Idlib | Suriah | Lapan6online.com | Pandemi virus corona bukan menjadi masalah utama yang dihadapi warga sipil di Idlib Suriah barat laut. Demikian kata Mehmet Güllüoğlu, kepala badan tanggap bencana negara, Presidensi Manajemen Bencana dan Darurat (AFAD). Ia menegaskan, kebutuhan mendesak mereka adalah rumah layak huni, keamanan dan sistem kesehatan yang komprehensif.
Berbicara melalui teleconference di forum bertajuk “Kondisi pengungsi Suriah dan upaya berkelanjutan Turki” yang diselenggarakan oleh Organisasi Warisan Budaya Turki yang berbasis di Washington, Güllüoğlu berbicara tentang inisiatif dan kegiatan Turki yang sedang berlangsung untuk membantu para pengungsi Suriah.
Melihat kondisi yang sangat sulit di mana jutaan warga Suriah hidup di bawah, Güllüoğlu mengatakan Turki terus melakukan yang terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup para pengungsi di Turki dan Suriah utara. Dia menambahkan bahwa aktor internasional lainnya harus berbagi beban dengan Turki.
Dia menyatakan bahwa setidaknya 80% pengungsi Suriah takut bahwa mereka mungkin akan dibunuh oleh rezim Bashar Assad. Güllüoğlu mengatakan ini adalah alasan mengapa mereka terus-menerus berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Dia melaporkan bahwa setidaknya 44% dari pengungsi Suriah telah terlantar satu kali, sementara 31% telah terlantar dua kali, 14% tiga kali dan 11% terpaksa pindah empat kali.
Güllüoğlu juga menyebutkan bahwa 62% warga Suriah tinggal di tenda di kamp-kamp pengungsi atau di gedung-gedung yang tidak aman. Dia mengkritik PBB atas tidak memadainya bantuan bagi jutaan warga Suriah yang kehilangan kebutuhan dasar kemanusiaan, dengan setidaknya 800.000 di antaranya tidak memiliki tempat berlindung yang layak.
Ankara sering mengkritik komunitas internasional karena tidak memberikan bantuan kemanusiaan yang memadai untuk pengungsi Suriah dan tidak menerima lebih banyak pengungsi. Para pejabat Turki juga telah menyerukan kekuatan dunia untuk mengambil tindakan guna mencegah krisis kemanusiaan di provinsi barat laut Suriah, Idlib, di mana rezim Assad tanpa pandang bulu menargetkan warga sipil, sehingga mendorong masuknya migran ke Turki.
Turki telah memberi tahu Eropa dan negara-negara lain bahwa mereka tidak dapat menangani gelombang migran lain karena telah menampung lebih dari 3,7 juta dari mereka. Pejabat Turki mengkritik ketidakpedulian terhadap seruan ini dan situasi kemanusiaan yang mengerikan di Suriah barat laut.
Sumber: Daily Sabah/Kiblat