Washington-AS, Lapan6online.com : Senjata Nuklir Amerika Serikat jenis rudal balistik antar benua (ICBM) LGM-30 Minuteman III kembali diuji coba setelah puluhan tahun terdiam di sarangnya di California. Seperti sang adik, Minuteman I dan Minutmen II yang dioperasikan pertama kali pada tahun 1960, AS juga membuat Minuteman III lebih cepat dan lebih canggih.
Mengutip wikipedia disebutkan, Minuteman-I pertama kali diuji pada 1 Februari 1961, dan masuk ke dalam Strategic Air Command pada tahun 1962, pada Malmstrom Air Force Base, Montana. Minuteman yang lalu dikembangkan ada di Ellsworth Air Foce Base, South Dakota, Minot Air Force Base, North Dakota, F.E. Warren Air Force Base, Wyoming, and Whiteman Air Force Base, Missouri pada tahun 1963.
Seluruh misil telah diantarkan pada tahun 1965. Setiap daripada markas ini memiliki 150 rudal balistik, kecuali F.E Warren AFB yang memiliki 200 rudal balistik.
Sementara Minuteman III dioperasikan mulai pada 1975 dan masih digunakan hingga tahun 2025. Guna merespon situasi global yang dipenuhi konflik, AS terus memodernisasi persenjataan nuklirnya. Dilaporkan, Pasukan Luar Angkasa Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya menguji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) Minuteman III. Tes misil ini mengabaikan Rusia yang memperingatkan serangkaian manuver militer Washington bisa memicu perlombaan senjata baru.
ICBM Minuteman III berbasis darat—tanpa hulu ledak—diluncurkan dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg di California tak lama setelah tengah malam pada hari Rabu (5/2/2020) kemarin. Itu adalah uji pengembangan pertama sejak fasilitas itu menjadi bagian dari Pasukan atau Angkatan Luar Angkasa AS, yang didirikan sebagai cabang militer independen pada akhir Desember 2019.
AS sebelumnya melakukan uji coba penembakan rudal sejenis pada Oktober lalu. Rudal Minuteman adalah komponen kunci dari arsenal nuklir berbasis darat AS.
“Peluncuran sangat penting untuk pekerjaan pada pengujian dan evaluasi lebih lanjut dari program ICBM, dan banyak program ruang angkasa dan jangkauan yang akan datang,” kata komandan Grup Operasi ke-30 Kolonel Kris Barcomb.
“Pengujian pengembangan memberikan data berharga kepada Komando Serangan Global Angkatan Udara dan Pusat Senjata Nuklir Angkatan Udara untuk modernisasi dan keberlanjutan sistem senjata ICBM,” imbuh Kolonel Omar Colbert, Komandan Skadron Uji Penerbangan ke-576.
“Minuteman III sedang menua, dan program modernisasi seperti ini sangat penting untuk memastikan bahwa bangsa kita memiliki penangkal nuklir yang andal melalui sisa umurnya dan seterusnya. Yang paling penting, indikator yang terlihat dari kemampuan keamanan nasional kami ini berfungsi untuk memastikan mitra kami dan menghalangi potensi agresor,” papar Colbert, seperti dikutip KTBS lansir situs nasional Sindo.
Agustus tahun lalu, AS secara sepihak meninggalkan Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty (Perjanjian INF 1987) dengan Rusia. Perjanjian ini melarang pengembangan dan uji coba semua rudal berbasis darat dengan jangkauan hingga 5.500 km (3.420 mil) dan peluncurnya.
Moskow, yang akhirnya juga meninggalkan Perjanjian INF, sangat mengecam langkah Washington. Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa pengabaian perjanjian utama kontrol senjata akan memicu “perlombaan senjata yang tidak terkendali”.
Hanya dua minggu setelah “membunuh” Perjanjian INF 1987, AS menguji tembak rudal jelajah yang dilarang oleh perjanjian tersebut. Rusia menunjukkan pada saat itu bahwa tes itu mengungkapkan bahwa Pentagon sebenarnya telah lama bersiap untuk merusak Perjanjian INF dengan mengembangkan sistem senjata terlarang secara rahasia.
Pada hari Selasa, Pentagon mengonfirmasi laporan bahwa setidaknya satu hulu ledak nuklir berdaya ledak rendah telah dipasang di kapal selam AS.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov menyebut berita penggunaan senjata nuklir pada kapal selam itu sangat memprihatinkan. “Karena itu menunjukkan bagaimana AS benar-benar menurunkan standar (menggunakan senjata nuklir), dan berasumsi bahwa mereka dapat melakukan perang nuklir terbatas dan menang,” katanya.
Sementara itu, Rusia pun tak tinggal diam. Rusia telah mengembangkan senjata nuklir jenis baru, hipersonik berkecepatan tinggi dan sulit ditangkal sistem pertahanan lawan. Dikenal sebagai Rudal ICBM Bulava yang telah diuji coba di Kapal Selam Rusia. Senjata ini cukup menggetarkan AS dan NATO.
(*/Redhuge/Lapan6online.com)