Stop Buang Air Besar Sembarangan jadi Program Kendari Menuju Kota Sehat

0
15
Kegiatan kunjungan penelitian dosen FKM UHO ke Puskesmas Abeli Foto - Ist.

“Puskesmas Abeli yang berada di wilayah Kecamatan Abeli, Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), yang mana merupakan salah satu daerah pesisir di perkotaan yang melaksanakan program STBM,”

Lapan6Online | Kendari : Tiga dosen dan dua mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Halu Oleo (UHO) Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Abeli. Penelitian berkisar implementasi kebijakan yang berjalan di puskesmas dalam mendorong pengentasan kasus stunting. Sehingga Kota Kendari memenuhi salah satu indicator sebagai Kota Sehat.

Penelitian tersebut dipimpin oleh 3 orang dosen masing-masing; Syefira, Rizki dan Rahman dan 2 mahasiswa yakni Maryam dan Tya. Penelitian berlangsung sejak bulan Oktober hingga November 2021 di wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari. Sedangkan penelitian difokuskan pada implementasi “Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS) atau Open Defecation Free (ODF).

Kegiatan penelitian dosen UHO, Syefira dengan Kepala Lurah Lapulu, Syahmad. Foto – Ist.

Diungkapkan salah satu dosen peneliti, Syefira, penelitian dilakukan untuk melihat bagaimana implementasi kebijakan yang berjalan di Puskesmas Abeli dalam mendorong kegiatan implementasi ODF di wilayah kerja Puskesmas Abeli.

Untuk menggali lebih jauh, maka dilakukan pendalaman dengan bekerja sama Kepala Puskesmas Abeli, dimana yang bersangkutan selaku pemegang Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Abeli, Pemegang Program Gizi Puskesmas Abeli. Disamping itu dibantu pula perangkat desa setingkat kelurahan yaitu Lurah Lapulu.

Lebih lanjut disampaikan Syefira yang didamping Rizki dan Rahman, bahwa Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan salah satu upaya untuk menuntaskan permasalahan sanitasi di Indonesia. Penanganan masalah lingkungan juga digunakan sebagai penanganan kasus stunting di Indonesia, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Abeli Kota Kendari.

Hubungan antara sanitasi dengan kejadian stunting, lanjut Syefira, adalah dikarenakan sanitasi yang buruk seperti tidak adanya penyediaan air minum, pengelolaan septic tank yang buruk, kontaminasi kotoran, air tergenang, akses air bersih yang tidak memadai. Permasalahan inilah yang menyebabkan dampak berbagai penyakit seperti cacingan, infeksi usus dan malaria.

Disamping itu, paparan terus menerus terhadap kotoran manusia dan binatang dapat pula menyebabkan infeksi bakteri kronis sehingga berdampak pada gizi sulit diserap oleh tubuh dan saat anak sakit lazimnya selera makan pun berkurang. Hal ini menyebabkan asupan gizi semakin rendah dan membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi.

Berangkat dari permasalahn tersebut maka pertumbuhan sel otak anak yang seharusnya sangat pesat dalam dua tahun pertama bagi seorang anak menjadi terhambat. Dampaknya pun, anak tersebut terancam menderita stunting yang mengakibatkan pertumbuhan mental dan fisiknya terganggu. Sehingga cara untuk memutus mata rantai penularan penyakit atau alur kontaminasi adalah dengan melakukan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat yang dilakukan dengan pendekatan program STBM-Stunting.

Oleh sebab itu, pelaksanaan program STBM di suatu daerah menjadi penting untuk dilakukan dalam rangka pencegahan kasus stunting.

Adalah Puskesmas Abeli yang berada di wilayah Kecamatan Abeli, Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), yang mana merupakan salah satu daerah pesisir di perkotaan yang melaksanakan program STBM.

Rangkaian penelitian di Puskesmas Abeli bersama Anwar, SKM, M.Kes.

Salah satunya pada pilar pertama yaitu untuk Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS) atau Open Defecation Free (ODF). Sedangkan untuk mengimplementisikan program tersebut dibutuhkan peran serta masyarakat serta peran tenaga kesehatan di daerah itu guna menekan angka kasus stunting.

Implementasi program ODF di wilayah Puskesmas Abeli telah dinilai telah berhasil dilaksanakan. Hal itu terbukti dengan pencanangan ODF di Puskesmas Abeli pada tahun 2019.

Berangkat dari sinilah yang menjadikan Kota Kendari memenuhi salah satu indikator Kota Sehat yaitu ODF. Keberhasilan ini tentu tidak lepas dari dukungan dan kebijakan serta penganggaran dari beberapa sector. Sehingga kegiatan ODF dapat terlaksana dengan baik atas kerjasama antara petugas puskesmas, lurah, RT dan RW serta dukungan dari kantor Bappeda dan Dinas PUPR Kota Kendari.

Program pemantauan, masih kata Syefira, tidak boleh diambil begitu saja setelah program selesai dan telah mencapai hasil yang baik. Keberhasilan program ini tercipta karena kerjasama lintas sektor yang bersinergi dengan baik. Terbukti, bahwa permasalahan kesehatan tidak menjadi masalah dari sektor kesehatan juga, akan tetapi dibutuhkan perhatian dari lintas sector, terutama masalah gizi yang akan menentukan masa depan anak bangsa. (*mastete)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini