Bahaya Dakwah Sufi

0
397
“Dari hari ke hari, dari masa ke masa.. keadaan kaum muslim menjadi merindukan kembali Hidup dalam naungan Khilafah, dari sanalah cikal bakal kebangkitan ummat Islam. Tetapi sayang…karena sudah terlampau jauh dari pemikiran Islam yang hakiki. Cita-cita ingin bangkit dan melanjudkan kehidupan Islam menjadi tak tentu arah. Dari konsep, asas dan thariqah kabur atau tidak jelas, untuk memperjuangkan kembali Islam,”

Oleh : Sania Nabila Afifah

Lapan6Online : Berawal dari kemunduran umat Islam pasca keruntuhan peradaban mulia Khilafah yang pernah berjaya selama kurang lebih 13 abad. Khilafah menjadi sistem yang menaungi dua per tiga dunia dan menjadi negara Adidaya. Yang menerapkan syariah Islam sebagai Undang-Undang dalam menjalankan roda pemerintahan di segala aspek kehidupan. Sayang setelah itu Khilafah diruntuhkan, dihancurkan oleh Mustafa kemal at tartuk laknatullah ‘alayh.

Di tangan dialah semua tatanan kehidupan dirubah, yang pada awalnya sistem aturannya adalah menggunakan syariah Islam dia rubah menjadi sistem Republik Turki. Serta menjadikan umat Islam dipecah-pecah hingga dijadikan beberapa bagian. Dan wilayah-wilayah kaum muslim bak harta ghanimah yang di bagi-bagikan dengan sekutunya.

Dari hari ke hari, dari masa ke masa.. keadaan kaum muslim menjadi merindukan kembali Hidup dalam naungan Khilafah, dari sanalah cikal bakal kebangkitan ummat Islam. Tetapi sayang…karena sudah terlampau jauh dari pemikiran Islam yang hakiki. Cita-cita ingin bangkit dan melanjudkan kehidupan Islam menjadi tak tentu arah. Dari konsep, asas dan thariqah kabur atau tidak jelas, untuk memperjuangkan kembali Islam.

Muncullah banyak harokah-harokah dan juga jamaah dakwah yang berbeda-beda dari sisi perjuangannya. Akhirnya menjadilah umat Islam terpecah menjadi 72 golongan. Dengan metode dakwah yang bermacam-macam. Seperti yang sudah kita kenali saat ini. Ada jamaah model A, dengan cara dakwahnya B dan lain -lainnya berbeda. Namun tetap, Intinya sama -sama ingin membangkitkan taraf berfikir umat Islam yang dalam kemerosotan karena sudah jauh dari Agama Islam.

Tetapi sayang seiring berjalan nya waktu dan gempuran pemikiran sekuler terus massif. Akhirnya umat kembali terlena dengan kehidupan dunia ini. Bukannya bangkit malah semakin terbawa oleh falsafah sekulerisme.

Di lansir dari RADARJEMBER.ID – Di zaman modern, perkembangan teknologi informasi kian pesat. Sehingga juga mengubah model dakwah yang dilakukan. Jika dulu dakwah yang dilakukan melalui tatap muka, saat ini masyarakat sudah bisa mendapatkan ceramah agama di rumah. Bisa melalui saluran televisi, maupun melihat tayangan video dakwah di media sosial.

Hanya saja, materi dakwah melalui saluran teknologi informasi tersebut kerap kali bermuatan provokasi, dan cenderung mengadu domba antar umat. Untuk itu, perlu ada sebuah metode dakwah yang bisa mengimbangi model syiar kaum fundamental tersebut. Salah satunya adalah metode dakwah sufi. “Karena metode dakwah sufi ini menggunakan cara yang lemah lembut. Dan mengedepankan kasih sayang antar umat,” kata KH Nur Mustofa Hasyim, Pengasuh Ponpes Ngashor Gumukmas.

Pendapat agamawan yang akrab disapa Gus Mus ini disampaikan dalam acara Kuliah Tamu Maulid Nabi Sareng Sufi, di Aula Perpustakaan IAIN Jember, Selasa (19/2). Kegiatan yang diselenggarakan fakultas dakwah tersebut bertema “Spiritualitas dan Politik Membangun Peradaban Nusantara”.

Menurut Gus Mus, saat ini metode dakwah sufi semakin banyak digunakan. Bahkan, kebangkitan dakwah sufi tak hanya di negara yang mayoritas penduduknya beragama islam saja, tapi juga di negara-negara lain di dunia. Meningkatnya penggunaan metode ini salah satunya karena sufi bercirikan dakwah yang lemah lembut. “Makanya metode dan ajaran sufi cocok dengan dunia kemasyarakatan,” ujarnya.

