“Beliau meninggalkan kita semua diantar, dishalati, dan didoakan oleh tokoh-tokoh yang sangat beliau cintai semasa hidupnya, terutama kalangan Ahlul Bait, keluarga Nabi Agung Muhammad SAW. Sering kita mendengar dari orang orang terdekat beliau, bagaimana kecintaan Syekh Maimoen pada Ahlul Bait,”
Lapan6Online : “Ada apa nih, kok belakangan malah terjadi pembacaan doa di pemakaman Mbah Moen (KH Maimoen Zubair) di Ma’la Makkah? Begitu tanya saya kepada salah satu aktivis FPI, Munarman, yang saya kenal dekat sejak dia aktif di YLBHI bersama Munir SH. Pertanyaan itu saya lakukan melalui telepon dan pesan singkat melalui WA Jumat pagi ini.
Telepon kemudian tersambung. Munarman menjawab singkat. ’’Untuk jawaban secara kronologis mengenai polemik soal doa dan kedatangan keluarga Mbah Moen ke kediaman Habib Rizieq di Makkah, belum bisa ana jawab. Nanti akan kita beri keterangan terperinci dari Makkah,’’ sahut Munarman.
“Lalu foto dan gambar soal kedatangan keluarga Mbah Moen di rumah Habib Rizieq di Makkah yang tersebar di media sosial apa benar itu?’’ tanya saya balik.
“Benar,” jawab Munarman.
“Okey kalau begitu aku unggah ya,” tukas saya. Munarman pun mengiyakan. “Oh ya, ini saya kirimin sekalian tulisan menantunya Mbah Moen soal polemik doa Habib Rizieq (HRS) di Ma’la itu. Dan untuk soal kisah dan kronologi detail kedatangan nanti akan ana mintakan ke mantu HRS yang juga lagi di Makkah,’’ ujar Munarman lagi.
Benar saja, beberapa saat tulisan sosok yang disebutnya sebagai menantu Mbah Moen, KH Zuhrul Anam Hisyam, terkirim. Isi lengkapnya begini:
Di tengah duka mendalam meninggalnya orang tua sekaligus panutan kita semua, Syaikhuna Maimoen, saya sangat bahagia melihat bagaimana respons para muhibbin, pejabat sekaligus para santri yang demikian membantu, terlibat, baik pasif maupun aktif, dan bahkan yang memantau perkembangan informasi Syaikhuna Maimoen sampai ke peristirahatan terakhir.
Tak tertinggal berjuta terima kasih untuk Bapak Dubes, DR Agus Maftuh, yang sangat bekerja keras dan tampaknya memiliki kedekatan khusus dengan Syaikhuna Maimoen.
Bagaimana tidak bahagia, beliau meninggalkan kita semua diantar, dishalati, dan didoakan oleh tokoh-tokoh yang sangat beliau cintai semasa hidupnya, terutama kalangan Ahlul Bait, keluarga Nabi Agung Muhammad SAW. Sering kita mendengar dari orang orang terdekat beliau, bagaimana kecintaan Syekh Maimoen pada Ahlul Bait.
Seperti kita ketahui, mencintai Ahlul Bait merupakan keniscayaan dari mencintai Nabi Muhammad SAW layaknya kita mencintai seorang guru maka akan dengan sendirinya mencintai keluarganya. Apalagi di Alam Barzakh semua tabir akan terbuka (inkisyâf al-Ghithâ’). Di saat itu, tak ada yang diinginkan terkecuali Ridla Nabi Muhammad Saw.,
Kedekatan dengan Ahlul Bait merupakan salah satu pintu mendapatkan Ridla Nabi Muhammad SAW. Maka Imam Suyuthi mengatakan, andaikan tabir gaib ini dibuka, niscaya semesta terlihat akan terpenuhi oleh Nur Muhammad.”
Sebagai murid, saya bisa merasakan betapa bahagianya Syaikhuna Maimoen menyaksikan para Ahlul Bait mengiring, menshalati dan mendoakan secara langsung kepulangan beliau. Seseorang yang jika mendengar kasidah Ahlul Bait bisa menangis tersedu-sedu. Hal itu tak bisa diperoleh tanpa kecintaan mendalam Syaikh Maimoen terhadap Nabi beserta keluarganya.
Atas dasar itulah, menurut informasi dari salah satu putra Gus Wafi, Habib Hanif dan Habib Rizieq Shihab, diminta oleh pihak keluarga untuk memimpin doa kepulangan beliau ke peristirahatan terakhir.
Semua orang ingin memberi penghormatan kepada sosok yang tanda kewaliyannya begitu jelas. Terlihat bagaimana ribuan santri, Muhibbin, pejabat, dan para peziarah, semua ingin mendapatkan ‘nadhrah’ Syaikh Maimoen. Dalam sebuah riwayat dikatakan, “Allah mempunyai sejumlah manusia pilihan yang jika menatap akan mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki.”
Seyogianya, rasa saling membenci antarsesama umat Islam tidak dipelihara, terlebih pada Ahlul Bait. Kita semua, kelak, akan mencari Nabi dan mengharapkan belas kasihannya. GF/rol/RIN/Red
*Sumber : Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika