OPINI
“Banyaknya tindak kriminalitas di jalanan khususnya dilakukan oleh para pemuda dan remaja membuat kita bertanya-tanya. Ada apa dengan pemuda hari ini? Apa yang menyebabkan aksi nekat itu terjadi?,”
Oleh : Dinda Fadilah
KAUM muslimin telah merayakan hari kemenangan selama 4 hari ini. Hari idul fitri nan suci yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, sebab kali ini banyak yang akhirnya baru bisa mudik dan berjumpa dengan keluarga setelah 2 tahun. Namun dibalik semaraknya idul fitri ini, belum lepas diingatan pada ramadhan lalu banyaknya kejahatan yang terjadi.
Khususnya kejahatan di jalanan yang disebabkan oleh geng motor maupun begal. Bukan hanya kehilangan harta, namun juga nyawa. Bulan ramadhan nan syahdu ternodai dengan banyaknya kasus mengerikan yang terjadi.
Tak hanya begal, namun aksi geng motor yang menyerang masyarakat juga sangat meresahkan. Tentu kita masih mengingat seorang siswa SMA di Yogyakarta yang menjadi korban klitih hingga meninggal dunia. Bermula hendak membeli makanan untuk sahur namun berakhir dengan hilangnya nyawa seorang anak anggota DPRD Kebumen pada 3/4/2022 (Kompas.com, 6/4/2022). Aksi klitih dikenal sebagai kekerasan atau kejahatan dengan senjata tajam di jalanan yang dilakukan oleh anak-anak muda di Yogyakarta. Tampaknya aksi kriminalitas oleh remaja semakin meningkat akhir-akhir ini.
Berselang dua hari kemudian, terjadi lagi tawuran sarung yang berujung maut pada 5/4/2022 di Jalan Raya Tambun Utara. Kejadian tersebut mengakibatkan satu korban jiwa yang masih berusia 14 tahun. Perang sarung ini bermula dari perjanjian antarkelompok remaja di dekat musala(Suara.com, 7/4/2022).
Belum lewat seminggu, publik kembali mendengar kabar menyedihkan. Seorang Pemuda tewas karena menjadi korban tawuran di Jalan Sanip Jakarta Barat. Berawal dari sekelompok pemuda yang berkumpul untuk membangunkan sahur warga pada 9/4/2022, namun nahas, seorang pemuda bernama Muhammad Diaz menjadi korban dalam insiden tawuran (Tribunnews.com, 10/4/2022)
Tindak kriminal yang dilakukan oleh remaja juga terjadi di Medan pada 20 April 2022. Polisi meringkus 8 anggota geng motor yang membacok Retno (30) hingga mengakibatkan korban tewas. Retno dibacok di hadapan anak dan istrinya di kawasan Sei Mati, Simpang Kantor Medan Labuhan. Kapolres Pelabuhan Belawan AKBP Faisal Rahmat mengatakan 8 dari pelaku, 6 diantaranya anak dibawah umur. Terungkap pula fakta, keenam pelaku di bawah umur tersebut, positif narkoba dan disebut tukang nyabu (Merdeka.com, 26 April 2022.
Dilansir dari Liputan6.com, Wali Kota Medan, Bobby Nasution, berpatroli bersama warga di sejumlah kecamatan. Patroli dilakukan Bobby bersama warga pada Minggu, 24 April 2022, dini hari WIB. Hal itu dilakukan menyusul banyaknya laporan warga yang merasa tidak aman karena maraknya aksi geng motor. Pada Sabtu, 23 April 2022, malam menjelang dini hari, di Jalan Tritura terlihat kawanan diduga gang motor melempari ruko-ruko milik warga.
Mengendarai belasan sepeda motor dengan berboncengan mereka tampak bertindak anarkis. Warga di kawasan Medan Amplas juga dikabarkan sudah melaksanakan patroli atau berjaga malam mengantisipasi serangan geng motor.
Banyaknya tindak kriminalitas di jalanan khususnya dilakukan oleh para pemuda dan remaja membuat kita bertanya-tanya. Ada apa dengan pemuda hari ini? Apa yang menyebabkan aksi nekat itu terjadi? Apakah orang tua salah dalam pengasuhan mereka? Atau bahkan apakah dikarenakan negara tidak mengedukasi serta memberikan fasilitas bagi para pemuda untuk melakukan amal saleh pada ramadhan lalu? Kejadian ini terus berulang dan sangat meresahkan masyarakat.
Kenakalan remaja yang tergabung dalam sebuah geng semakin menjamur belakangan ini. Keinginan untuk diakui eksistensinya sangat kuat pada usia remaja.
Hal tersebut justru dituangkan untuk adu kekuatan dan hal negatif lainnya yang mengarah kepada kasus kriminal. Keinginan untuk eksis tersebut diimplementasikan dalam bentuk aktivitas fisik. Salah satunya dengan klitih.
Korbannya tidak hanya menyasar kepada sesama pelajar namun acak. Hal ini disampaikan oleh kriminolog Haniva Hasna, M. Krim (liputan6.com).
Aksi yang kejam ini juga dipengaruhi oleh kesehatan mental para pemuda. Konflik diri dan kefrustasian akan hari-hari mereka memicu nekatnya pemuda melakukan kekerasan. Di sisi lain, pengabaian, pengabaian, kekerasan fisik dan pola asuh yang tidak konsisten dari orang tua serta kelalaian dalam pengawasan mengakibatkan pemuda menjadi frustasi dan melakukan agresi pada orang lain. Di samping itu, faktor lingkungan memegang peranan besar terhadap karakter para pemuda. Dari lingkungan egoistis lahirlah para pemuda yang leluasa melakukan aksi tidak manusiawi.
Pemuda yang harusnya sibuk menghidupkan malam Ramadhan dengan amal kebaikan justru membuat masyarakat resah dengan adanya klitih, tawuran, perang sarung, geng motor, begal, dll. Mengapa peristiwa ini terus berulang terjadi ?
Seolah-olah memang tidak mendapatkan perhatian khusus dari negara. Apakah penguasa dan jajarannya terlalu sibuk mengurusi utang yang menumpuk hingga 7.000 triliun? Atau sibuk mencari dana pembiayan IKN? Apakah sedang mencari jalan untuk melanjutkan tiga periode kepemimpinan?
Hal tersebut menjadi pertanyaan besar, yang jelas fakta bahwa kejadian semacam ini yang terus berulang menunjukkan kepedulian negara terkait kekerasan jalanan oleh pemuda belum maksimal. Ditambah belum adanya hukuman yang memberi efek jera mengakibatkan kekerasan dan pembunuhan lumrah terjadi. Padahal, pemuda merupakan generasi harapan bangsa.
Ketahanan keluarga yang rapuh mengakibatkan generasi dalam ancaman bahaya. Pemuda hari ini diduga kuat berada dalam riayah sistem yang salah. Gaya hidup bebas tanpa aturam, tontonan merusak yang mudah diakses, pergaulan bebas, tawuran, klitih, dan geg motor menjadi budaya baru bagi para pemuda.
Para pemuda seharusnya menjauhkan diri dari perkara sia-sia. Tindakan tawuran, klitih, dan aksi geng motor serta bentuk kejahatan di jalanan lainnya mengantarkan pemuda pada titik kehancuran. Hendaknya mereka mengkaji islam sehingga memahami nilai baik-buruk, dan benar-salah sesuai ajaran Islam. Para pemuda seharusnya melibatkan diri dalam dakwah menuju perbaikan ummat untuk menyongsong kembali kehidupan Islam.
Islam memberikan perhatian besar bagi para pemuda. Masyhur kita dengar sejarah emas kegemilangan Islam yang diukir oleh para pemudanya. Abdurrahman an-Nashir dari Kekhilafahan Umayyah menjadi pemimpin pada usia 22 tahun.
Andalusia pun mencapai puncak keemasan pada masanya. Di bidang militer dan pemerintah, sosok Muhammad al-Fatih, Umar bin Abdul al-Aziz, dan Salahuddin al-Ayyubi menjadi perhatian dunia karena keistimewaan mereka.
Semua itu merupakan hasil dari pembinaan Islam dan didukung oleh lingkungan kondusif dengan nilai ruhiyah yang tinggi. Sementara hari ini, pemuda dalam riayah sistem sekuler kapitalisme, lingkungan yang serba bebas tanpa aturan. Nilai materi yang mendominasi sehingga lahir generasi alay dan “generasi stroberi”. Pemuda yang rapuh maka mudah menyerah dan gampang sakit hati. Wallahu’alam. (*)
*Penulis Adalah Mahasiswa Universitas Sumatera Utara