Tragedi Kebijakan Gas LPG 3 kg Menelan Korban!

0
59
Karin Kurniawan/Foto : Ist.

OPINI | POLITIK

“Warga Pamulang yang meninggal itu bernama Yonik. Yonik meninggal dunia, diduga karena kelelahan saat mengantre gas 3 kg di warung agen yang berjarak 300 meter dari kediamannya,”

Oleh : Karin Kurniawan

DI TENGAH suasana menuju bulan suci Ramadan, negeri ini lagi-lagi dihadapkan pada kehidupan yang makin sulit. Salah satunya yaitu kebijakan LPG 3 kg menjadi sangat langka di masyarakat. Pada tanggal 1 Februari, pemerintah telah resmi melarang penjualan LPG 3 kg di eceran kalaupun mau membeli harus ke warung agen dengan antrian yang sangat panjang.

Apa sebenarnya yang menyebabkan LPG 3 kg langka? Dikutip dalam laman tempo.co Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi (Disnakertransgi) DKI Jakarta, Hari Nugroho, mengungkapkan kelangkaan gas LPG 3 Kg di beberapa wilayah terjadi akibat pengurangan kuota LPG 3 Kg bersubsidi pada tahun 2025.

LPG 3 kg ini menimbulkan keluhan dari masyarakat yang berdampak dengan kebijakan ini, terutama masyarakat yang berdagang. Dikutip dari laman tribunnews.com LPG 3 kg di Samarinda langka dan harga melambung menjadi 50 ribu, Kelangkaan gas LPG 3 kg di Kota Samarinda membuat warga kesulitan mendapatkan bahan bakar untuk memasak.

Beberapa warga bahkan terpaksa kembali menggunakan kayu bakar dan minyak tanah sebagai alternatif dikarenakan harga LPG 3 kg yang melambung sangat tinggi.

Kelangkaan LPG 3 kg ini juga dirasakan oleh Samidi, seorang penjual gorengan di kawasan Kemanggisan Ilir, Palmerah. “Seminggu ini susah mas gasnya. Kalau ga ada gas saya ga jualan. Saya biasanya bawa satu dan satunya yang kosong untuk diisi di Pangkalan Kemanggisan Pulo,” kata dia.

Tak hanya itu saja dampak dari kebijakan ini sampai menewaskan ibu-ibu yang meninggal akibat mengantri untuk mendapatkan LPG 3 kg sebagaimana yang diberitakan di laman detikNews.

Kondisi ini nyatanya membawa duka setelah terdapat seorang ibu yang meninggal dunia usai antri membeli LPG 3 kg selama dua jam di bawah terik matahari. Warga Pamulang yang meninggal itu bernama Yonik. Yonik meninggal dunia, diduga karena kelelahan saat mengantre gas 3 kg di warung agen yang berjarak 300 meter dari kediamannya.

Sungguh miris melihat sistem hari ini, nyamankah kita hidup dengan kondisi seperti ini? Tentu tidak, kebijakan seperti ini banyak menimbulkan kesulitan dan bahkan menyebabkan kematian. Selamat datang pada sistem kapitalis, yang kaya akan semakin kaya dan yang susah akan semakin susah dan merana. Kita bahkan tidak bisa berbuat apa-apa dengan kezaliman kebijakan yang dibuat oleh pemimpin zhalim yang tentunya berdampak pada masyarakat terutama rakyat kecil.

Inilah dampak kapitalisasi sumber daya alam yang menerapkan sistem demokrasi bukan berdasarkan pengaturan Islam sehingga semua kebijakan yang diterapkan merugikan masyarakat. Dalam sistem Islam gas termasuk harta kepemilikan umum yang tidak boleh dikelola dan dimiliki oleh asing ataupun kelompok kecil ataupun perorangan. Negara Islam secara keluruhan yang wajib mengelola lalu mengembalikannya pada masyarakat.

Karena jelas pada hasits Rasulullah saw. berikut:
“Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api.” (HR Abu Dawud dan Ahmad)

Gas atau LPG itu termasuk dalam penghasil api sebagaimana hadis diatas, didalam Islam jika gas ini dikelola oleh negara secara keseluruhan maka rakyat akan diminta beli dengan harga sangat murah sebagai biaya produksi aja atau bahkan gratis.

Maka dari itu di dalam Islam pemimpin bertugas untuk melayani rakyat, karena setiap kebijakan yang dikeluarkan akan dipertanggungjawabkan sampai akhirat. Sudah seharusnya yang jadi pemimpin adalah orang yang benar-benar paham terkait syariat Allah. Bukan yang penting punya duit banyak terus jadi pemimpin.

Maka dari itu tidak ada pilihan lain kecuali kembali kepada sistem Islam yang tidak pernah menyusahkan rakyatnya dan aturannya datang dari aturan Allah SWT langsung. Wallahu A’lam Bishawab. (**)

*Penulis Adalah Aktivis Dakwah