OPINI | POLITIK | NUSANTARA
“Pemerintah berharap dengan suksesnya acara W20 akan menjadi batu loncatan kesuksesan pariwisata di Danau Toba, sehingga pariwisata dan budaya tidak hanya dikenal oleh penduduk lokal melainkan juga dikenal oleh kancah dunia,”
Oleh : Uci Riswahyu,S.Akun
PENYERAHAN komunike kepada Group of Twenty (G20) Presidensi Indonesia pada Kamis, 21 Juli 2022, sekaligus menandai penutupan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Women20 (W20 Summit) di Simalungun, Danau Toba, Sumatera Utara (Sumut) yang berlangsung sejak 19 Juli 2022.Co-Sherpa G20 Presidensi Indonesia, Raden Edi Prio Pambudi menerima komunike untuk seterusnya diajukan ke KTT G20 mendatang.Pertemuan tersebut sekaligus menandai lahirnya “Toba Track”, sebagai komitmen dari W20 untuk memberikan aksi nyata dalam pemberdayaan perempuan.
W20 menjadi engagement group pertama yang menyelesaikan komunike sekaligus menggelar KTT di Danau Toba. (m.liputan6.c0m/22/07/2022).
Pertemuan W20 Summit di Danau Toba juga diharapkan sebagai pembuktian bahwa Sumatera Utara siap kembali menyambut kedatangan wisatawan nusantara dan mancanegara pasca pandemi.
Selain itu, ditetapkannya Danau Toba sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas dan salah satu Unesco Global Geopark Menjadikan Sumatera Utara sebagai icon baru pariwisata Indonesia berbasis keindahan alam, sekaligus kita ingin memperkenalkan Sumatera Utara kepada dunia melalui kegiatan W20 Summit yang mendatangkan delegasi dari negara-negara anggota G20. (m.gosumut.com/15/06/2022).
Menurut keterangan Hardiani Uli Silalahi ada sekitar 10 negara yang telah mengkonfimrasi kehadirannya di event W20. Tokoh-tokoh dunia ini nantinya akan berkumpul di Parapat selama tiga hari membahas isu-isu mengenai perempuan dan ekonomi.
“Delegasinya total 19 plus Uni Eropa, jadi lebih dari 20 negara. Sementara ini yang konfirmasi sudah 10 negara bahkan mereka sebagian sudah membooking tiket,” ungkap Hardiani Uli. Event W20 di Parapat merupakan event penting karena akan memutuskan hal apa yang akan diajukan W20 untuk deklarasi di G20 Desember nanti. Saat ini, isu prioritas W20 antara lain diskriminasi dan kesetaraan gender, inklusi ekonomi, perempuan marginal dan kesehatan.(diskominfo.sumutprov.co.id/13/04/2022).
Pemerintah tentunya sangat menyambut baik dan bahkan antusias dalam melaksanakan event W20 di Danau Toba. Hal ini karena pemerintah berharap dengan suksesnya acara W20 akan menjadi batu loncatan kesuksesan pariwisata di Danau Toba, sehingga pariwisata dan budaya tidak hanya dikenal oleh penduduk lokal melainkan juga dikenal oleh kancah dunia.
Tidak hanya itu, Pemerintah juga berharap dengan suksesnya agenda W20 maka apa yang akan diajukan W20 untuk deklarasi di G20 Desember nanti dapat berjalan sukses pula. Namun, pertanyaannya adalah siapakah yang akan menikmati hasil dari kesuksesaan W20 dan G20 ini? Faktanya hingga saat ini perekonomian rakyat masih sulit dan kesejahteraan kaum perempuan masih saja terancam.
Membuka keran investasi dibidang pariwisata bukanlah menjadi solusi dalam memperbaiki perekonomian negara, justru akan semakin memperkuat intervensi negara imprealis di negara ini dalam balutan sistem kapitalis. Masyarakat yang tidak siap dalam menyesuaikan diri tentu akan semakin berada dalam kondisi ekonomi yang mencekik.
Begitupula program untuk pemberdayaan perempuan, nyatanya tidak dapat membangkitkan perekonomian negara ini. Adapun fakta yang ditemukan saat ini adalah semakin banyak kaum perempuan yang kehilangan idealismenya. Jadi, jelaslah bahwa kesuksesan W20 bukanlah mewakili kesuksesan rakyat terlebih lagi perempuan, melainkan kesuksesan tersebut hanya didedikasikan untuk para kapital dan segelintir orang saja.
Dalam Islam sumber pemasukan negara tidak bergantung pada bidang pariwisata, sehingga negara islam tidak akan jor joran dalam mengembangkan bidang tersebut, apalagi sampai membuka lebar-lebar keran investasi terhadap negara Asing. Negara akan semaksimal mungkin dalam mengelola sumberdaya alam secara mandiri untuk mensejahterakan perekonomian rakyat.
Begitu pula terkait dengan pemberdayaan terhadap perempuan, Islam tidak melarang perempuan untuk bekerja dan berdagang, hanya saja perempuan tidak akan dipaksakan untuk menjadi bagian dalam menopang ekonomi negara. Islam begitu memuliakan perempuan, dimana saat perempuan berada pada idealismenya yaitu menjadi ummu wa rabbatulbait dan madrasatul ‘ula bagi anak-anaknya, maka akan terlahirlah para generasi yang mampu mewujudkan peradaban gemilang. Itu semua hanya dapat terwujud jika negara menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan bernegara. Wallahu’alam. (*)
*Penulis Adalah Aktivis Dakwah