“Pemerintah dalam hal ini POLRI, TNI (Kapolri, Panglima TNI) harus tegas. Jangan cuma berani tegas ke Ummat Islam aja. Giliran Ummat Islam (Pemuda Muslim) bergerak di bilang radikal, bibit teroris. Sampai-sampai ada Brimob nyerang ke dalam Masjid Tanah Abang padahal tidak ada yang bawa senja tajam maupun senjata api.”
Lapan6Online : Baru saja NKRI merayakan HUT Kemerdekaan RI ke 74. Sontak pada Senin (19/8/2019) Wilayah Provinsi Papua, Sorong dan sekitarnya bergejolak dan rusuh. Dari informasi yang di himpun, kerusuhan. masa perusuh mulai bergerak mendekati tempat ibadah Ummat Islam (Masjid).
Sontak Ummat Islam di sekitar bergerak menghalau para perusuh, melalui komando Imam Masjid “Tidak ada pilihan lain, kecuali Jihad dan Lawan..” Alloh Akbar… Alloh Akbar.
Menurut kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo menandaskan” pihaknya tidak menggunakan peluru tajam dalam pengamanan aksi unjuk rasa yang terjadi di Papua pada Senin (19/8/2019). Menurutnya, tidak digunakan peluru tajam, karena dikhawatirkan adanya pihak tertentu yang memanfaatkan situasi yang terjadi di Papua.
“Saya tegaskan di sini, aparat dalam melaksanakan pengamanan unjuk rasa tidak dibekali peluru tajam, karena kita khawatir ada pihak tertentu yang memanfaatkan situasi” Ungkap Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, pada Senin (19/8/2019).
Polisi, dalam melakukan pengamanan lebih mengedepankan tindakan persuasif dan komunikatif, serta berkoordinasi dengan pihak Pemda, TNI, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan mahasiswa.
Terkait situasi terkini, mantan Wakapolda Kalimantan Tengah ini menuturkan bahwa sudah kondusif. Untuk wilayah Papua, dia menyebut, tak ada kejadian menonjol dan aspirasi mahasiswa dan masyarakat sudah tersampaikan.
“Massa sudah menyampaikan aspirasinya dan kembali ke kediaman masing-masing, langsung dikawal oleh aparat Polri TNI,” ujarnya.
Sedangkan untuk wilayah Papua Barat, khusus wilayah Sorong, ada beberapa insiden dan konsentrasi massa. Namun, jumlahnya tidak besar dan masih di bawah kontrol kendali aparat Polri dan TNI, serta Pemda.
Untuk situasi kota Manokwari, hasil komunikasi antara Kapolda, Pangdam ,dan Wagub Papua Barat, dengan tokoh masyarakat dan tokoh pemuda, serta elemen mahasiswa sudah ada kesepakatan apa yang menjadi aspirasi dari masyarakat ditampung dan disampaikan ke Pemerintah Pusat.
“Aspirasi diterima secara umum, masyarakat kembali namun ada beberapa penggal jalan yang masih dilakukan blokade, namun tidak terlalu besar,” katanya.
Aparat Polri bersama TNI melibatkan beberapa tokoh, lanjut Dedi, saat ini melaksanakan kegiatan patroli gabungan secara dialogis untuk mencoba mendatangi masyarakat, agar membuka blokade dan meminta kembali ke rumah masing-masing. Mari sama-sama menjaga kota Manokwari, Papua, agar kondusif,” pungkasnya.
Terkait hal ini, Habib Ahmad Alydrus turut angkat bicara. Habib meminta tindakan adil pemerintahdalam menangani persoalan.
“Pemerintah dalam hal ini POLRI, TNI (Kapolri, Panglima TNI) harus tegas. Jangan cuma berani tegas ke Ummat Islam aja. Giliran Ummat Islam (Pemuda Muslim) bergerak di bilang radikal, bibit teroris. Sampai-sampai ada Brimob nyerang ke dalam Masjid Tanah Abang padahal tidak ada yang bawa senja tajam maupun senjata api.” Ujarnya seperti yang dikutip dilaman radarindonesianews.com, saat ditemui di kediamannya, pada Selasa (20/8/2019).
Habib juga menyayangkan, mengapa kerusuhan Papua yang jelas-jelas membahayakan bahkan ada yang bawa senjata tajam dan sejata api. Eeeh malah cuma dikasih peluru karet. Dan ingat ini nampak Pemerintah (Kapolri) Pilih Kasih. Jadi ga usah teriak-teriak tentang supremasi hukum dan Ngaku-ngaku Pancasila Kalau aparat penegak hukum nya ga bisa menegakkan Ke Adilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Red/Billy/Red/arus
*Sumber : radarindonesianews.com