Metode sufi, juga dinilai dapat menyatukan perbedaan pandangan yang ada di sebuah negara. Semisal tentang Pancasila dan agama di NKRI. Menurut Gus Mus, Pancasila dan agama tak ubahnya seperti rel kereta api. Wujudnya dua, tapi sejatinya satu. Karena keduanya saling melengkapi. Agar berfungsi harus ada kanan dan kiri. Rel kanan sebagai Pancasila dan rel kiri sebagai ajaran agama. “Jadi tak bisa dipisah-pisahkan. Saling mengisi, saling melengkapi,” ujarnya.

Dari kondisi kaum Muslim saat ini adalah dalam keadaan yang sakit, disebabkan banyaknya problem kehidupan yang menyulitkan. Sehingga menjadikan pemikiran umat saat inj hanyalah untuk mencari kehidupan yang mapan yang layak. Dengan memperdayakan segala upaya untuk kesenangan dunia. Sehingga tak lagi fokus untuk memikirkan kehidupan akhiratnya. Dan mereka menjadi masyarakat yang individualis.

Faktor berfikir juga kondisinya sangatlah merosot. Mereka menjadi manusia-manusia yang enggan berfikir politis. Berfikir ke arah yang lebih baik ke menuju kehidupan akhirat. Akhirnya menjadikan mereka malas berfikir. Semua persoalan hidup di solusi dengan cara yang pragmatis. Dari sinilah bisa kita ambil kesimpulan bahwa, masyarakat saat ini dalam keadaan sakit. Sehingga wajar jika umat saat ini inginnya mengikuti metode dakwah yang hanya sekedar mendapatkan siraman ruhiyah saja, yang berupa wejangan saja. Agama hanya menjadi agama ritual belaka, tanpa ada nya penerapan syariah dalam kehidupan. Dari segi berfikirnya ummat tetap merosot. Dan tak mampu menjadikan mereka bangkit, keimanan dan juga politiknya.

Metode Dakwah Rasul
Dakwah adalah kewajiban yang dibebankan oleh Allah kepada seluruh kaum muslimin tanpa terkecuali. Dakwah juga telah diteladankan oleh Rasul. Bagaimana Beliau berdakwah ketika menyebarkan Islam di Mekkah selama 13 tahun yang banyak menuai ancaman dan penentangan dari kafir qurasy. Sehingga Rasulullah diperintahkan untuk berhijrah ke Madinah, demi untuk terwujudnya Islam dan penerapan syariah disana. Dalam bingkai Daulah Islam (Khilafah).
Tujuan dakwah adalah menyeru pada Islam dan penerapannya, amar ma’ruf nahyi mungkar yang difirmankan oleh Allah SWT di dalam surat ali imran 104;

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون
َ
Terjemah Arti: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Serta firman Allah di dalam surat fusshilat ayat 33.

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَا إِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ إِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ ٣٣

“Dan siapakah yang lebih baik perkataanya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, ” Sungguh, aku termasuk orang-orang msulim ( yang berserah diri)?”

Dan metode yang wajib ittiba’ (mengikuti) Rasul dalam berdakwah untuk menegakkan ideologi Islam dalam sebuah Negara dengan dakwah pemikiran dan politik. Rasulullah dalam berdakwah dengan menggunakan metode yaitu tasqif (pembinaan), tafaul ma’al ummat (interaksi dengan ummat), istilamul hukmi (menerapkan islam) dalam segala aspek kehidupan.

Sedangkan Dakwah ala sufi ini justru menjauhi dari metode dakwah politik dan justru akan menjauhkan ummat dari ajaran Islam dan penerapannya. Karena metode dakwah sufi ini hanya menjadikan aspek spritual saja, dan uzlah atau menjauh dari hiruk-pikuk kehidupan. Cenderung menutup diri, menjauh dari masyarakat. Padahal Allah dan Rasul mewajibkan kita sebagai muslim berdakwah, berinteraksi dengan ummat manusia. Jika tidak maka ancaman bagi kita adalah tidak terkabulnya doa-doa yang kita panjatkan.
Rasulullah SAW bersabda

وَالَّذِيْ نَفْسِي بِيَدِهِ، لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ، وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ، أَوْ لَيُوْشِكُنَّ اللهُ يَبْعَثُ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ، ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ فَلاَ يَسْتَجِيْبُ لَكُم

“Demi Allah yang jiwaku berada di Tangan-Nya. Kamu harus melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, atau jika tidak, Allah bisa segera menimpakan azab dari sisi-Nya dan ketika kamu berdo’a tidak dikabulkan-Nya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 7070).

Itulah kejadian yang sering menimpa kaum muslimin diakibatkan tidak adanya penerapan Islam dalam bernegara. Sehingga jiwa, akal, harta, aqidah dan lain sebagainya tidak dilindungi oleh negara. Yang berdampak kepada perpecahan umat Islam.

Hanya khilafah yang mampu menjadi pelindung bagi seluruh umat manusia tanpa terkecuali, karena Islam diturunkan untuk menjadi Rahamat bagi seluruh alam. Wallahu a’lam bish-showab. [GF]

*Penulis adalah Anggota Komunitas Muslimah Rindu Jannah, Jember

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini