Jakarta, Lapan6online.com : Nadiem adalah Gojek, Gojek adalah Nadiem. Bagi sebagian orang, nama Nadiem Makarim memang sulit dipisahkan dari Gojek. Tak salah kiranya anggapan ini bisa muncul. Terlebih, dibandingkan para pendiri Gojek lainnya — Kevin Aluwi dan Michaelangelo Moran — wajah Nadiem lebih sering tampil sebagai ujung tombak marketing Gojek.
Tentu saja ini bukan bermaksud mengecilkan peran pendiri Gojek lainnya. Namun sepertinya, ketika di awal merintis bisnis ride hailing yang ternyata meledak ini, para pendiri Gojek sudah berbagi peran. Dimana Nadiem diposisikan sebagai garda terdepan untuk mengenalkan Gojek.
“Salam satu aspal!” begitulah sapaan penuh semangat yang dilontarkan Nadiem untuk menyapa para driver Gojek.
Namun apa mau dikata, suratan takdir berkata lain, Nadiem kini takkan lagi menjadi wajah Gojek. Bahkan, ia harus melepas seluruh jabatannya di perusahaan yang sudah membuatnya namanya mengangkasa tersebut.
Komisaris Utama Gojek Garibaldi Thohir menyebut Nadiem bukan meninggalkan Gojek, melainkan diminta oleh Presiden Joko Widodo untuk membantu Kabinet Indonesia Maju di sektor pendidikan.
“Saya baru tahu alasan Pak Jokowi kenapa memilih Nadiem. Jadi tema besarnya Pak Jokowi kan SDM Indonesia yang unggul, menyongsong era 4.0. Nah luar biasanya, beliau (Pak Jokowi -red.) memilih Nadiem bukan karena dia paham tentang dunia pendidikan. Tetapi Pak Jokowi bilang kalau kita mau meningkatkan SDM unggul yang merata dan cepat itu salah satu caranya adalah dengan teknologi. Jadi poinnya itu. Dan orang yang paling tepat yang ada di republik ini ya Nadiem,” ungkap pengusaha kawakan yang kerap disapa Boy Thohir ini saat berbincang dengan media di The Dharmawangsa, Kamis (24/10/2019) malam.
Perasaan terkejut tentu terasa di manajemen Gojek ketika nama Nadiem ditetapkan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2019-2024. Pun demikian, sistem organisasi di Gojek sejatinya sudah matang. Sehingga tonggak kepemimpinan langsung bisa diambil alih oleh dua pentolan Gojek lainnya: Kevin Aluwi dan Andre Soelistyo.
“Di sinilah saya melihat Kevin dan Andre sangat ideal menjadi co-CEO untuk menggantikan Nadiem. Dan sebetulnya dari jauh-jauh hari mereka berdua inilah yang mengerjakan segala sesuatunya,” lanjut Boy.
Bukan Superman
Paulus Bambang, Direktur Astra International menambahkan, sebagai salah satu investor Gojek, tentu Astra punya sederet syarat agar mau mengalokasikan uangnya ke perusahaan yang dirintis dari garasi tersebut. Terlebih, dana yang Astra kucurkan di Gojek tak sedikit, total mencapai USD 250 juta atau setara Rp 3,5 triliun!
“Ketika kita pertama kali invest USD 150 juta di Gojek kita gak cuma melihat Nadiem, tetapi timnya. karena kalau cuma melihat Nadiem, kita gak akan berani invest Rp 2 triliun hanya untuk satu orang (investasi awal Astra di Gojek USD 150 juta), karena kan Astra public company,” ujar Paulus dalam kesempatan yang sama.
Baru setelah ia masuk di rapat Komisaris, sosok Nadiem semakin terlihat aslinya. Dimana jika di luar ia selama ini selalu ditampilkan sebagai wajah Gojek, maka lain cerita ketika konsolidasi internal. Nadiem bukan tipe one man show, melainkan kerap mendorong timnya untuk tampil mengutarakan pendapatnya.
“Ia (Nadiem-red.) bukan tipe Superman, yang selalu menonjolkan dirinya. Justru ketika rapat dia suka memberi kesempatan orang lain di manajemen untuk bicara. Dia bukan tipe Superman yang ingin mendominasi semuanya. Jadi kadang ketika meeting itu Andre memimpin, Kevin, Catherine, sehingga saya pada akhirnya bisa kenal satu-satu dari mereka karena ditampilkan oleh Nadiem,” ungkap Paulus.
“Saya pun melihat Astra dan Gojek sama-sama merah putih, karya anak bangsa dan kami cocok. Karena buat kami, ini bukan sekadar investasi tetapi ini bagian dari kita untuk mengembangkan ekonomi Indonesia dan mengembangkan Gojek sebagai kebutuhan setiap hari orang-orang, sehingga pada akhirnya driver, merchant dan mitra Gojek dapat lebih sejahtera,” tutupnya.
Jika berbicara soal angka, Gojek sendiri saat ini sudah merangkul lebih dari 2 juta mitra pengemudi (GoRide dan GoCar), 400 ribuan merchant GoFood, 60 ribuan penyedia layanan GoLife, serta mencapai pertumbuhan transaksi 1.100% dalam tiga tahun terakhir.
(Detikcom)