OPINI
“Namun perlu diluruskan bahwa para mahasiswa harus kembali menyadari peran strategis mereka. Karena masa depan negeri dan bangsa ini adalah tanggung jawab mahasiswa,”
Oleh : Halizah Hafaz Hutasuhut, S.Pd,
MAHASISWA dari sejumlah universitas di Kota Medan, Sumatera Utara menggelar aksi di depan Gedung DPRD Sumut di Jalan Imam Bonjol Medan, pada Rabu (13/4/2022).
Massa aksi terlihat tiba di depan Gedung DPRD Sumut sekitar pukul 10.30 WIB. Ada beberapa poin penolakan dan desakan mahasiswa pada aksi tersebut.
Pertama, mereka menolak perpanjangan masa jabatan presiden dan penundaan pemilu.
Kedua, mereka mendesak Pemerintah Republik Indonesia membatalkan segala kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat, diantaranya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kenaikan harga sembilan bahan pokok (sembako). Ketiga, menolak kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 11 persen. Dan keempat, meminta Presiden Joko Widodo mengkaji ulang pemindahan Ibu Kota Negara.
Itulah poin-poin penolakan dan desakan mahasiswa dalam aksi tersebut. Mahasiswa menyadari bahwa permasalahan kehidupan semakin sulit. Patut diberikan apresiasi terhadap aksi yang dilakukan oleh ratusan mahasiswa ini.
Namun perlu diluruskan bahwa para mahasiswa harus kembali menyadari peran strategis mereka. Karena masa depan negeri dan bangsa ini adalah tanggung jawab mahasiswa.
Apalagi bagi para mahasiswa muslim. Selain sungguh-sungguh menuntut ilmu, identitas keislaman mereka menuntut adanya kepedulian terhadap nasib umat dan agamanya. Mereka semestinya sadar bahwa bertopang dagu melihat kezaliman adalah dosa besar. Maka merekalah yang wajib memimpin perubahan karena mereka telah dikaruniai kemampuan dan pengetahuan.
Oleh karena itu, arah pergerakan mahasiswa tidak boleh didasari pada kepentingan tertentu saja. Sebab demokrasi kapitalisme meniscayakan campur tangan cukong dalam segala tuntutan mahasiswa.
Maka sudah saatnya mahasiswa menyerukan perubahan mendasar, yaitu menolak penerapan kapitalisme lebih lama lagi. Karena inilah penyebab utama penguasa tidak pernah memenuhi janji-janji manisnya saat kampanye.
Kapitalisme pula yang memungkinkan adanya pembungkaman suara rakyat.
Hingga akhirnya baku hantam terhadap aparat kepolisian terjadi untuk membungkam suara mahasiswa. Sebab para pemangku jabatan tentu tidak ingin kepentingan mereka tertunda hanya karna pergerakan mahasiswa.
Maka dari itu para mahasiswa harus memahami bahwa perubahan hakiki tidak mungkin terjadi kecuali dengan Islam. Karena Islamlah lawan hakiki bagi dominasi kapitalisme global. Islam adalah sebuah ideologi, sebagaimana kapitalisme. Hanya saja, ideologi Islam tegak di atas landasan yang benar, yakni landasan keimanan kepada Allah yang menciptakan manusia, alam, dan kehidupan.
Dari landasan inilah muncul berbagai aturan kehidupan yang juga dipastikan benar. Jika ditegakkan dipastikan akan menjadi solusi bagi seluruh persoalan kehidupan, sekaligus membawa kebaikan bagi seluruh alam.
Mahasiswa juga wajib menyampaikan bahwa perubahan besar itu harus menyertakan ideologi agar perubahannya mendasar hingga ke akar.
Sekularisme sebagai penyebab agama terlempar dari kehidupan manusia dan bernegara harus dibuang beserta sistem pemerintahan yang menancapkannya, yaitu demokrasi.
Sejatinya mahasiswa juga harus menuntut pengimplemetasian Islam dalam sistem pemerintahan. Karena hanya ideologi Islam satu-satunya ideologi sahih dan terbukti mampu menyejahterakan rakyatnya tanpa melihat latar belakang suku, ras dan agama.
Isu inil seharusnya diangkat sebagai tuntutan agar gerakan memiliki tujuan yang jelas sehingga rakyat mendapat hak hak keadilan dan kesejahteraan.? [*GF/RIN]
*Penulis Adalah Praktisi Pendidikan