“Diduga kuat aksi mereka untuk mencari momentum agar dapat perhatian dalam sidang umum PBB. kelompok pro kemerdekaan di Wamena menggangkat isu rasisme lantaran ada seorang guru di Wamena yang mengucapkan kalimat rasis terhadap salah satu muridnya,”
Lapan6Online : Kerusuhan di Jayapura dan Papua sengaja diciptakan oleh kelompok pro Kemerdekaan Papua. Bukan tanpa alasan, hal ini dilakukan agar bisa dibahas dalam sidang Majelis Umum ke-74 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Amerika Serikat.
“Diduga kuat aksi mereka untuk mencari momentum agar dapat perhatian dalam sidang umum PBB,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, pada Senin (23/9).
Dedi menduga, kelompok pro kemerdekaan di Wamena menggangkat isu rasisme lantaran ada seorang guru di Wamena yang mengucapkan kalimat rasis terhadap salah satu muridnya. Padahal peristiwa tersebut belum dapat dipastikan kebenaranya.
Akibat isu tersebut, massa merusak bangunan dan fasilitas umum. Kerusuhan yang berujung pada bentrokan juga mengakibatkan korban jiwa.
Mantan Wakapolda Kalimantan Tengah ini menambahkan, awal pecahnya kerusuhan di Jayapura itu disebabkan oleh sekitar 200an mahasiswa exodus asal Papua yang melakukan studi di luar daerah Papua tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) berniat menduduki Universitas Cendrawasih dan mendirikan posko.
“Posko itu didirikan dengan tujuan untuk melakukan provokasi, propaganda dan lainya,” jelas Dedi.
Padahal, sambung Dedi, sebagian Mahasiswa Universitas Cenderawasih menolak massa AMP tersebut menggelar aksi dan mendirikan posko di kampus mereka. Bahkan Rektor Uncen menolak karena menganggu aktivitas belajar mengajar.
“Mereka sepakat dan kembali ke Jayapura. Diangkut oleh Polri dan TNI keluar kampus secara damai menuju expo Jayapura,” urai Dedi.
Pada saat di Expo Jayapura, lanjut Dedi, secara tiba-tiba oknum dari AMP langsung menyerang petugas dengan berbagai senjata tajam dan batu hingga mengakibatkan enam anggota Brimob mengalami luka berat akibat sabetan benda tajam dan satu anggota TNI meninggal dunia.
“Situasi itulah yang mereka inginkan dan sengaja diciptakan,” terang Dedi. Dedi mengungkap, karena AMP merupakan kepanjangan tangan Komite Nasional Pembebasan Papua Barat yang terafiliasi langsung dengan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) pimpinan Benny Wenda.
Seperti yang dikutip dilamanr rmol.id, bahwa dari informasi yang diperoleh Kantor Berita Politik RMOL, perwakilan ULMWP yakni Benny Wenda bersama Perwakilan Khusus ULMWP di PBB, Herman Wainggai, Perwakilan ULMWP untuk Uni-Eropa Oridek AP telah berada di Capitol Hill, Gedung Putih Amerika Serikat pada Minggu (22/9) guna menyuarakan penentuan nasib sendiri alias referendum Papua. rmol/Lpn6
*Sumber : rmol.id