Begal Merebak Sebagai Hasil Sistem Rusak

0
6
Ilustrasi/Screenshot Video

OPINI | HUKUM

“Pemimpin sekarang ini yang hanya memiliki kemampuan melihat suatu permasalahan secara parsial alias dari satu aspek saja tanpa mengaitkan dengan aspek-aspek lain diluar permasalahan yang terjadi,”

Oleh : Suci Ramadani

DIKUTIP dari Medan.tribunnews.com (24/01) Wali Kota Bobby Nasution mengakui bahwa pembegalan masih sering terjadi di Kota Medan. Dia mengaitkan masalah ini dengan banyaknya pengguna narkoba dan menyatakan bahwa narkoba harus diberantas terlebih dahulu.

Bobby mengatakan bahwa pembegalan saat ini bukan lagi untuk mencari makan, tetapi untuk membeli narkoba. Beberapa aksi pembegalan telah viral di media sosial, termasuk di Medan Area dan Medan Timur.

Banyak warganet mengeluhkan keamanan di Kota Medan, mengungkapkan rasa resah mereka dalam komentar di Instagram. Beberapa komentar meminta polisi untuk segera bertindak dalam menangani masalah ini. Pihak kepolisian juga mengungkapkan bahwa mereka masih melakukan penyelidikan terkait kejadian-kejadian tersebut.

Berkaitan dengan pembegalan, Seorang pemuda bernama Arif Prayoga (22) diserang oleh pelaku begal bersenjata tajam di Jalan Bromo, Medan, saat melintas. Korban terluka dan sepeda motornya hilang. Insiden terjadi pada Sabtu, 1 Februari 2025, sekitar pukul 05. 00 WIB saat Arif dan temannya, M Ikhsan Alkamil, menjemput abangnya.

Empat pelaku menggunakan dua sepeda motor dan menyerang Arif dengan celurit. Arif terluka di tangan dan melarikan diri. Korban kemudian menemukan salah satu pelaku, Hans Cristoffer Saragih (21), dan terjadi keributan. Petugas yang berpatroli menangkap pelaku. Pengakuan pelaku sedang diselidiki, dan masih ada tiga pelaku lain yang diburu. (Kompas.com 02/02)

Tak dapat dipungkiri bahwa maraknya begal di kota Medan berkaitan dengan tingginya tingkat penggunaan narkoba di masyarakat. Namun, bukan hal itu saja yang menjadi faktor penyebabnya karena terdapat banyak faktor pendukung lainnya.

Jika dilihat dari usia pelaku begal dari kutipan berita di atas, usia pelaku sangat belia yakni 21 tahun namun tak disangka beliau dapat menjadi pelaku kriminal yang meresahkan masyarakat sekitar. Padahal bukankah di usia tersebut pada umumnya mereka adalah pemuda bahkan mahasiswa jika ia dapat menempuh pendidikan tinggi.

Pemuda yang harusnya menjadi agent of change di masyarakat kini beralih menjadi agent of criminalitation yang menimbulkan keresahan bagi masyarakat.

Jika kita telisik lebih dalam inti dari semua faktor ini adalah sekulerisme, liberalisme, dan kapitalisme. Mengapa demikian? Pemuda hari ini terbiasa dengan pola pikir sekuler yang memisahkan antara kehidupan dan agama seolah problematika yang ada dalam kehidupan sehari-hari tak ada sangkut pautnya dengan agama yang dianutnya.

Sehingga mereka cenderung memutuskan untuk mengambil solusi instan tanpa mementingkan apakah hal tersebut bertentangan atau tidak dengan aturan agamanya. Paham Liberal yang menjadikannya seolah bebas tanpa rambu syariat dalam melakukan hal apapun tanpa memandang apakah perbuatannya baik atau buruk dan terpuji atau tercela dalam pandangan Islam.

Kapitalisme yang menjadikan pihak swasta dapat berbuat sesuka hati mengelola sumber daya alam dan pemerintah hanya bertindak sebagai pengawas yang patuh pada titah pengusaha hingga rakyat terabai tanpa memperoleh pekerjaan yang layak. Seluruh hal ini merupakan imbas dari sikap pemimpin dan segala kebijakan yang diterapkan hari ini

Pemimpin sekarang ini yang hanya memiliki kemampuan melihat suatu permasalahan secara parsial alias dari satu aspek saja tanpa mengaitkan dengan aspek-aspek lain diluar permasalahan yang terjadi.

Misalnya saja dalam kasus begal ini kita tak bisa hanya menyebutkan bahwa narkoba menjadi penyebab dari maraknya kasus begal. Lebih dari pada itu merebaknya kasus pembegalan sangat berkaitan dengan aspek ekonomi salah satunya dengan tersedia atau tidaknya lapangan pekerjaan, tayangan yang disajikan di televisi dan media sosial, akses pendidikan yang diperoleh, jaminan kesehatan yang disalurkan pemerintah dan lain sebagainya.

Seorang pemimpin harusnya jeli melihat persoalan secara holistik dengan mengaitkan segala persoalan yang berlaku di tengah -tengah masyarakat dengan berbagai aspek kehidupan. Sehingga ia mampu menyelesaikan masalah hingga ke akar-akarnya bukan malah menimbulkan masalah baru tanpa menuntaskan masalah sebelumnya.

Pemimpin dalam Islam berperan sebagai periayah (pengurus) dan junnah (pelindung) yang tentunya dapat menyelesaikan berbagai persoalan dengan tindakan pencegahan (preventif) dan tindakan pengurangan terjadinya kasus serupa (kuratif).

Pemimpin ideal seperti ini telah tercatat dalam tinta sejarah peradaban Islam yang menjadikan Islam sebagai aturan dalam menjalankan sistem pemerintahan. Terbukti dengan kepemimpinan Rasulullah, para sahabatnya yakni Khulafaur Rasyidin, Era Umayyah hingga Turki Usmani. (**)

*Penulis Adalah Mahasiswa Prodi Sastra Arab USU