Tak Hanya Kritik Pedas, Prabowo Perlu Prakarsai Program Internasional Hapus Islamophobia

0
3
Presiden RI, Prabowo Subianto/Foto : Dok.RMOL.id

POLITIK

“Dalam pandangan sebagai besar kalangan mereka, Islam dekat dengan kekerasan, ekstremisme, dan kurang profesional. Sehingga patut diwaspadai sebelum dilibatkan dalam berbagai kerjasama di dalam dan luar negeri,”

KRITIKAN tegas Presiden RI, Prabowo terhadap dunia internasional dan perpecahan umat Muslim dunia alangkah baiknya ditindak lanjuti dengan serangkaian langkah konkrit dan solutif.

Pandangan itu disampaikan oleh Dosen hubungan internasional di Universitas Padjadjaran (Unpad) dan President University, Teuku Rezasyah seperti yang dikutip dari laman redaksi RMOL pada Jumat, 20 Desember 2024.

Menurut Reza, hak-hak Muslim yang kerap dikesampingkan bersumber dari tingginya Islamofobia dikalangan banyak negara maju dan masyarakat mereka.

“Dalam pandangan sebagai besar kalangan mereka, Islam dekat dengan kekerasan, ekstremisme, dan kurang profesional. Sehingga patut diwaspadai sebelum dilibatkan dalam berbagai kerjasama di dalam dan luar negeri,” papar Reza.

Selain itu, dikatakan Reza, warga Muslim sendiri kerap menghadapi diskriminasi saat ingin bekerja, berkunjung, dan bersekolah ke negara maju, karena nama dan identitas kelembagaaan mereka yang bernuansa Islam.

Reza mengapresiasi sikap tegas Prabowo dalam pidatonya pada sesi khusus KTT D8 di Istana Kepresidenan New Administrative Capital, Kairo, Mesir, pada Kamis, 19 Desember 2024.

Namun menurutnya, alahkah baiknya jika Prabowo menindaklanjuti kritikan tersebut dengan memprakarsai berbagai program Internasional, baik internal maupun eksternal D8.

Langkah ini diambil guna menjembatani dialog dan kerjasama secara berkelanjutan guna mengikis Islamophobia.

“Hendaknya kritik Presiden Prabowo tersebut hendaknya tidak berhenti disitu saja. Indonesia pelu memprakarsai berbagai program Internasional, baik internal maupun eksternal D8,” kata Reza.

Kebijakan lain yang bisa diambil menurut Reza yakni melanjutkan program yang telah direkomendasikan oleh Bali Democracy Forum (BDF).

Khusus di lingkungan D8, Reza mendorong agar upaya tersebut dimulai dengan meningkatkan kualitas pembangunan nasional masing-masing, seperti Bebas KKN, dan Meritokrasi, sehingga menghasilkan masyarakat yang semakin berkualitas tinggi dan juga Islami.

“Selanjutnya, memperbanyak pertukaran informasi pembangunan dikalangan D8, sehingga menjadikan D8 sebagai lokomotif peradaban Islam yang Rakhmatan Lil’Alameen,” paparnya.

Di forum D8, Prabowo menyampaikan kritik terhadap dunia internasional yang dinilai tidak menghormati suara negara-negara Muslim. Bahkan, menurutnya isu hak asasi manusia sering kali tidak berlaku bagi umat Muslim.

“Hak asasi manusia bukan untuk orang Muslim. Ini kenyataannya, sangat menyedihkan,” ujarnya, seperti dimuat dalam keterangan yang dirilis Biro Pers Sekretariat Presiden RI.

Untuk itu, Presiden mendorong agar anggota D8 meningkatkan persatuan, kerja sama yang erat, dan kesadaran akan situasi global yang dihadapi umat Muslim. Langkah tersebut merupakan cara terbaik demi kemajuan negara-negara Muslim di masa depan.

“Mari kita kerjakan apa yang kita bisa, tapi tetap lihat realitanya dan jujur dengan diri kita sendiri,” tegas Prabowo. (*rmol/bbs)

*Sumber : RMOL.id