OPINI
“Sosok ibu sangat dimuliakan dan negara senantiasa memenuhi kebutuhan ibu dengan jalur nafkah melalui suami atau walinya, sehingga peran ibu sebagai pendidik utama dan pengatur dalam keluarga dapat berjalan dengan baik,”
Oleh : Eva Ummu Naira,
IBU adalah sosok yang sangat berarti dan istimewa di mata anak-anaknya. Sifat yang lembut dan penuh kasih sayang menghiasi peran ibu dalam keluarga, sejatinya seperti itulah fitrah seorang ibu. Tapi rangkaian kejadian di tanah air banyak tindakan keji dan tak manusiawi justru dilakukan oleh seorang ibu, sungguh teramat miris dan menyedihkan.
Seperti yang terjadi di daerah Belitung, seorang ibu rumah tangga berusia 38 tahun diduga membunuh dan membuang bayi yang lahir secara normal di kamar mandi. Kejadian itu terjadi pada Kamis, 18 Januari 2024, sekitar pukul 21.00 WIB. Adapun motif dari tindakan mengerikan ini diduga terkait dengan faktor ekonomi, dimana ibu tiga anak tersebut merasa terdesak secara finansial (Bangkapos.com, 23/1/2024).
Kejadian keji tak manusiawi yang dilakukan ibu kian waktu justru bertambah, seperti tak ada solusi tuntas dalam penyelesaiannya. Menengok ke belakang terjadi juga kasus tewasnya MR (13), remaja laki-laki setelah dianiaya ibu kandungnya, Nurhani (43) dan dibuang ke saluran irigasi di Desa Bugis, Kecamatan Anjatan, Indramayu dalam kondisi hidup-hidup. Diduga MR tewas karena tenggelam dan luka-luka yang dialaminya (Detikjabar, 9/10/2023).
Melihat kasus di atas seolah fitrah dan naluri seorang ibu tak lagi dimiliki. Seorang ibu yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman bagi anaknya, justru menggoreskan luka bahkan menghilangkan nyawa buah hatinya. Kasus ini menunjukkan hilangnya fitrah ibu yang tergerus oleh sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan).
Tak dipungkiri masalah ekonomi dalam keluarga banyak menjadi pemicu seorang ibu tega melakukan tindakan keji. Beban yang dipikul seolah bertambah berat dengan kurangnya riayah (pengurusan) negara kepada rakyatnya. Faktor lain yang menjadi pemicu karena kurangnya perhatian di antara anggota keluarga sehingga sang ibu menjadi gelap mata.
Fungsi keluarga pun tak berjalan sebagaimana mestinya, para ibu akhirnya memikul beban juga untuk menopang perekonomian keluarga, dan akhirnya tak ingin menambah jumlah anak karena himpitan ekonomi.
Keadaan itu sangatlah berbeda ketika Islam menjadi kepemimpinan berpikir di tengah masyarakat. Dalam sistem Islam, sosok ibu sangat dimuliakan dan negara senantiasa memenuhi kebutuhan ibu dengan jalur nafkah melalui suami atau walinya, sehingga peran ibu sebagai pendidik utama dan pengatur dalam keluarga dapat berjalan dengan baik.
Selain itu peran masyarakat sebagai makhluk sosial berjalan optimal dengan prinsip taawun (tolong menolong) antara anggota masyarakat. Jika ada yang kekurangan secara ekonomi akan dibantu baik dengan sedekah maupun memberikan pekerjaan bagi kepala keluarga yang membutuhkan.
Begitu juga negara akan memastikan terpenuhinya seluruh kebutuhan pokok rakyatnya. Pasalnya, terpenuhinya kebutuhan dasar rakyat merupakan tanggung jawab negara. Maka, guna memenuhi kebutuhan rakyatnya, negara akan mengambil dari kas negara/baitul mal yang didapat dari pendapatan negara yang berasal dari kharaj, jizyah, fa’i, pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan sebagainya. Dalam sistem Islam, SDA dikelola negara dan hasilnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan negara dan rakyatnya.
Dengan demikian, negara akan memiliki kas yang cukup, sehingga sanggup memberikan kesejahteraan kepada semua rakyatnya, sehingga fitrah ibu tetap terjaga. Para ibu pun akan bahagia sehat jiwa dan raganya serta akan menyayangi anak-anaknya dengan cinta sepenuh hati yang akan mewujudkan generasi Islam yang bertakwa dan tangguh. [*]
*Penulis Adalah Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok