Jakarta, Lapan6online.com : Tokoh Nahdlatul Ulama (NU), KH Aam Wahib Wahab Hasbullah, menilai tanda-tanda kebangkitan PKI di Indonesia sudah banyak. Salah satunya, munculnya narasi bahwa PKI adalah kroban masa lalu dan adanya ajakan untuk berdamai dengan PKI.
“Memang tanda-tanda bangkitnya komunisme sudah banyak. Kita bisa lihat, yang pertama ada beberapa ormas itu di belakangnya, itu tanda-tandanya,” kata Aam dalam diskusi daring ‘Komunisme dan Arogansi Oligarki Dibalik RUU Haluan Ideologi Pancasila?’, Sabtu (6/6).
Kedua, wacana minta maaf ke PKI, atau PKI dianggap sebagai korban. Itu tanda-tanda bahwa PKI memang sedang bangkit. Ketiga, terus ada wacana adu domba antarormas Islam. Istilahnya, ada ormas Islam yang diangkat, ada ormas Islam yang dijatuhkan.
Kembali ke Falsafah Negara
Atas dasar itu, dia mengajak semua elemen masyarakat untuk kembali ke falsafah negara yang telah ditetapkan oleh para pendiri bangsa, yakni Pancasila. Namun ia sepakat dengan pengurus Masyumi Reborn, Dr Ahmad Yani, bahwa Pancasila tidak boleh dijadikan undang-undang, yakni RUU Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP).
“Maka itu, marilah kita semua bersama-sama berjuang untuk mengembalikan kiblat ini ke falsafah negara. Semua kalangan, semua unsur dari masyarakat, para ulama, para habaib, ayo berjuang agar negara kita ini betul-betul selamat,” ucap dia.
Lebih tegas lagi, dia lebih setuju jika umat Islam kembali saja ke kiblat dalam berbangsa dan bernegara, yakni kesekapakatan pendiri bangsa dalam Piagam Jakarta.
“Memang, kesepatakan yang harus kita bela-bela mati-matian adalah kesepakatan Piagam Jakarta pada 2 Juni 1945, di situlah sebetulnya kesepaktan yang terjadi pada saat sidang BPUPKI. Di situlah sebetulanya, kita sebagai umat Islam, khususnya, dan tokoh-tokoh lain sependapat bahwa awalnya,” ucap dia.
Aam juga menyoroti bahwa saat ini sudah banyak kampus yang menjadi lahan subur tumbuhnya ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Hal itu, menurut dia, harus diperangi agar ideologi bangsa tetap terjaga.
“Sekarang ini banyak sekali kampus yang memberikan lahan yang luas kepada mahasiswa untuk berfikir kritis, kalau dulu itu kampus benar-benar untuk menggali ilmu, kalau sekarang banyak digunakan untuk tumbuhnya paham-oaham yang sebetulnya tidak sesuai denngan republik Indonesia,” tutur Aam. (*/gelora)