“Nantinya bisa dibuat klaster pertanian semisal jagung atau yang cocok dengan kondisi lahan dan iklim disini. Bahkan bisa dibikin klaster peternakan. Untuk saat ini kita persiapkan lahan Porang terlebih dahulu,”
JAKARTA | Lapan6Online : Budidaya tanaman Porang belakangan ini menggegerkan komoditas pertanian. Tidak main-main, karena tanaman yang satu ini disebut-sebut mampu menghasilkan keuntungan berlipat ganda. Pangsa pasarnya pun cukup luas dan kebutuhan ekspor pun cukup besar. Dan tentu untuk mengembangkan tanaman ini masih terbuka lebar.
Gayung pun bersambut. Untuk itu Bupati Subang, H. Hikmat atau yang akrab disapa Kang Jimat, membidik peluang untuk budidaya tanaman Porang. Tidak main-main, untuk rencana budidaya tanaman Porang atau Iles-iles yang mempunyai nama latin Amorphophallus muelleri, akan disiapkan lahan seluas 5000 hektar di daerah Serang Panjang dan sekitarnya..
Untuk tahap awal sudah disiapkan lahan 2000 hektar, di antaranya di lahan sawit baik masih berproduksi maupun yang sudah berproduksi. Belum lagi lahan terbuka yang jumlahnya juga mencapai ratusan hektar yang potensial untuk tanaman Porang merupakan tanaman penghasil umbi yang dapat dimakan, termasuk anggota marga Amorphophallus.
Sedang manfaat iles-iles terutama untuk bidang industri dan kesehatan, karena kandungan glukomannan pada tepung umbinya. Porang mampu menghasilkan karbohidrat dan tingkatan panen yang tinggi.
Untuk mewujudkan impiannya, Kang Jimat bukan saja sudah mengkordinasikan bersama dinas terkait seperti Dinas Pertanian dan lainnya, namun ternyata sudah minta bantuan bimbingan dan pembinaan dengan Kementerian Pertanian.
Bahkan, bupati menggandeng Persatuan Desa Tani Nusantara (Petir) untuk ikut mengawal terwujudnya budidaya tanaman Porang.
Rupanya permintaan Kang Jimat ini tak sia-sia karena langsung direspon Direktur Pembiayaan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Ir. Indah Megawati, MP yang urun langsung ke lokasi lahan yang akan dijadikan lahan budidaya tanaman Porang.
Dengan didampingi segenap pengurus Persatuan Desa Tani Nusantara (Petir) di antaraanya, Gus Rochim, Nur Budi Hariyanto, S. Tete Marthadilaga, Aji, Imad, Nanda, Sigit dan lainnya, Offtaker, Johny Tarigan dari produksen pupuk Bio Konversi, dilaksanakan sosialisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan sosialisasi budidaya tanaman Porang yang dihadiri Imam, salah satu pengusaha Porang dan pemilik kebun bibit Porang.
Acara yang digelar di atas bukit kawasan kebun sawit Serang Panjang Kabupaten Subang, Jawa Barat, dihadiri segenap petani, ketua kelompok tani dan penyuluh pertanian. Pada intinya para petani menyambut gembira atas inisiatif Kang Jimat yang semata untuk memakmurkan kaum petani melalui budidaya tanaman Porang.
“Lahan seluas ini sudah kami siapkan dan sebagian sudah diolah lahannya untuk persiapan tanaman Porang. Nantinya bisa dibuat klaster pertanian semisal jagung atau yang cocok dengan kondisi lahan dan iklim disini. Bahkan bisa dibikin klaster peternakan. Untuk saat ini kita persiapkan lahan Porang terlebih dahulu,” ujar Kang Jimat, pada Minggu (22/11/2020).
Sementara itu, Direktur Pembiayaan Ditjen PSP Kementan, Ir. Indah Megawati menyambut baik rencana Bupati Subang, Kang Jimat yang hendak mengembangkan kawasan pertanian di sisi Selatan, khususnya untuk budidaya tanaman Porang yang sudah dipersiapkan lahannya.
Untuk usaha komoditas pertanian, khususnya tanaman Porang, tentu tidak sedikiit membutuhkan biaya tanaman ini. Maka untuk itu, bisa saja diajukan pembiayaannya melalui KUR Super Mikro maupun Mikro Kecil. Hanya saja harus bekerja ekstra cepat untuk pengumpulan calon petani dan calon lokasi (CPCL).
