Kemilau Blok Wabu Tambang Emas Papua Dan Nasib Kesejahteraan Rakyat

0
66
Ilustrasi tambang emas (Foto: HypnoArt)

OPINI

“Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alam namun rakyatnya belum sejahtera, kemiskinan masih terus menganga. Lalu ke mana larinya kekayaan negeri ini?,”

Oleh : Hurun Qonita

PAPUA merupakan salah satu wilayah Indonesia yang kaya akan sumber daya alam dan terkenal akan gunung emasnya. Salah satu gunung emas yang sangat familiar kita kenal adalah emas Grasberg yang dikelola oleh PT Freeport Indonesia sejak tahun 1967.

Namun ternyata selain Freeport ada Blok Wabu yang diketahui memiliki potensi emas yang luar biasa besarnya. Blok Wabu di Intan Jaya Papua ini diklaim memiliki potensi kandungan emas yang lebih besar dari tambang Grasberg milik Freeport Indonesia.

Adapun untuk kadar emas dalam bijih emas yang bisa digali di Blok Wabu, diperkirakan cukup tinggi. Rata-rata kadar emas dalam satu ton bijih emas yang digali sekitar 2,17 gram. Bahkan, di beberapa spot, ada yang sampai 72 gram per 1 ton bongkahan bijih emas.

Blok Wabu sebenarnya sempat masuk dalam area konsesi Freeport Indonesia, tepatnya sebagai bagian dari Blok B dalam kontrak karya yang didapat perusahaan tersebut sejak 1991 atau di era Orde Baru. Namun belakangan, perusahaan anggota holding MIND ID ini melepas Blok Wabu. Alasannya, karena Freeport Indonesia ingin fokus menggarap tambang Grasberg, Papua. (money.kompas.com 23/09/2021)

Blok ini diklaim jadi rebutan para konglomerat usai dikembalikan oleh Freeport Indonesia ke pemerintah. Salah satu pihak yang cukup tertarik dengan blok wabu adalah MIND ID dan PT Aneka Tambang Tbk. Kedua pihak sudah menyatakan ketertarikan untuk mengelola blok tersebut.

Antam sebagai anak perusahaan MIND ID pun telah menyatakan komitmennya untuk menggandeng badan usaha milik daerah (BUMD) jika dipercaya sebagai pengelola Blok Wabu. (suara.com 26/09/2021)

Indonesia merupakan negeri yang sangat kaya akan sumber daya alam. Laut yang membentang, hutan yang menghijau dan berbagai kandungan tambang yang terpendam. Salah satunya adalah tambang emas Grasberg yang dikelolah PT. Freeport.

Presiden Direktur Freeport Indonesia, Tony Wenas, mengatakan berdasarkan data 2018, Freeport memproduksi 6.065 ton konsentrat per hari. Konsentrat ini adalah pasir olahan dari batuan tambang (ore), yang mengandung tembaga, emas, dan perak.

Tentunya hasil tersebut sangat besar jika dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup rakyat. Namun sayang faktanya tak menunjukkan demikian. Hasil kekayaan alam tersebut hanya dinikmati oleh segelintir elit kapital dan tak jarang rakyat hanya mendapatkan dampak dari kerusakan akibat pengelolaan tersebut.

Sudah jadi hal yang lumrah dalam sistem kapitalis pengusaha memegang prinsip modal sekecil-kecilnya dan untung sebanyak-banyaknya. Wajar rakyat hanya merasakan imbas dari keserakahan ini. Jika bertanya tentang Blok Wabu, tambang emas yang saat ini menjadi incaran para konglomerat maka kita sudah bisa menebak akhirnya akan seperti apa.

Inilah dampak dari penerapan sistem ekonomi kapitalis. Kebebasan kepemilikan dalam kapitalisme memiliki dampak berkepanjangan bagi rakyat.

Boleh jadi satu wilayah memiliki kekayaan alam melimpah, tetapi tak menjamin penduduknya hidup sejahtera. Ketimpangan inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa kapitalisme bukanlah sistem yang manusiawi. Di satu sisi ada golongan kaya raya bak raja, di sisi lainnya ada golongan rakyat miskin yang bahkan untuk mencari sesuap nasi saja begitu susah. (muslimahnews.com 26/09/2021)

Seperti pepatah yang mengatakan Ibarat ayam mati di lumbung padi. Bagaimana tidak, Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alam namun rakyatnya belum sejahtera, kemiskinan masih terus menganga. Lalu ke mana larinya kekayaan negeri ini? Kemana lagi jika bukan ke kantong-kantong kapitalis dan para oligarki.

Berbeda halnya dengan sistem ekonomi Islam. Islam mengatur kepemilikan harta menjadi tiga bagian, yakni kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan negara.

Sumberdaya alam termasuk ke dalam kepemilikan umum yang dalam pengelolaannya wajib dilakukan oleh negara dan hasilnya dikembalikan untuk kesejahteraan rakyat secara umum. Sebaliknya, haram hukumnya menyerahkan pengelolaan harta milik umum kepada individu, swasta, ataupun asing.

Pengelolaan kepemilikan umum ini merujuk pada sabda Nabi saw., “Kaum muslim berserikat (memiliki hak yang sama) dalam tiga hal: air, rumput dan api.” (HR. Ibnu Majah). Rasul Saw. juga bersabda, “Tiga hal yang tak boleh dimonopoli : air, rumput dan api.” (HR. Ibnu Majah)

Kesejahteraan rakyat akan terjamin di dalam sistem islam. Sebagaimana salah satu fakta penerapan sistem islam di masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz, rakyat begitu sejahtera hingga tak ada satu pun yang berhak menerima zakat.

Sistem islam yang bersumber dari Pencipta semesta alam terbukti dapat menjamin kesejahteraan rakyat, sebaliknya sistem kapitalis yang kapitalistik dan bersumber dari akal manusia terbatas tak akan mampu menjamin kesejahteraan hidup rakyat.

Maka mengetahui hal ini, bukankah sudah seharusnya umat berpikir untuk berjuang mengembalikan penerapan sistem islam di tengah-tengah mereka? Wallahu’alam biswhawab. (*)

*Penulis Adalah Aktivis Inspiring Muslimah Community (Insmuco)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini