Tabayyun Itu Penting, Muslim Rohingya Juga Saudara Kita!

0
19
Yolanda Anjani/Foto : Ist.

OPINI | POLITIK

“Muslim Rohingnya adalah kaum illegal di Myanmar, tidak berhak mendapatkan perlindungan dan layanan apa pun. Apa yang telah terjadi dan dialami muslim Rohingya saat ini merupakan penindasan yang juga dialami oleh kaum muslim di negeri-negeri lainnya,”

Oleh : Yolanda Anjani

BELUM selesai dengan rasa kepedihan melihat saudara muslim kita di Palestina yang kembali menjadi berita dunia, umat Islam di negeri ini sedang diuji dengan urusan kaum muslim Rohingya yang memberi dampak perbedaan pendapat dan pandangan dari setiap masyarakat.

Berbagai opini negatif pun hadir ditengah-tengah masyarakat atas kehadiran warga Rohingya. Di media sosial bertebaran informasi dan seruan orang-orang agar masyarakat dan Pemerintah Indonesia tidak menerima pengungsi Rohingya.

Mulai dari berita-berita yang belum tervalidasi sumbernya, konten yang memperlihatkan perilaku pengungsi Rohingnya kurang baik, dan berbagai berita lainnya yang disebarluaskan tanpa tabayyun terlebih dahulu. Berdasarkan laporan UNHCR (14-12-2023), jumlah pengungsi Rohingya di Indonesia ada sebanyak 1.608 orang, termasuk 140 orang yang bertahan dalam satu tahun terakhir.
(bbc.com, 15/12/23).

Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjadi semacam “Tanah Harapan” bagi Muslim Rohingya. Sebab muslim Rohingya tertindas, bahkan beberapa kali mengalami operasi militer pemusnahan etnis atau genosida oleh pasukan militer dan kaum Buddha radikal yang dipimpin oleh Biksu Ashin Wiratu. Dibunuh, dipenjara, disiksa, bahkan kaum muslimah di perkosa oleh militer Myanmar, tidak ada rasa kemanusiaan sedikit pun.

Mereka menganggap bahwa muslim Rohingnya adalah kaum illegal di Myanmar, tidak berhak mendapatkan perlindungan dan layanan apa pun. Apa yang telah terjadi dan dialami muslim Rohingya saat ini merupakan penindasan yang juga dialami oleh kaum muslim di negeri-negeri lainnya.

Berakarkan nasionalisme di negeri kita saat ini, menjadikan penghalang besar bagi umat Islam untuk mengekspresikan ukhuwah sebagai salah satu kewajiban agama mereka. Rasulullah mengibaratkan kaum muslim itu seperti satu tubuh, beliau bersabda; “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari dan Muslim).

Perasaan cinta terhadap tanah air itu adalah hal wajar dan tidak disalahkan, namun Rasulullah sendiri tidak menjadikan ikatan ashobiyah ini sebagai pengikat antara sesama muslim. Dari Jubair bin Muth’im bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Bukan termasuk golongan kami, orang yang mengajak kepada ashobiyah, berperang karena ashobiyah, dan mati karena ashobiyah.” (HR Abu Dawud).

Ashobiyah adalah ikatan yang saat ini kita sebut sebagai nasionalisme. (muslimahnews.net, 15/12/23) Tabayyun itu sangat perlu, kita harus memfilter berita-berita yang hadir saat ini. Jangan sampai kita menjadi muslim yang menyebarkan hoaks tanpa memvalidasi berita yang ada.

Tetap menjaga ukhuwah islamiah, jangan sampai kita tercerai-berai, apalagi mendzalimi saudara seiman. Kita perlu sistem kepemimpinan islam global, yakni Khilafah. Dibawah naungan khilafah, seluruh rakyat akan merasakan hidup yang mulia, sejahtera, dan terjaga berdasarkan ketetapan syariat. (*)

*Penulis Adalah Aktivis Dakwah, Mahasiswa