Kematian Nakes Indonesia Tertinggi se-Asia, Adakah Solusinya ?

0
23
Ilustrasi/Net
“Negara akan memisahkan antara orang yang sakit dengan orang yang sehat agar penyakit tidak menyebar dengan cepat ke wilayah yang lain. Pemisahan dilakukan dengan melakukan tes swab secara masal dan gratis,”

Oleh : Zhuhriana Putri

Lapan6Online | Jakarta : Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi mengatakan, kematian tenaga medis dan kesehatan di Indonesia tercatat paling tinggi di Asia. Selain itu, Indonesia juga masuk ke dalam lima besar kematian tenaga medis dan kesehatan di seluruh dunia. “Sejak Maret hingga akhir Desember 2020 terdapat total 504 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi Covid-19,” ujar Adib dikutip dari siaran pers PB IDI (Kompas.com, 02/01/2021).

Tingginya angka kematian Nakes tentu membawa kerugian besar bagi negeri ini. Dimana jumlah dokter yang terdapat di Indonesia masih berada di bawah standar. Berdasarkan data Bank Dunia, jumlah dokter di Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara, yaitu sebesar 0,4 dokter per 1.000 penduduk. Artinya kehilangan 100 dokter sama dengan 250 ribu penduduk tidak punya dokter.

Fakta hari ini menunjukkan bahwa tingginya kematian Nakes akibat wabah Covid-19 tidak terlepas dari sistem kehidupan saat ini, yaitu sistem kapitalisme sekulerisme. Sekulerisme menjadikan negara saat ini diatur oleh aturan-aturan manusia yang sangat mengutamakan nilai-nilai material dan kemanfaatan. Karena dasar ide ini adalah memisahkan agama dalam kehidupan.

Maka terbentuklah para penguasa dengan kepemimpinan yang sarat kepentingan. Para penguasa hari ini tidak segan untuk tetap menyelenggarakan pilkada demi mengamankan kekuasaan mereka. Meskipun angka penyebaran wabah Covid-19 masih tinggi. Bahkan mereka tega menyakiti hati rakyat dengan mengorupsi dana bantuan sosial selama masa wabah.

Terlebih lagi pandangan hidup kapitalisme yang hanya berorientasi pada materi semata. Menjadikan negara berlepas tangan dari mengurus urusan rakyat. Kebijakan New Normal menjadi pilihan demi menjalankan kembali perekonomian yang anjlok akibat salah kebijakan lockdown diawal masa pandemi.

Padahal kondisi di luar rumah masih sangat berbahaya. Maka tidak heran jika semakin memunculkan klaster-klaster penularan baru. Kapitalisme juga menjadikan para penguasa untuk terus bekerja sama dengan pemilik modal untuk menggarap layanan publik, seperti layanan kesehatan BPJS sebagai ajang bisnis bagi mereka.

Dan disaat yang sama penguasa menyerahkan harta kekayaan yang dimiliki masyarakat yaitu sumber daya alam yang melimpah ruah kepada para kapital. Demi keuntungan pribadi yang didapat. Tentu kebijakan-kebijakan ini menunjukkan bahwa sistem kapitalisme sekulerisme menempatkan ekonomi sebagai prioritas utama bukan nyawa masyarakat.

Dengan demikian tingginya angka kematian Nakes merupakan konsekuensi dari penerapan sistem kapitalisme sekulerisme yang tidak bisa dihindari. Seharusnya kondisi ini sudah semakin menunjukkan bahwa kehidupan manusia hari ini membutuhkan sistem alternatif sebagai solusi yang telah terbukti mampu mengatasi pandemi dan menyelamatkan nyawa manusia. S

ejarah telah menjadi bukti bahwa satu-satunya sistem yang mampu adalah sistem Islam. Aturan Islam telah menjadikan negara sebagai penanggung jawab urusan umat. Sistem Islam memiliki kebijakan dalam menyelesaikan wabah dengan mekanisme memutuskan rantai penularan wabah. Sejak awal terjadi pandemi, negara akan menerapkan kebijakan lockdown sesuai anjuran Rasulullah.

Negara akan memisahkan antara orang yang sakit dengan orang yang sehat agar penyakit tidak menyebar dengan cepat ke wilayah yang lain. Pemisahan dilakukan dengan melakukan tes swab secara masal dan gratis. Masyarakat yang terinfeksi akan segera diisolasi dan ditangani dengan pelayanan medis yang berkualitas.

Dan seluruh kebutuhan pasien akan dijamin oleh negara secara gratis. Bagi masyarakat yang tidak terinfeksi tetap dapat menjalankan aktivitas seperti biasanya dengan menerapkan protokol kesehatan. Kebijakan ini sangat efektif untuk menekan angka penularan wabah sehingga membuat negara dan tenaga medis bisa fokus menangani orang-orang yang terinfeksi. Beginilah sistem Islam melindungi nyawa masyarakatnya.

Adapun untuk menjamin keselamatan tenaga medis, negara akan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis seperti APD, obat-obatan, peralatan untuk pasien, dan lain sebagainya. Beban kerja yang dijalankan tenaga medis tetap pada porsinya sehingga tidak membuat tenaga medis kelelahan yang sampai menyebabkan kematian. Jumlah tenaga medis yang berkualitas dan berkompeten tidak akan berkurang karena negara akan menjamin dengan penerapan sistem pendidikan dokter yang berkualitas. Maka dari sini kita dapat melihat bahwa sistem Islam berorientasi kepada keselamatan masyarakat bukan kepada kepentingan ekonomi apalagi kepentingan pribadi semata. [*]

*Penulis Adalah Aktivis Mahasiswa

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini