OPINI | POLITIK
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan saling menyayangi bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, seluruh tubuh turut merasakannya.”
Oleh : Rismayana
BERBAGAI gempa yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia, menyebabkan banyak menelan korban jiwa. Seperti yang terjadi di wilayah negara Turki dan Suriah.
Akibat dari guncangan gempa ini, mengakibatkan korban jiwa sudah mencapai ribuan. Belum lagi kerusakan bangunan dan kerugian materi yang banyak diderita rakyat dari akibat dari gempa tersebut.
Korban jiwa terus bertambah, tetapi bantuan kemanusiaan sulit didapat. Apa penyebab kendala bantuan sulit didapat.
Gempa yang terjadi di wilayah negara Turki dan Suriah ini terjadi pada Senin (6/2/2023) yang lalu. Gempa yang terjadi berkekuatan 7,8 Magnituti ini telah menelan korban sebanyak 19000 jiwa yang sangat mirisnya korban gempa ini banyak dirasakan oleh para pengungsi dari perbatasan wilayah Suriah barat.
Korban gempa ini banyak tinggal di kamp-kamp pengungsian, di mana untuk menghidupi kebutuhan sehari- harinya mereka bergantung pada bantuan kemanusiaan (voaindonesia, 09/02/2023).
Wilayah yang sangat memprihatinkan dari dampak gempa yang terjadi adalah kota Aleppo, di mana kota Aleppo ini merupakan rumah bagi jutaan pengungsi yang terdampak pada perang saudara di Suriah. Bahkan sebelum terjadinya gempa keadaan di wilayah Aleppo ini sudah sangat memprihatinkan.
Di mana cuaca sangat dingin, infrastruktur yang ada sudah banyak yang hancur akibat dari perang saudara sehingga mengakibatkan masyarakat yang tinggal di wilayah ini menjadi sengsara.
Sulit dan lamanya bantuan yang diterima rakyat di perbatasan Suriah dan Turki ini diakibatkan konflik perang saudara yang terjadi di Suriah. Konflik yang berkepanjangan ini diakibatkan dari kediktatoran kepemimpinan rezim Bashar Al-Assad yang tidak mau menerima kritikan dari sekelompok pemuda. Hal ini yang mengakibatkan gelombang protes dan gerakan melawan Assad terus berlanjut.
Sehingga dengan tangan besinya rezim Assad menangani konflik dengan cara brutal. Para pemberontak ditangkap dan dibunuh. Kekejaman yang dilakukan rezim Assad yang menyebabkan Suriah diberi sangsi dari PBB. Sangsi inilah yang menyebabkan distribusi pasokan bantuan agak sulit dan lama.
Belum lagi wilayah yang ditimpa bencana merupakan wilayah konflik perang saudara. Sehingga ketika bantuan akan disalurkan tentunya lembaga yang akan memasuki wilayah tersebut harus bernegosiasi terlebih dahulu kepada para pemberontak untuk bisa mendapat ijin masuk ke wilayah konflik yang tertimpa gempa.
Inilah gambaran yang terjadi apa bila rakyat tidak memiliki pemimpin yang bisa menyatukan dan meriayah rakyatnya ketika terjadi bencana. Rakyat hanya bisa menanti dengan sabar kapan bantuan itu datang. Inilah yang terjadi ketika umat Islam terpecah belah menjadi beberapa bagian wilayah negara. Tidak ada ikatan yang menyatukan bahwa mereka adalah satu tubuh.
Seperti dalam ajaran Islam yang mendatangkan rida Allah Swt. bahwa menebarkan kasih sayang terhadap sesama muslim sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. seperti dalam hadis beliau yang berbunyi: “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan saling menyayangi bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, seluruh tubuh turut merasakannya.” (h.r. Al-Bukhari dan Muslim).
Sungguh berbeda pada saat Daulah Utsmani masih berdiri tegak. Pada saat terjadi bencana gempa di Istanbul pada tahun 1894 yang pada masa itu masih dipimpin oleh kesultanan Abdul Hamid II .Pada saat terjadinya gempa Khalifah langsung melakukan upaya menyensor media yang akan meliput berita.
Tindakan ini dilakukan agar berita yang beredar tidak menambah dan membuat rakyat semakin cemas. Setelah gempa reda Sultan Abdul Hamid melakukan kampanye menyumbangkan 1500 lira emas. Dalam beberapa bulan kampanye tersebut telah berhasil mengumpulkan 100000 lira emas.
Dari mengumpulkan dana kampanye tersebut Khalifah memberikan bantuan untuk korban gempa sebesar 5 lira untuk setiap keluarga. Selanjutnya untuk mengantisipasi apabila terjadi gempa, Khalifah juga membeli dua seismograf dari Italia yang masing-masing seharga 3200 Franc.
Ini ditempatkan di Observation Kandili dan di istana Yildiz. Inilah ketika khilafah tegak, ketika ada bencana Khalifah dengan segera memberi bantuan kepada rakyatnya. Wallahualam bissawab. (*)
*Penulis Adalah Aktivis Muslimah