigapan pemimpin kaum Muslim dalam menyelesaikan krisis; ketika mendapati pemerintah pusat sudah tidak mampu lagi menutupi semua kebutuhan dalam rangka menyelesaikan krisis.
Pemerintah pusat langsung memobilisasi daerah-daerah wilayah Kekhilafahan Islam yang kaya dan mampu untuk membantu menyelesaikan krisis tersebut. Khalifah Umar langsung mengirim surat dan utusan langsung untuk mengurusi hal ini, agar bantuan segera terkondisikan dan disiapkan.
Begitulah luar biasa kepedulian penguasa dalam Islam, yang menjadikan urusan rakyat sebagai prioritas utama. Terlebih ketika terjadi wabah maka dengan cepat negara akan mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi dan menghentikan wabah tersebut agar tidak tersebar lebih luas. Tentu kebijakan ini menjadi prioritas utama negara tanpa memikirkan faktor kerugian ekonomi.
Sehingga masyarakat bisa hidup dengan aman dan nyaman tanpa ada rasa takut dan khawatir di tengah kondisi wabah ataupun pada kondisi biasa. Begitulah keadilan dan kesejahteraan yang dapat kita rasakan tatkala menerapkan syariat Islam secara sempurna pada setiap lini kehidupan. Wallahu’alam Bisshawab. GF/RIN/Lapan6 Group