“Harus secepatnya karena waktunya sudah mepet. Itupun masih ditentukan BI cheking yang akan menentukan bisa tidaknya kredit dicairkan. Selain itu sisa kuotanya juga terbatas. Namun demikian masih ada jalan lain untuk mewujudkan usaha Porang ini,” tandas Indah Megawati di sela-sela kunjungannya,
Komoditas Ekspor
Seperti diketahui, Porang (amorphophallus muelleri) merupakan tanaman umbi-umbian yang disebut-sebut memiliki nilai ekonomis tinggi. Tanaman ini masih sekerabat dengan Suweg, karena memiliki penampilan serupa. Bukan itu saja, tanaman porang juga merupakan komoditas ekspor bernilai ekonomi tinggi.
Di luar negeri, porang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan aneka makanan. Di antaranya mie shirataki, beras analog (beras nonpadi), agar-agar konyaku, dan tahu. Porang juga berguna di industri dirgantara, yakni sebagai bahan baku lem perekat untuk pesawat. Kemudian, serat dari batangnya untuk membuat baju. Ada lagi, glukomanan yang terkandung dalam porang merupakan bahan baku pembuatan kapsul.
Tepung iles-iles juga bermanfaat menekan peningkatan kadar glukosa darah sekaligus mengurangi kadar kolesterol serum darah yaitu makanan yang memiliki indeks glikemik rendah dan memiliki sifat fungsional hipoglikemik dan hipokolesterolemik.
Iles-iles sebagai serat pangan dalam jumlah besar dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit seperti kanker usus besar, divertikular, kardiovaskular, kegemukan, kolesterol tinggi dalam darah, dan kencing manis.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pembina Petir, Gus Rochim mengungkapkan, Persatuan Desa Tani Nusantara (Petir) terus berupaya mengembangkan produktivitas pertanian demi mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Salah satunya, terus mengoptimalkan pemanfaatan lahan pertanian dengan pola korporasi pertanian (corporate farming). Suatu pola optimalisasi pengelolaan pertanian terintegrasi dari hulu ke hilir yang menyejahterakan petani dan semua pihak yang terlibat.
Gus Rochim, melihat potensi pertanian di Subang masih cukup besar untuk terus dikembangkan. Dari data serapan bantuan pembiayaan melalui program kredit usaha rakyat (KUR) saja, masyarakat terlihat antusias memanfaatkanya. Terbukti, dari keterangan BRI sekitar Rp 500 miliar telah dimanfaatkan masyarakat.
‘’Kami berharap corporate farming seperti dikemukanan Presiden Jokowi dapat berkembang untuk kesejahteraan petani secara keseluruhan,’’ katanya.
Menurut Gus Rochim, pengembangan pertanian merupakan langkah untuk mewujudkan ketahanan pangan. Harapanya, cita-cita menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia 2045 dapat tercapai. Apalagi pola pertanian yang dikembangkan pun, pertanian yang tetap melestarikan keberlanjutan alam dan daya dukungnya.
’’Kita harus gelorakan jihad pangan. Selain itu, perlu pengembangan pertanian dengan pola biokonversi yang tetap menjaga keberlanjutan daya dukung tanah,’’tegasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Petir, Nur Budi Hariyanto menyatakan, pola korporasi pertanian merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk pengembangan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat petani.
Sebab, pembinaan dan pendampingan pertanian dilakukan dari fasilitasi pembiayaan hingga pemasaran hasil pertanian. Apalagi, pertanian yang dikembangkan adalah pertanian yang ramah lingkungan (back to nature).
‘’Dengan pola ini, kami berharap para petani milineal semakin berkembang karena pertanian menjadi bidang produktivitas yang menarik,’’ ujarnya.
Selama ini, menurut Nur Budi, persoalan yang dihadapi petani adalah lemahnya modal ketika mengelola dan kebingungan untuk menjual hasil pertanianya. Dengan adanya jaminan pasar, diharapkan petani tidak khawatir lagi terhadap hasil pertanianya. Dalam pola pembiayaan KUR pertanian yang difasilitasi perbankan, offtaker menjamin serapan hasilnya.
“’Korporasi pertanian ini diharapkan benar-benar mampu meningkatkan produktivitas pertanian,’’ ujarnya.
KUR, lanjut Budi, merupakan program yang bagus dari pemerintah. Persoalan, yang perlu dipecahkan adalah meningkatkan serapan terus menerus pada periode sebelumnya. Kali ini telah menemukan jalan keluarnya. Skema baru dalam KUR dapat menjadi cara untuk menggenjotnya secara optimal. Karena itu, percepatan KUR bukan main-main dan harus segera dilakukan. Mas Te