“Malangnya pembagian bansos yang dilakukan oleh pemerintah belum merata banyak kasus pengaduan oleh masyarakat yang mengatakan bahwa bantuan sosial tidak sampai ketangan mereka yang membutuhkan,”
Oleh : Mita Wulandari
Jakarta | Lapan6Online : Berulang kali seolah tak mengenal henti kasus korupsi kembali terjadi, setiap tahun selalu saja ada kasus baru yang membuat rakyat jengkel mendengarnya.
Parahnya kasus korupsi yang terjadi membuat rugi negara dan juga rakyat sendiri. Dampak pandemi yang belum juga teratasi membuat masalah baru di negeri ini, kemiskinan semakin meningkat, pengangguran naik, angka kematian yang cukup tinggi, kasus kelaparan yang tak bisa teratasi.
Belum lagi kriminalitas kian parah akibat himpitan ekonomi yang dilatarbelakangi oleh kasus pandemi. Malangnya pembagian bansos yang dilakukan oleh pemerintah belum merata banyak kasus pengaduan oleh masyarakat yang mengatakan bahwa bantuan sosial tidak sampai ketangan mereka yang membutuhkan.
Sehingga mereka turun kejalan untuk mencari nafkah apapun demi mendapatkan sesuap nasi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dilansir dari (www.idntime Kamis 14/5/2020) Ketua Ombudsman Amzulian Rifai mengatakan, banyaknya laporan dari masyarakat itu karena pembagian bansos kepada mereka yang terdampak virus corona tidak merata.
Selain itu, banyak juga pengaduan dari masyarakat terdampak yang melihat tidak jelasnya prosedur dan persyaratan untuk menerima bansos.
Mungkin itu hanya beberapa aduan dari sekian banyak nya kasus yang terjadi.
Parahnya ditengah pandemi yang membuat ekonomi masyarakat terhimpit Dana bantuan sosial malah dikorupsi ,hingga angka yang fantastis.
Uang yang seharusnya diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat terdampak kelaparan akibat dampak pandemi malah di kantongi untuk kepuasan pribadi.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Menteri Sosial Juliari P Batubara dan lima orang lainnya sebagai tersangka dugaan suap terkait pengadaan bantuan sosial Covid-19.
Dugaan korupsi bantuan sosial ini lantas menjadi sorotan publik karena dinilai ironis di tengah situasi masyarakat yang sedang kesulitan menghadapi pandemi Covid-19.
Kasus ini terungkap dari operasi tangkap tangan yang dilakukan KPK pada Jumat (kompas.com 4/12/2020) hingga Sabtu (kompas.com 5/12/2020) dini hari. Ada enam orang yang diamankan KPK dalam OTT itu.
“Kemudian ada pula aduan karena kondisi masyarakat yang lebih darurat lapar, namun tidak terdaftar sebagai penerima bantuan dan terdaftar, tapi tidak dapat menerima bantuan di tempat domisili karena KTP pendatang,” kata Amzulian melalui keterangan tertulis.
Miris diantara banyak nya rakyat yang mengais rezeki hanya untuk sesuap nasi , mereka malah korupsi uang rakyat hanya untuk kepuasan pribadi.
Disaat banyak kasus kematian akibat kelaparan, kasus bunuh diri sebab himpitan ekonomi dan kasus kasus lain yang timbul ditengah masyarakat akibat dampak ekonomi sehingga mengakibatkan derita yang membuat semakin terpuruknya rakyat.
Bukan main main angka yang mereka korupsikan sangat fantastis, angka tersebut seharusnya bisa mendanai kebutuhan rakyat apabila tepat realisasinya Mirisnya dana bansos didapatkan melalui Utang dari luar negeri .
Korupsi seolah tak pernah mati di negeri ini tiap tahun semakin lama semakin subur, tak ada tuntutan berat yang menjerat mereka sehingga membuat mereka merasa tak takut melakukan tindakan keji.
Entah berapa lama lagi rakyat harus menderita sebab kerakusan yang diperbuat koruptor negeri.
Bukankah mereka melihat sendiri banyak kasus kematian akibat kelaparan yang terjadi ditengah pandemi, harus berapa lama kesengsaraan itu membuat mereka mati dilansir dari (CNN ,Minggu 12/07/2020).
Lembaga nirlaba yang fokus menyoroti kemiskinan dunia, Oxfam memperingatkan potensi kematian akibat kelaparan saat pandemi Covid-19 diperkirakan mencapai 12 ribu per hari di akhir 2020. Dalam laporan yang dirilisnya, Oxfam menyebut potensi kematian akibat kelaparan bisa merenggut lebih banyak nyawa dari infeksi virus corona sendiri.
Untuk perbandingan, Johns Hopkins University mencatat angka kematian tertinggi akibat Covid-19 harian tertinggi pada 17 April lalu sebanyak 8.890 orang.
“Pandemi ini adalah tantangan terakhir bagi jutaan orang yang telah berjuang atas dampak konflik, perubahan iklim, ketidaksetaraan, dan sistem pangan yang rusak yang telah memiskinkan jutaan produsen dan pekerja pangan,” kata Direktur Eksekutif Sementara Oxfam Chema Vera seperti dikutip dari (CNN, Minggu (12/7/2020).
Demokrasi kapitalis memang bukan diperuntukan bagi rakyat. Penderitaan rakyat tak pernah terobati entah berapa lama lagi menuai luka akibat dana untuk rakyat dikorupsi , padahal dulu berjanji untuk mensejahterakan rakyat sendiri.
Kita bisa melihat dengan jelas bahwa sistem Kapitalis-demokrasi tak pernah berpihak pada golongan ekonomi lemah . Sistem ini hanya menguntungkan kepuasan pribadi dengan menghalalkan segala cara agar jadi hak milik sendiri,rakyat seolah tak apa bila dana untuk keperluan negara dikorupsi oleh para petinggi. Padahal kesejahteraan memang lah milik rakyat
Padahal islam sangat menjamin kehidupan manusia dan dapat mensejahterakan kehidupan umat melalui syariat dan solusi yang diberikan oleh Allah sebagai sang pencipta sekaligus sang pengatur Sadarlah sudah saatnya sistem Islam diterapkan dalam kancah negara bukan hanya pada individu saja Wallahu’alam bishawab. (*)
*Penulis Adalah Aktivis Mahasiswa