OPINI | NUSANTARA
“Akidah yang dianut orang kapitalisme ini juga berasal dari barat, sehingga memilah-milah dalam aturan sang pencipta yakni Allah swt, layaknya prasmanan. Maka sungguh hal ini membuktikan batapa minimnya aqidah yang tertantancap pada kaum muslim disistem saat ini,”
Oleh : Nurmaya Sari
PERSETERUAN pemilik Padepokan Nur Dzat Sejati Gus Samsudin vs Pesulap Merah atau Marcel Radhival memasuki babak baru. Gus Samsudin melaporkan Pesulap Merah ke Polda Jatim terkait dugaan pencemaran nama baik dan ujaran kebencian.
“Jadi kedatangan kita di sini ini untuk melaporkan Marcel atau Pesulap Merah atas tindak pidana pencemaran nama baik dan juga ujaran kebencian,” tegasnya saat di Mapolda Jatim, seperti dilansir detikJatim, Kamis (Detiknews/4/8/2022).
Pesulap Merah secara blak-blakan membongkar trik pawang hujan usai menghebohkan media sosial karena mengungkap praktik-praktik ilmu perdukunan berkedok agama.
Hal ini membuat nama Mbak Rara ikut terseret. Hal tersebut diungkap pria bernama asli Marcel Radhival ini saat menjadi bintang tamu dalam kanal YouTube Arie Untung. Mbak Rara sendiri menjadi sorotan setelah aksinya menghentikan hujan dalam gelaran MotoGP pada Maret 2020. “Pawang hujan itu kan sebenarnya 50:50 kan. 50 persen berhasil, 50 persen gagal,” kata Pesulap Merah dikutip Senin (Sindonews.com8/8/2022).
Dunia perdukunan baru-baru ini dlsedang banyak diperbincangkan, setelah kemunculan salah satu pesulap yang menguak kejanggalan dan membongkar kedok para dukun dipublikasikan diberbagai media. Sehingga Kejadian ini menuai banyak kontraksi, salah satunya dari pelaku yang bersangkutan sehingga terjadi percekcokan.
Soal perdukunan memang tumbuh subur diindonesia sendiri. Padahal mayoritas negeri ini adalah islam, tetapi masih banyak kesyirikan yang terjadi.
Maraknya persoalan ini juga memberikan gambaran jelas dari kebobrokan umat disistem kapitalis. Ham menjadi panutan bangsa, sehingga setiap orang bebas berbuat sesuka hatinya selagi tidak merugikan. Akidah yang dianut orang kapitalisme ini juga berasal dari barat, sehingga memilah-milah dalam aturan sang pencipta yakni Allah swt, layaknya prasmanan. Maka sungguh hal ini membuktikan batapa minimnya aqidah yang tertantancap pada kaum muslim disistem saat ini.
Saat ini jika ada suatu permasalahan terjadi maka pemerintah akan diam selama tidak meresahkan, jika permasalahan itu meresahkan dan merugikan negara, baru pemerintah turun untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Sehingga perdukunan seperti hal yang terjadi ini dianggap hal biasa, dan kesyirikan ditumbuh suburkan begitu saja.
Islam sendiri melarang keras dalam berbuat kesyirikan, Dan dosa yang paling besar disisi allah adalah syirik. Maka allah sangat mengecam para pelaku syirik dan memberikan adzab tanpa ampunan. Maka ketika suatu daerah yang sudah banyak melakukan kemaksiatan seperti syirik, riba, zina maka allah akan melaknat negri tersebut.
Oleh karena itu adanya islam dan dakwah yang rasul lakukan adalah untuk mengajak manusia kepada kebenaran meninggalkan kesyirikan dan memurnikan akidah dan keimanan.
Negara adalah institusi tertinggi dalam kekuasaan, ketika negara itu kafir maka ia akan menerapkan hukum yang kufur. Ketika negara itu islam maka ia akan menerapkan hukum yang sesuai dengan qur’an dan sunah.
Maka sungguh sangat wajib negara ini bersandar pada islam dengan sistem pemerintahan dengan mode islam pula. Karena satu-satunya jalan lurus yang mampu menghantarkan umat pada kebenaran adalah syariah Kaffah dan sistem nya khilafah.
Historis pemerintahan yang rasul contohkan pada sistem khilafah islamiyah juga menggambarkan betapa indahnya hidup tanpa kesyirikan. Sehingga dengan aqidah yang Kaffah dalam islam ini memancarkan cahaya kegemilangan bagi suatu negeri.
Oleh karena itu ketika kita hijrah kepada syariah kaffah dan sistem khilafah, maka persoalan kesyirikan ini diatasi secara kaffah sesuai aturan allah swt. Dan aqidah umat bisa terjaga kemurniannya dan jauh dari perdukunan dan sihir manusia yang menyesatkan, sehingga hanya percaya kepada allah swt. Hingga Rahmat dan berkah islam akan menaungi. (*)
*Penulis Adalah Mahasiswi Ma’had Abu Ubaidah Bin Al-jarrah