Lapan6Online | Jakarta : Anggota Komisi I DPR RI, Hasbi Anshory, mengatakan, transformasi digital harus dimanfaatkan dengan baik, termasuk untuk kemajuan dan kesejahteraan. Jangan sampai, kata dia, kemajuan teknologi justru untuk memecah belah dan menyebarkan kebencian sesama bangsa.
Hasbi menyampaikan hal itu saat menjadi narasumber dalam webinar Ngobrol Bareng Legislator dengan tema “Transformasi Digital dan Implementasinya”, yang digelar atas kerja sama Komisi I DPR RI dan Kementerian Kominfo, pada Rabu (15/2/2023).
“Manfaatkan teknologi ini untuk kepentingan bisnis, untuk kepentingan bangsa dan negara,” kata Hasbi.
Hasbi mengatakan, transformasi digital tidak hanya dalam bidang teknologi. Namun, seluruh aspek kehidupan juga turut menyertainya.
“Ini dimungkinkan orang untuk menyatu bersama. Kita bisa lebih mudah bersosialisasi dengan membuat grup WhatsaApp dan lain-lain. Orang yang sudah lama tidak bertemu ternyata bisa kembali terhubung melalui grup WhatsaApp. Ini sangat bermanfaat,” ujarnya.
Dalam berbisnis, sebuah perusahaan juga bisa dengan mudah mencari SDM melalui kemajuan teknologi. Menurutnya, di era saat ini yang terpenting adalah pengasaan data.
“Sekarang perusahaan untuk mengambil SDM tingggal klik saja semua ada datanya. Di era sekarang siapa yang menguasai data maka bisa menguasai pasar, termasuk juga dalam politik,” katanya.
“Digitalisasi menyentuh dalam segala kebutuhan. Dulu kita belanja face to face. Sekarang cukup tinggal klik kita bisa memilih apa yang kita inginkan,” lanjut Hasbi.
Ia menilai, transformasi digital sangat membantu manusia dalam segala aspek, termasuk dalam merawat kesatuan dan persatuan bangsa.
“Target Presiden Jokowi 2045 Indonesia merdeka signal. Kami dari Komisi I bagaimana kita meningkatkan anggaran untuk pemerataan ini,” tegasnya.
Narasumber lain, akademisi Yesi Elfisa, mengatakan, pandemi turut mempercepat proses transformadi digital, termasuk dalam bidang pendidikan.
“Pandemi tidak hanya berdampak pada ekonomi masyarakat, tapi juga pendidikan. Saat ini gaya belajar anak di era digital ini dikenal dengan digital native atau penduduk digital. Karena mereka tanpa diajari pun sudah memahami digitalisasi ini. Gaya belajar anak sekarang lebih kritis dan berani mengutarakan pendapatnya. Mereka juga lebih menyukai inovasi. Kemudian bergantung pada teknologi,” kata Yesi.
“Mereka akan lebih panik bila tidak ada wifi, kuota dan lain-lain. Mereka juga lebih suka dilibatkan dan interaktif,” lanjutnya.
Dengan kondisi ini, kata Yesi, guru juga tentu harus bertransformasi untuk memahami gaya belajar murid masa kini. Menurutnya, peran guru tidak hanya sebagai pengajar saja, tapi harus bisa menjadi katalisator.
“Para guru harus bisa menggali potensi peserta didik sekaligus sebagai penjaga gawang yang beguna untuk menyaring apa yang dilakukan siswanya dalam memanfaatkan era digital ini. Guru harus family dengan siswa didiknya. Guru juga harus bisa menjadi penghubung baik di dalam maupun di luar kelas. Banyak manfaat transformasi digital di dunia pendidikan,” tandasnya.
Dalam kesempatan itu juga hadir pegiat literasi, Rinda Amalia, sebagai narasumber. Ia menilai, digital bisa meningkatkan penghasilan pelaku usaha.
“Mengapa penting, customer cepet berganti. Sejak masa pandemi ada perubahan. Misal sebelumnya harus pakai distributor, sekarang pedagang bisa langsung ke konsumen. Jadi pelaku usaha harus bertransformasi digital. Transformasi digital bisa meningkatkan produktivitas karen menghemat waktu,” kata Rinda. (*YP)