Takbiran dan Petasan

0
37
Silvarina Mahdiar/Foto : Ist.

OPINI

“Kegiatan menyalakan petasan berasal dari tradisi Tiongkok yang sering digunakan untuk memeriahkan acara-acara keagamaan, pernikahan, mengusir roh jahat sesuai kepercayaan orang Tiongkok,”

Oleh : Silvarina Mahdiar

RAMADHAN telah berlalu, dan masyarakat bergembira menyambut Hari Raya Idul Fitri. Namun, ada yang menarik cara masyarakata menyambut malam di antara pergantian bulan tersebut. Biasanya malam tersebut disebut malam takbiran.

Malam takbiran adalah malam yang keesokan harinya umat Muslim merayakan hari Raya Idul Fitri. Pada malam tersebut biasanya dikumandangkan takbir di masjid-masjid. Tradisi takbiran tidak hanya di masjid-masjid, tapi juga berupa parade keliling kota atau desa untuk mengumandangkan takbir, dzikir, dan puji-pujian kepada Allah SWT.

Waktu dimulainya malam takbiran setelah waktu magrib. Sebagaimana firman Allah SWT, “Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadam” (QS al-Baqarah ayat 185).

Yang artinya setelah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, kita disyariatkan untuk melakukan takbir, pujian-pujian kepada Allah SWT. Lafadz takbiran Hari Raya Idul Fitri malam takbiran, “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. La ilaha illallahu wallahu akbar. Allahu akbar wa lillahil hamdu (Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar. Segala puji bagi-Nya)”.

Ada juga takbir yang lebih panjang, “Allahu akbar kabira, walhamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukratan wa ashila, la ilaha illallahu wa la na’budu illa iyyahu mukhlishina lahud dana wa law karihal kafirun, la ilaha illallahu wahdah, shadaqa wa’dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzaba wahdah, la ilaha illallahu wallahu akbar (Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-sebanyak puji, dan Maha suci Allah sepanjang pagi dan sore, tiada Tuhan [yang wajib disembah] kecuali Allah dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya, dengan memurnikan agama Islam, meskipun orang-orang kafir, orang-orang munafiq, orang-orang musyrik membencinya. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dengan keesaan-Nya, Dia dzat yang menepati janji, dzat yang menolong hamba-Nya dan memuliakan bala tentara-Nya dan menyiksa musuh dengan keesaan-Nya. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan Allah Maha Besar.”

Namun, tradisi malam takbiran di setiap daerah di Indonesia berbeda tergantung budaya masing-masing daerah dan memiliki ciri khas tersendiri sebagai wujud dari kegembiraan umat dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Zaman dulu takbiran keliling desa/kampung membawa obor dan bedug sambil berjalan kaki, sekarang takbiran menggunakan kendaraan roda dua atau empat, berkeliling kampung dan kota dan tidak hanya menggunakan bedug, parade obor tapi juga menyalakan petasan. kegiatan menyalakan petasan ini merupakan hiburan untuk semua kalangan masyarakat baik muda maupun tua.

Petasan atau dikenal juga dengan istilah mercon, adalah bahan yang mudah meledak, yang berisi bubuk kimia yang dikemas dengan menggunakan kertas dan memiliki sumbu. Kegiatan menyalakan petasan berasal dari tradisi Tiongkok yang sering digunakan untuk memeriahkan acara-acara keagamaan, pernikahan, mengusir roh jahat sesuai kepercayaan orang Tiongkok.

Tradisi kegiatan menyalakan petasan dibawa oleh oang-orang Tiongkok ke Indonesia yang kemudian menyebar ke seluruh pelosok Indonesia, bahkan dunia.

Kegiatan menyalakan petasan itu termasuk berbahaya dan suaranya cukup mengganggu. Penggunaan petasan yang berlebihan dapat membuat celaka bagi orang-orang sekitar, banyak kecelakaan bahkan kematian yang terjadi akibat petasan.

Kemudian apakah kegiatan menyalakan petasan merupakan kegiatan yang sesuai dengan ajaran Islam? Dalam Islam tidak ada aturan khusus mengenai menyalakan petasan di malam takbiran. Tapi kegiatan menyalakan petasan adalah kegiatan yang mubazir, petasan lebih banyak mudarat karena mengganggu orang serta membakar uang yang seharusnya bisa dialokasikan untuk kepentingan lain. Kegiatan menyalakan petasan dapat dijadikan kegiatan yang haram dilakukan, karena tidak ada kebaikan di dalamnya.

Malam takbiran adalah malam sukacita, sebaiknya dilalui dengan pujian-pujian kepada Allah SWT, perbanyaklah bertakbir, karena bertakbir dapat melebur dosa-dosa sebagaimana Hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abdullah bin Abbas RA, “Perbanyaklah membaca takbiran pada malam hari raya (fitri dan adha) karena hal itu dapat melebur dosa-dosa”(HR Ahmad). [**]

*Penulis Adalah Aktivis Muslimah