PERISTIWA | NUSANTARA
“Empat kasus besar itu tantangan di tubuh Polri yang melibatkan para jenderal. Bila hal ini tidak segara diselesaikan dan dievaluasi untuk ke depan dapat dicegah dan tidak lagi terjadi maka jangan salahkan masyarakat yang pesimis dengan institusi Polri,”
Lapan6Online | Jakarta : Tujuh Jenderal Polisi yang pernah menjabat Kepala Kepolisian RI (Kapolri) yang menyambangi Markas Besar (Mabes) Polri, pada Kamis (27/10/2022), memberikan “siraman es” kepada Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo untuk mendinginkan “gejolak panas” di tubuh Korps coklat itu.
“Kehadiran tujuh mantan Kapolri itu bagaikan menyiramkan es untuk mendinginkan gejolak atau dinamika yang terjadi di tubuh Polri,” ungkap Ketua Presidium Indonesia Cinta Kamtibmas (ICK) Gardi Gazarin, SH, menyikapi kehadiran 7 Jenderal eks Kapolri, dalan siaran persnya di Jakarta, pada Jumat (28/10/2022).
Menurut Gardi Gazarin, dinamika di tubuh Bhayangkari itu hal biasa saja, merupakan tantangan Polri membersihkan anggotanya dari ketidak profesional dalam menjalankan kewajiban dan tugas pokok sebagai pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat.
“Terlebih lagi tuntutan di era saat ini untuk untuk memberikan pelayanan prima, dan Polri harus benar-benar bisa menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) dari gejolak krisis ekonomi yang merata seluruh line akibat Pandemi Covid-19,” kata Ketua ICK.
Bagaimana mungkin Polri bisa menjaga Kamtibmas bila di dalamnya terjadi gejolak besar dengan kasus “mencengangkan” melibatkan para Perwira Tinggi (Pati) terkait kasus mulai suap, narkoba hingga pembunuhan.
Halnya, terang Gardi Gazarin kasus besar yang tengah dihadapi era Listyo Sigit Prabowo ini mulai kasus suap red notice buronan kakap Djoko Tjandra yang melibatkan Irjen Pol Napoleon Bonaparte hingga divonis 4 tahun penjara.
Kemudian, kasus eks Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo cs, terlibat pembunuhan berencana ajudannya sendiri Brigadir Yosua Hutabarat.
Tragedi Kanjuruhan Malang yang hingga kini menewaskan 153 suporter Aremania yang tejadi awal Oktober ini. Di bulan Oktober ini juga masyarakat dikejutkan dengan penjualan barang bukti narkoba yang ditudingkan kepada Kapolda Sumatera Barat Irjen Teddy Minahasa terbongkar sebelum dilantik menjadi Kapolda Jawa Timur menggantikan Irjen Po Nico Afianta yang dicopot akibat kericuhan di dalam Stadion Kanjuruhan Malang yang menjadi tragedi terbesar kedua di dunia, pada 1 Oktober 2022.
“Empat kasus besar itu tantangan di tubuh Polri yang melibatkan para jenderal. Bila hal ini tidak segara diselesaikan dan dievaluasi untuk ke depan dapat dicegah dan tidak lagi terjadi maka jangan salahkan masyarakat yang pesimis dengan institusi Polri. Belum lagi, gaya hidup hedonisme yang tidak sedikit dipertontonkan para anggota dan keluarga Polri membuat masyarakat muak,” kata Gardi Gazarin.
Gardi Gazarin menilai langkah 7 jenderal purnawirawan yang datang ke Mabes Polri merupakan solidaritas yang pernah ICK sampaikan untuk membangun kepercayaan masyarakat kembali sudah tepat, juga sebagai tanggung jawab moral pada institusi yang pernah mereka pimpin pada era masing-masing.
“Langkah 7 Jenderal purnawirawan itu merupakan solidaritas lahir batin untuk memberikan spirit, dorongan berbenah demi suksesnya Kamtibmas. Mereka memiliki tanggung jawab moral, dimana sebelumnya di era masing-masing bekerja membangun kepercayaan masyarakat. Bahkan di era Kapolri Roesmanhadi, Chaerudin Ismail, dan Da’i Bachtiar, kepercayaan masyarakat terbangun baik,” terang Gardi Gazarin.
Bahkan lanjut Gardi Gazarin, era Kapolri Jenderal Da’ i Bachtiar mengungkap awal terorisme internasional menonjol di NKRI menewaskan lebih 200 jiwa dikenal bom Bali tahun 2002.
Kapolri Jenderal Sutanto adalah era bumi hangusnya segala bentuk perjudian yang sebelumnya merasuki masyarakat merajalela hingga pedesaan.
“Jenderal Sutanto, adalah Kapolri tanpa pandang bulu tegas berani membumi hanguskan perjudian kelas kakap dan melawan bandar-bandar judi yang sebelumnya tidak bisa disentuh. Sayangnya, perjuangan Sutanto memberantas judi hingga ke akar-akarnya kini hidup kembali di tengah-tengah masyarakat yang terhimpit ekonomi, justru desas desusnya dibekingi oknum Pati Polri,” ungkap wartawan senior harian sore Suara Pembaruan yang sejak era Kapolri Dibyo Widodo meliput di lingkungan Polda Metro Jaya dan Mabes Polri.
Diketahui, tujuh jenderal yang menyambangi Mabes Polri yakni, Kapolri ke-14 Jenderal Pol (Purn) Roesmanhadi, Kapolri ke-16 Jenderal Pol (Purn) Chaerudin Ismail, Kapolri ke-17 Jenderal Pol (Purn) Da’i Bachtiar, Kapolri ke-18 Jenderal Pol (Purn) Soetanto, Kapolri ke-19 Jenderal Pol (Purn) Bambang Hendarso Danuri, Kapolri ke-20 Jenderal Pol (Purn) Timur Pradopo, dan Kapolri ke-22 Jenderal Pol (Purn) Badrodin Haiti.
“Jadi saudara sekalian kami para purnawirawan Polri ini terpanggil tentu dengan situasi yang kita sama-sama prihatin mendalam, adanya peristiwa memilukan dan memang pertemuan antara purnawirawan Polri katakanlah senior-senior mereka yang sedang menjabat, itu adalah hal yang biasa rutin,” kata Da’i Bachtiar menjelaskan kehadirannya bersama purnawiran jendral polisi lainnya terpanggil dengan situasi yang tengah dihadapi institusi Polri, kepada wartawan di Mabes Polri, pada Kamis (27/10/2022).
Sedangkan Bambang Hendarso mengatakan yang dialami institusi Polri saat ini cukup berat. Oleh karena itu, dukungan dan dorongan sangat diperlukan sehingga pimpinan Polri saat ini bisa menjalankan arahan Presiden Joko Widodo dan harapan masyarakat.
“Mudah-mudahan apa yang menjadi arahan dan kebijakan Bapak Presiden dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Kemudian InsyaAllah tingkat kepercayaan masyarakat kepada Polri pada waktu yang akan datang mudah-mudahan apa yang disampaikan Bapak Kapolri pada akhir tahun akan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat, bangsa Indonesia yang kita cintai,” kata Bambang Hendarso. (*Kop/MasTe/Lpn6)