“Tugas kita sebagai orang-orang yang mengenal apa itu digital adalah untuk membuat kolaborasi dengan berbagai pihak yang ahli dalam TIK untuk memberikan pemahaman kepada orang-orang yang awam,”
Jakarta | Lapan6Online : Anggota Komisi I DPR RI, Hasbi Anshory, mengatakan, kebutuhan sumber daya digital di Indonesia akan terus meningkat. Pasalnya, menurut dia, pasar tenaga kerja berubah seiring kemajuan teknologi informasi saat ini.
Hasbi menyampaikan hal itu saat menjadi narasumber dalam Webinar Literasi Digital yang digelar Kemkominfo bekerja sama dengan Komisi I DPR RI dengan tema “Kebutuhan Sumber Daya Digital Indonesia”, pada Kamis (9/6/2022).
“Banyak perusahaan saat ini membutuhkan talenta-talenta digital yang handal. Di saat yang sama, instansi pemerintah juga sudah terdigitalisasi,” kata Hasbi.
Saat ini, kata Hasbi, masyarakat Indonesia sudah semakin adaptif bertransaksi secara elektronik. Besarnya pasar digital Indonesia juga membuat start up berkembang cukup pesat.
“Posisi Indonesia dalam pertumbuhan start up ini hanya kalah dengan Amerika Serikat,” ujarnya.
Hasbi meyakini, potensi ekonomi digital di Indonesia masih akan terus tumbuh. Apalagi menurutnya, transaksi digital di Indonesia saat ini sudah sangat besar.
Hasbi menyebut, 80 persen pengguna internet di Indonesia adalah untuk mencari informasi. Sehingga, menurutnya, hal ini bisa dimanfaatkan untuk menciptakan peluang.
“Kalau ini kita manfaatkan untuk promosi produk maka akan sangat efektif. Termasuk kami di DPR sangat efektif memanfaatkan internet untuk menyampaikan informasi ataupun sosialisasi.
“Google adalah yang paling banyak dikunjungi. Pengguna medsos juga selalu naik. Sekarang tergantung kita mau kita pakai untuk apa internet ini. Tapi kita harus bijak menggunakan media sosial,” lanjutnya.
Narasumber lainnya, relawan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), Harlina Harja, mengatakan, pihaknya selama ini terus mengenalkan internet ke masyarakat.
“Tugas kita sebagai orang-orang yang mengenal apa itu digital adalah untuk membuat kolaborasi dengan berbagai pihak yang ahli dalam TIK untuk memberikan pemahaman kepada orang-orang yang awam. Kita juga berkolaborasi dengan berbagai komunitas yang peduli,” katanya.
Di dalam berinternet, lanjut Harlina, tentu ada tujuan, salah satu target pihaknya yakni smart city. Untuk itu, pihaknya bekerja sama dengan pemerintah untuk menciptakan smart city.
“Kita menjadi pendamping masyarakat. Kita menciptakan masyarakat yang cerdas dan paham digital. Smart village juga ada dalam agenda kita untuk memanfaatkan internet di desa-desa,” ujarnya.
Harlina menyebutkan, ada enam pilar dalam konsep smart city, yakni smart economy, smart governmet, smart sociaty, smart building, smart mobility, dan smart environtment. Menurutnya, masing-masing pilar itu juga ada kegiatan yang dilakukan oleh pihaknya.
“Untuk smart economy seperti pembangunan start up di Provinsi Jambi. Itu sudah mulai kita lakukan. Jadi kita sudah berlomba-lomba untuk menerapkan untuk mengupgrade skill kita. Kemudian smart society. Kita melakukan pelatihan dan merekrut untuk menggerakkan anak-anak muda untuk ikut serta dalam literasi digital,” ungkap Harlina.
Ia menjelaskan, keuntungan smart city adalah menciptakan perencanaan dan pengembangan yang inovatif dan layak huni, meningkatkan produktivitas, membuat sistem ekonomi yang terintegrasi, dan menciptakan pembangunan yang ramah.
“Visi misi kita menjadi pribadi yang unggul. Kita membuat sebuah organisasi yang betul-betul terorganisasi dengan baik dari pusat hingga kabupaten. Kita harus sesuai dengan visi misi kita. Kita diwanti-wanti untuk tidak mencari uang di sini,” ucapnya.
“Kami sudah mengadakan literasi digital di kampus agar mereka aktif dan berperan bahwa berita-berita hoaks itu berbahaya dan bagaimana mengupgrade mereka melalui internet ini,” pungkasnya. (*YP)