PERISTIWA | NUSANTARA
“Kalimantan Barat masih banyak kekurangan tenaga listrik untuk memacu pertumbuhan industri manufaktur dalam sekala besar, yang pada akhimya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi,”
Pontianak | KALBAR | Lapan6Online : Untuk menyongsong Indonesia Emas tahun 2045, Kalimantan Barat yang masih kekurangan tenaga listrik, sosok Putra asli Kalimantan Barat kelahiran Sanggau siap menciptakan gebrakan canggih dan modern.
Hal ini seperti yang disampaikan Nasri Alisan, Direktur PT. Natura Hidio Energy kepada infokalbar.com (Media Group Jaringan Lapan6Online.com,red), ia mengatakan bahwa,”Kita siap mensuplay daya listrik ke system khatulistiwa dari Energi baru terbaharukan (EBT,red) dengan menggunakan Tenaga Air (PLTA),” terang Nasri Alisan.
Insinyur Elektro Teknik Lulusan UNTAN ini menjelaskan bahwa,”Dalam periode ini yang sudah betul-betul siap adalah 8.5 MW yang sudah terdaftar di DPT PT PLN dan FS nya juga sudah siap dengan dokumen-dokumen pendukung lainnya dan tinggal menunggu jadwal tender dari PLN,” jelas Nasri Alisan.
Selanjut nya Nasri menjelaskan bahwa Kalimantan Barat masih banyak kekurangan tenaga listrik untuk memacu pertumbuhan industri manufaktur dalam sekala besar, yang pada akhimya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Nasri membeberkan secara detail bahwa,”Sebagai gambaran bahwa untuk menyongsong Indonesia Emas tahun 2045, Kalimantan Barat membutuhkan Investasi sebesar 1.000 T, sehingga rata-rata dibutuhkan investasi 50 T pertahun nya dan tenaga Listrik adalah factor yang sangat penting sebagai komponen dasar dalam pengerak sector industry tersebut. Kita sudah punya rencana untuk mensupply total sebesar 300 MW dari Tenaga Air yang tersebar di seluruh kalbar dan 100 MW dari Tenaga Surya dan sambil menunjukkan fesibility Study yang dalam proses pengerjaan, namun yang sudah clear dan Confident adalah 8,5 MW di kabupaten landak sudah siap semuanya termasuk Financialnya, kita sekarang lagi Giat dilapangan melakukan bebarapa study di perbatasan kaibar-kalteng dan kaltim yang di perkirakan akan dapat membangkitkan total 800 MW tersebar di berbagai lokasi yang lagi kita hitung apakah fisible dari sisi opex dan capex nya,” bebernya.
Dalam Rencana usaha penyediaan tenaga listrik RUPTL 2021-2030 PT PLN (Pesero) daya mampu yang tersedia 592. MW sedang kan rencana pembelian Listrik oleh PLN sampai tahun 2030 adalah sebesar 718,2 MW yang diharapkan dari bauran energy EBT, dan ini dalam kondisi pertumbuhan normal, belum termasuk jika ada permintaan suatu kawasan industry yang memang massif menggunakan tenaga listrik antara 1-4 MW per industry nya, jika dibuat rata2 ada 1000 industri artinya kita memerlukan 2.000 MW di luar kebutuhan normal nya, dan factor ini yang menyebabkan rendahnya investasi di bidang industry manufaktur di Kalimantan Barat ini lanjut pak nasri yang juga salah satu pengurus Kadın indonesia bidang pembangunan kawasan perbatasan
Selanjutnya Putra asli Kalimantan Barat kelahiran Sanggau ini menjelaskan bahwa pihaknya juga akan bekerja sama dengan Fakultas teknik Untan dan perguruan tinggi lainnya dalam mengeksplor sumber-sumber energy Terbaharukan yang ramah lingkungan baik itu bersumber dari Air, matahan, Angin serta Hidrogen
“Dalam kesepatan ini juga kami sedang menjejaki kerjasama dengan perusahaan pabrikan Solar panel dan batre sebagai media penyimpanan Energi listrik (Storage) di China untuk membuatkan Feasibiity study dan pabrik di Kalimantan Barat, karena sumber bahan baku Solar cell banyak terdapat di Kalimantan barat lagi pula posisi Kalimantan barat merupakan provinsi yang matahari bersinar paling maksimal karena berada di garis khatulistiwa lanjut nya, dan kita lagi proses MOU dengan mereka,” ujarnya.
Ia menambahkan,”Saat sekarang Dikalimantan Barat di supply tenaga Listrik yang menggunakan bahan Bakar batubara, Solar dan Batu bara, dan pembelian listrik dari negara tetangga Malaysia sebesar kurang lebih 140 MW, tetapi kita perlu waspadar bahwa sewaktu-waktu mereka juga membutuhkan energy listrik yang besar untuk kepentingan mereka sendiri sehingga kita sudah harus memikirkan sumber energy yang ekonomis sebagai backup nya ungkap politisi dan mantan anggota DPRD ini,” tambahnya.
Diakhir wawancara ia mengatakan,”Pembangkit dengan menggunakan diesel pada saat sekarang BPP nya sekitar 3000-6000 rupiah (tergantung lokasi pembangkitnya) per Kwh nya sedangkan penjualan PLN ke pelanggan adalah 1.600-1800 rupiah per kwh nya, selisih BPP tersebut merupakan beban subsidi yang di tanggung pemerintah yang selama ini merupakan bebian fiscal yang berat tetapi suka tidak suka harus dilaksanakan,” pungkasnya. (*Wan/Saepul)