OPINI | POLITIK | HUKUM
“Udah lelah rasanya dibohongi berulang kali oleh sistem kapitalis ini, udah bayar mahal, mesin rusak, negara rugi triliunan, terus kita disuruh diam aja? Kita disuruh bayar BBM dengan harga lebih tinggi, tapi ternyata yang didapat kualitasnya nggak sesuai,”
Oleh : Karin Kurniawan
SKANDAL korupsi terbesar mengguncang negara wakanda. Sebuah jaringan mafia bensin oplosan terbongkar, menyebabkan kerugian negara mencapai ribuan triliun.
Jagat media sosial dua hari ini dipenuhi sorotan warganet tentang dugaan korupsi 4 petinggi Pertamina diantaranya dengan cara mengoplos BBM dengan RON 90 atau Pertalite menjadi RON 92 atau Pertamax.
Dikutip dari laman tempo.co, masalah bensin oplosan ini pertama kali diungkap kejaksaan agung ketika mengumumkan hasil penyidikan dugaan korupsi di tubuh Pertamina. Menurut Kejagung, tersangka Riva Siahaan sebagai Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga melakukan pembelian (pembayaran) untuk RON 92, padahal sebenarnya hanya membeli RON 90 atau lebih rendah.
Dikutip dari laman Kompas.com, Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan Direktur Utama PT. Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tahun 2018-2023.
Tak hanya itu saja ternyata Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan tujuh tersangka dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang.

“Setelah memeriksa saksi, ahli, serta bukti dokumen yang sah, tim penyidik menetapkan tujuh orang sebagai tersangka,” kata Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Abdul Qohar dikutip dari Kompas.com, Selasa (25/2/2025)
Karena kejadian ini reaksi kemarahan masyarakat pun tidak terbendung. Di media sosial mulai gencer ajakan untuk beralih ke produk asing, bahkan ada yang berinisiatif mengajukan gugatan class action ke pengadilan sebagai bentuk kekecewaan masyarakat karena merasa telah tertipu.
Mayoritas warganet merasa tertipu karena sudah membeli pertamax dengan harga yang tak murah, tapi malah mendapatkan produk berbeda dengan kualitas lebih rendah.
Berarti rakyat selama ini beli bensin dengan harga premium, tapi dapetnya barang oplosan. Dan tidak hanya itu saja, kasus ini merugikan negara mencapai Rp 193,7 Triliun. Uang triliunan rupiah ini bukan angka yang kecil, uang segitu banyak bisa untuk membangunan sekolah, biaya pendidikan, meningkatkan fasilitas kesehatan, atau perbaikan infrastruktur. Tapi malah lenyap karena permainan segelintir orang untuk kepentingan pribadi.
Kita beli bensin pakai uang, bukan hutang tapi yang kita dapet malah BBM yang kualitasnya dipertanyakan? Kalau ini bener terjadi, sudah berapa banyak kendaraan yang rusak diam-diam karena bensin oplosan ini?

Udah lelah rasanya dibohongi berulang kali oleh sistem kapitalis ini, udah bayar mahal, mesin rusak, negara rugi triliunan, terus kita disuruh diam aja? Kita disuruh bayar BBM dengan harga lebih tinggi, tapi ternyata yang didapat kualitasnya nggak sesuai. Selama ini uang kita lari kemana? Negara rugi triliunan, rakyat juga kena dampaknya! Nauzubillah.
Tentu sangat berbeda sekali dengan Islam, Islam mengatur kebutuhan pokok rakyat termasuk minyak dan gas. Islam tidak akan membiarkan kedua komoditas itu “mencekik” masyarakat. Pemimpin ibarat pelayan rakyat, maka Islam mewajibkan mereka mengurusi seluruh kebutuhan rakyatnya, bukan malah mencari untung demi kepentingan penguasa dan pengusaha.
Islam juga melarang pemimpin melakukan kesepakatan dengan negara kafir (yang jelas memusuhi Islam) atau kesepakatan yang justru menjerumuskannya pada kezaliman kepada rakyat. Itulah sebabnya, Islam tidak akan membenarkan perjanjian pasar global seperti saat ini. BBM dan gas adalah milik rakyat yang termaktub dalam hadis, “Kaum muslimin berserikat 3 perkara yaitu padang rumput, air dan api” (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Oleh karenanya, negara tidak boleh semata mengambil keuntungan atas pengelolaannya. Rakyat cukup mengganti biaya produksi komoditas tersebut untuk memperolehnya sehingga harganyaakan tetap murah. Kalaupun ngambil sedikit untung, akan dikembalikan untuk kemaslahatan rakyat juga.
Selama negeri ini masih berkiblat pada kapitalisme dan mengambil segala kebijaksanaan barat sebagai keputusannya, masyarakat tidak akan pernah bahagia. Masyarakat akan terus tertindas dan tersakiti karena dasar penentuan kebijakan adalah keuntungan saja. Wallahu a’lam bishawab. (**)
*Penulis Adalah Aktivis Dakwah
Disclaimer :
Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan Lapan6Online.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi Lapan6Online.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.