Lapan6online.com – Seperti yang sering kita dengar dari para ulama dan juga cerita dari buku, kita ketahui bahwa Nabi Ibrahim alaihissalam diselamatkan Allah SWT ketika dibakar dalam gunung api oleh Raja Namrud. Bukannya kepanasan, ketika itu Nabi Ibrahim malah kedinginan sehabis dibakar.
Ketika Raja Namrud memerintahkan pasukannya untuk membakar Nabi Ibrahim, seekor semut mendengar kabar itu. Semut itu kemudian berpikir bagaimana caranya menyelamatkan Nabi Ibrahim meski ia bertubuh kecil. Karena punya tekad tak boleh berdiam diri, si semut pun membuat bejana dari kayu kecil, lalu pergi ke danau sambil membawa bejana tersebut untuk membawa setetes air yang akan ia gunakan untuk menolong Nabi Ibrahim.
Dalam perjalanan, si semut bertemu dengan seekor gagak. Gagak itu kemudian bertanya kepada si semut: “kenapa kamu pikul air itu sampai kau begitu payah membawanya?” Semut menjawab : “Aku membawa bejana berisi air karena mendengar kalau Namrud akan membakar Nabi Ibrahim? Aku ingin membantu memadamkan api Namrud yang membakar Nabi Ibrahim.”
Berkata lagi Gagak: “Apakah kamu merasa yakin bisa memadamkan api besar Namrud dengan setetes air itu?” Semut pun menjawab: “Aku tahu setetes air yang ku bawa tidak akan bisa memadamkan api besar Namrud, tetapi dengan ini aku bisa memastikan di pihak manakah aku berada (di pihak Allah).”
Singkat cerita, si gagak pergi begitu saja sambil mencemooh si semut. Sementara si semut tetap pergi ke tempat Ibrahim akan dibakar dengan tekad yang kuat. Meski cerita semut membawa setetes air ini tidak ada dalam Alquran atau hadis, tapi kita bisa mengambil banyak hikmah dari kisah ini.
Semut itu tahu setetes air tidak akan mampu memadamkan api besar, tapi semut itu tahu kalau Allah selalu menilai hambanya yang melakukan kebaikan walau sangat kecil. Semut itu ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah makhluk yang beriman di hadapan Allah SWT dengan membantu kekasih Allah, Nabi Ibrahim.
Si semut ingin melakukan kebaikan sesuai kemampuannya. Tak peduli meski ada yang mencemoohnya, si semut melakukan kebaikan dengan niat tulus karena ingin dinilai Allah SWT bukan oleh makhluk. Oleh sebab itu si semut tak mundur meski dicemooh oleh si gagak.
lihatlah pedoman hidup sang semut! Apakah dia terlihat gagah, atau tampak konyol dengan apa yang dia perbuat? Tidakkah kita malu dengan sang semut yang dengan tenaga kecilnya masih semangat untuk membela Allah dan Rasulnya, sedangkan kita hanya duduk bisu dan bahkan mencemoh para penuntut keadilan untuk agama Allah seperti yang dilakukan gagak di atas.
Patut kita ingat kembali sumpah kesaksian kita kepada Allah SWT, bahwa kita adalah seorang muslim yang sejatinya terikat dalam sebuah perjanjian dengan Allah SWT. Bahwa kita harus membuktikan keimanan dan keislaman kita dalam kehidupan kita di dunia ini. Dan salah satu bukti iman dan Islam kita adalah dengan menunjukkan keberpihakan kita kepada kebenaran, seperti semut yang membuktikan keberpihakannya kepada nabi Ibrahim AS.
Allah SWT sudah memerintahkan kita agar kita menjadi penolong agama Allah, sebagaimana Nabi Isa AS meminta pengikutnya yang setia (hawariyyun) menjadi penolong-penolong agama Allah, sebagaimana termaktub dalam surat Ash-Shaff ayat 14. Maka ayat ini menjadi dalil keharusan kita untuk menolong agama Allah SWT.
Bahkan dalam ayat sebelumnya, Allah menawarkan sebuah perdagangan yang imbalannya adalah diselamatkannya kita dari api neraka. Dan perdagangan yang Allah tawarkan adalah Jihad Fii Sabiilillah dengan harta dan jiwa kita. Artinya, Allah SWT dalam hal ini mewajibkan kita untuk menolong agama Allah.
Dan Allah memberikan gambaran apa yang akan kita dapat jika kita menjadi penolong agama Allah. Dan salah satu cara kita berjihad menolong agama Allah adalah dengan menunjukkan keberpihakan kita kepada Islam. Yang mana mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
Wallahu ‘Alam bishawab, (*)
*Disarikan dari Rasilnews.com