Terkait Ritual “Ngadap Data, Kadis Alian : Pelaksanaan Gawai Merupakan Adat Istiadat Dayak Harus Terus Dilestarikan

0
51
Alian Berfoto Dengan Salah Satu Warga di Pelaksanaan Gawai di Dusun Rosak Desa Pisang Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau Tahun 2024./Foto : Ist.

PERISTIWA | BUDAYA

“Adat istiadat kuno seperti ritual di tempat tempat yang dianggap keramat tetap dilaksanakan dengan tidak merubah tata dan caranya walaupun ada tata cara yang bertambah tetapi tidak menghilangkan sama sekali keaslian dari cara yang lama,”

Sanggau | KALBAR | Lapan6Online : Gawai merupakan salah satu adat istiadat yang setiap tahunnya dilakukan oleh warga masyarakat di wilayah Kabupaten Sanggau, khususnya di Dusun Rosak, Desa Pisang, Kecamatan Jangkang, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

Pelaksanaan gawai biasanya dilakukan selama 2 (dua) hari. Konon semua tamu yang datang dan berkunjung dipersilahkan untuk masuk kerumah warga pada hari gawai dan ditawarkan untuk makan dan minum tanpa terkecuali.

Saat ini tatacara gawai dan adat istiadat gawai dari tahun ke tahun sudah hampir semua berubah, dan perubahan tersebut tentu dipacu oleh perkembangan zaman. Namun di Dusun Rosak, Desa Pisang pelaksanaan Gawai belum terlalu signifikan berpengaruh terhadap arus modernisasi.

Adat istiadat kuno seperti ritual di tempat tempat yang dianggap keramat tetap dilaksanakan dengan tidak merubah tata dan caranya walaupun ada tata cara yang bertambah tetapi tidak menghilangkan sama sekali keaslian dari cara yang lama.

Dahulu, gawai betul betul merupakan salah satu cara masyarakat untuk mengucapkan syukur atas hasil panen padinya dan meminta berkat untuk hasil panen tahun berjalan (berikutnya). Tata cara gawai sangat beradat dan berbudaya.

Dimasa lalu, hiburan pada malam acara gawai yang dilakukan oleh masyarakat di Dusun Rosak yakni menari (berkondan) dengan musik dan bopomang, botaja diiringi dengan Gong, gendang dan Kotobong (beduk) untuk memohon berkat kepada Jubata, hal itu dilakukan di malam hari di hari pertama gawai.

Sedangkan dihari kedua, pelaksanaan Gawai lebih konsen pada acara “Menghadap Data di Sungai”. Pada acara tersebut seluruh warga dan pendatang berkerumun disatu tempat yang sudah disiapkan di pinggir Sungai.
Sekumpulan warga itu bertujuan untuk menyaksikan ritual yang di sebut “NGADAP DATA”.

Ritual ngadap data biasanya menggadirkan 3-4 orang Dukun (Boren). Para Boren bukan orang biasa, namun mereka adalah orang yang memiliki indra kemampuan untuk kerkomunikadi dengan roh air (data) dalam alam gaib. Kelengkapan Alat Boren diantaranya berupa sesajian babi panggang, ayam panggang, kemenyan tuak didalam tempayan (Tajau) berkisar 3-4 tajau, tuak dalam botol, Tempurung Kelapa tua yang sudah diseraut dan ditutupi kain warna merah,(untuk tempat menyimpan Roh/semengat) masyarakat yang akan diambil dan dikembalijan rohnya kepada orang yang bersangkutan oleh Boren. Macsih banyak kelengkapan lainnya yang tidak disebutkan.

Ritual ngadap data di iringi dengan Gendang dengan irama yang menandakan ciri khas untuk ngadap data. Untuk itu agar Boren bisa berkomunikasi dengan baik dengan roh dan alam gaip, make para pemukul gendang harus yang propesional, sebab apabila suara gendang tidak sesuai maka ada kemungkinan langjah kaki Boren dalam berraja tidak seieama dengan gendang dan akhirnta Boren tidak bisa kembali dari perjalanannya dari alam gaif dan acara ngadap data bisa gagal Fatal.

Ritual ngadap data, selain Boren botaja di daratan (tepi sungai), Boren juga turun ke sungai untuk menyantap sesajian berupa telur ayam, daging babi, daging ayam dan nasi yang sudah dimasak/panggang yang disediakan dipiring putih dan dihanyut kan oleh awak Boren ke hilir sesuai arus air dan sesampainya di hadapan Boren,Boren langsung menggenggam dengan kedua tangannya sambil menenggelamkan piring tersebut dan Boren ikut menyelam sampai Bordn tergelepar disungai pertanda Boren LOLAP barulah Boren diangkat kembali dari Sungai.

Seusai Boren Lolap disungai dan saat Boren di gotong ke darat semua warga yang ikut acara ngadap data tanpa terkecuali langsung memercik air disungai ke muka dan atau ke badannya dan bahkan tidak jarang dari warga terutama anak anak ada yang langsung terjun ke sungai untuk mandi.

Tujuan memercikkan air dan atau mencuci muka, badan dan mandi tersebut merupakan salah satu lambang atau makna pencucian dan atau pelepasan diri kita dari belenggu kesusahan, kesakitan dan kesulitan.

Manakala Boren sudah berada di darat (tempat yang disediakan) dan sudah sadar dari Lolap, maka Boren langsung menuangkan Roh warga tang diambilnya dari tangannya dan menempatkannya di Tempurung kelapa yang sudah disiapkan, kemudian ditutup dan diikat dengan kain merah. Roh warga itu akan dikembalikan oleh Boren biasanya di sore hari itu juga dengan ritual kembali.
Seusai acara ngadap data biasanya semua warga minum tuak yang disediakan didalam temoayan (tajau).

Mencermati singkat dari cerita pelaksanaan gawai di Dusun Rosak , Alian mengajak seluruh masyarakat agar tetap menjaga kelestarian adat istiadat, budaya dan norma yang ada.

Bagi pemerintah desa agar lebih optimal melakukan pembinaan dan penataan terhadap lembaga-lembaga desa, sehingga lembaga di desa dapat berfungsi dengan baik dan dapat menjaga kelestarian budaya di desa. (*Wan/Saepul)

*Sumber : infokalbar.com