
PERISTIWA
“Pada serangkaian prosesi Nyandran, selaian untuk mendoakan leluhur yang dimakamkan di Makam Segaran, juga untuk mempererat tali silahturahmi dan menumbuhkan-kembangkan kegotongroyongan warga masyarakat,”
Sleman | Yogyakarta | Lapan6Online : Nyadran atau Sadranan merupakan suatu tradisi warisan leluhur yang hingga kini masih diuri-uri dan dilestarikan. Tradisi ini bukan sekadar prosesi tahlilan, ziarah kubur dan membersihkan makam, tapi digunakan sebagai ajang silahturahmi untuk memupuk rasaa peduli dan bergotong royong.
Setelah siang harinya membersihakan makam, maka pada malam harinya dilaksanakan prosesi Nyadran yang dipimpin Mbah Kaum untuk memandu tahlilan dan menyampaikan doa yang dikemas dalam satu bingkai kenduri. Nyadran atau sadranan merupakan salah satu tradisi yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta.

Nyadran di Pedukuhan Ringinsari, Desa Maguwoharjo, Kapanewon Depok Kabaupaten Sleman, Daeah Istimewa Yogyakarta (DIY), kali lebih ramai dan gayeng dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja, Nyadran yang digelar di sepanjang jalan Makam Segaran, terkendala hujan. Alhasil turun hujan setelah selesai pembacaan doa yang disampaikan Mbah Kaum Wagimin.
Bukan hanya warga Ringinsari yang hadir, namun dari beberapa dusun dan padukuhan turut hadir menyemarakkan Nyadran. Terlebih bagi mereka yang punya leluhur atau pepunden yang semare atau dikuburkan di Makam Segaran Padukuhan Ringinsari.
Nyadran di Padukuhan Ringinsari dilaksanakan rutin setiap tahun pada bulan Ruwah (kalender Jawa) atau Syahban (kalender Hijriyah) menjelang bulan suci Ramadhan. Nyadran kali ini digelar, Selasa (18/02/2025) di Makam Segaran dan dihadiri segenap warga masyarakat dari beberapa dusun dan Padukuhan. Tampak hadir Dukuh Ringinsari; Emang Sulistiyo Martopo, Dukuh Sambilegi : Agus Triyono, mantan Dukuh Karang Ploso; Purwanto. Ketua RW; Anggit Triyono, Ketua RT Antok Sugiarto dan Sungkono serta pengutus makam, Suparmin.

Menurut panitia penyelenggara yang juga mantan RW di Ringinsari, Suparmin bahwa Nyadran dilaksanakan di Makam Segaran dimaksudkan untuk nguri-nguri tradisi dan budaya yang Adiluhung warisan para leluhur. Pada serangkaian prosesi Nyandran, selaian untuk mendoakan leluhur yang dimakamkan di Makam Segaran, juga untuk mempererat tali silahturahmi dan menumbuhkan-kembangkan kegotongroyongan warga masyarakat.
Tradisi Nyadran, kata Suparmin, berdasarkan sejarahnya merupakan suatu akulturasi budaya Jawa dengan Islam. Nyadran itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta “Sraddha” atau Serada atau juga Seradaan yang artinya keyakinan. Tradisi Nyadran merupakan suatu budaya mendoakan leluhur yang sudah meninggal dan seiring berjalannya waktu mengalami proses perkembangan budaya sehingga menjadi adat dan tradisi yang memuat berbagai macam seni budaya.

Namun demikian, Nyadran di Makam Segaran hanya digelar tahlil dan “Kenduri” dengan pembacaan kalimah dalil dengan mendoakan para leluhur yang dimakamkan di Makam Segaran agar diampuni segala dosanya dan mendapat tempat yang layak di sisi Allah SWT.
Tahlillan dan kenduri, lanjut Suparmin, diikuti para ahli waris dari Padukuhan Sambilegi Lor, Sambilegi Kidul, Karang Ploso, Nanggulan dan Paduhan Ringinsari yang terdiri dari Dusun Kradenan, Ngawen, Gondangan dan Tobong. Turut pula hadir waga Dusun Modinan. Masing-masing warga yang hadir membawa makanan atau berkat untuk disantap dan dinikmati bersama-sama.
“Nyadran dijadikan sebagai sarana guna melestrikan budaya gotong royong dalam masyarakat sekaligus upaya untuk dapat menjaga keharmonisan bertetangga melalui kegiatan kembul bujono atau makan bersama. Dan dihadiri pula para pengurus RT, RW dan tokoh masyarakat,” ujar Parmin.

Berikut Tradisi Nyadran terdiri dari berbagai kegiatan :
- Melakukan besik, yaitu pembersihan makam leluhur dari kotoran dan rerumputan. Dalam Kegiatan ini masyarakat dan antar keluarga saling bekerjasama gotong-royong untuk membersihkan makam leluhur.
- Kirab, merupakan arak-arakan peserta Nyadran menuju ketempat upacara adat dilangsungkan.
- Ujub, menyampaikan Ujub atau maksud dari serangkaian upacara adat Nyadran oleh Pemangku Adat.
- Doa, Pemangku Adat memimpin kegiatan doa bersama yang ditujukan kepada roh leluhur yang sudah meninggal.
- Kembul Bujono dan Tasyukuran, setelah dilakukan doa bersama kemudian dilanjutkan dengan makan bersama.
Masyarakat menggelar Kembul Bujono atau makan bersama dengan setiap keluarga yang mengikuti kenduri harus membawa makanan sendiri. Makanan yang dibawa berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur dengan lauk rempah, prekedel, tempe dan tahu bacem, dan lain sebagainya.
Setelah masyarakat berkumpul dan membawa kendurinya masing-masing, kemudian makanan yang dibawa diletakkan di depan untuk didoakan oleh pemuka agama atau Mbah Kaum setempat untuk mendapatkan berkah dan kemudian tukar menukar makanan yang tadi dibawa oleh Masyarakat. Untuk mengakhiri acara kemudian masyarakat melakukan makan berasama dengan saling bersendau gurau untuk mengakrabkan diri.
Tata cara pelaksanaan tradisi nyadran tidak hanya sekedar ziarah ke makam leluhur tetapi juga terdapat nilai-nilai sosial budaya seperti gotong royong, pengorbanan, ekonomi, menjalin silaturahmi, dan saling berbagi antar masyarakat di suatu lingkungan.
Tradisi Nyadran dilakukan dengan kearifan lokal masing-masing sehingga di beberapa tempat terdapat perbedaan-perbedaan dalam prosesi pelaksanaannya. Dalam perjalanannya terdapat pengembangan-pengembangan dalam prosesi Nyadran yakni dengan memasukkan unsur-unsur budaya, salah satunya yakni dengan menampilkan bebagai kesenian khas daerah tersebut sebagai unsur pertunjukan. Nyadran termasuk sebagai salah satu tradisi menjelang datangnya bulan Ramadan. (*B@ms)