OPINI | POLITIK
“Seluruh mahasiswa unjuk rasa menuntut pemerintah dunia mengambil tindakan tegas agar Israel berhenti melancarkan operasi militernya di Gaza”
Oleh : Uci Riswahyu,S.Akun
DUNIA kini masih menyaksikan jeritan pilu warga palestina akibat serangan zionis Israel yang semakin Membabi buta. Melalui rasa kemanusiaan hal ini tentu semakin menyayat hati masyarakat dunia, terutama umat Islam yang seharusnya paling merasa tersakiti , sebab bagian dari tubuhnya masih terus dibantai hingga saat ini.
Gelombang demo besar-besaran terus meluas. Para akademisi turun ke jalan menunjukkan solidaritas terhadap warga Palestina. Mulai dari Amerika Serikat, Eropa, hingga ke Asia. Seluruh mahasiswa unjuk rasa menuntut pemerintah dunia mengambil tindakan tegas agar Israel berhenti melancarkan operasi militernya di Gaza. Mereka terus menyerukan gerakan agar perguruan tinggi melakukan divestasi dari perusahaan yang mendukung Israel.
Mereka meyakini perusahaan-perusahaan itu mendukung dan mendanai serangan Tel Aviv di Gaza.(www.cnbcindonesia.com/11/05/2024).
Meski seruan aksi bela palestina dan mengutuk Israel telah menggema diseluruh dunia, namun zionis Israel justru semakin menggila. Agresi militer Zionis kembali melakukan serangan udara pada Ahad (26-5-2024), mengakibatkan kebakaran 14 tenda pengungsi di distrik Tel Al-Sultan, Kota Rafah. Akibat serangan tersebut, 45 orang tewas dan 249 lainnya terluka. Dua hari setelahnya, mereka menembaki kamp pengungsi Al Mawasi, di sebelah barat Rafah, menewaskan sedikitnya 21 orang, termasuk 12 perempuan.
Tidak cukup sampai disitu mereka kembali melancarkan serangan pada Kamis (30-5-2024) yang menewaskan 12 orang, Kemudian melakukan serangan kembali dengan brutal pada (08-06-2024) yang menewaskan 274 orang. Kementrian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas melaporkan setidaknya 37.084 orang tewas selama 8 bulan terakhir sejak Israel menyerang Gaza.(news.detik.com/09/06/2024). Kebiadapan dan pembantaian ini harus segera diakhiri, namun hal itu tentu membutuhkan solusi yang hakiki bukan sekedar gencatan senjata seperti yang menjadi jurus andalan PBB.
Solusi Hakiki untuk Palestina
Dari gelombang pembelaan untuk Palestina setidaknya ada sisi positif yang harus kita jadikan peluang dalam membentuk kesadaran Islam
Pertama, isu Palestina adalah masalah global yang dapat menyatukan pemikiran dan perasaaan umat Islam, kecuali bagi mereka yang iman dan rasa kemanusiaannya sudah mati. Bersatunya umat dalam persatuan akidah Islam adalah kunci bangkitnya peradaban dan kejayaan Islam. Palestina adalah barometer kondisi umat Islam sekaligus katalisator kebangkitan dan kesadaran umat akan pentingnya seorang khalifah yang satu bagi umat Islam sedunia.
Kedua, 75 tahun penjajahan entitas Yahudi atas Palestina adalah bukti bahwa sekat negara bangsa adalah penghalang terbesar bagi penguasa negeri-negeri muslim mengirimkan tentara militernya memerangi entitas Yahudi. Nasionalisme jugalah yang membuat negara Khilafah Utsmaniah mudah dirongrong dan berpecah belah menjadi lebih dari 50 negeri muslim. Ikatan sukuisme, pan-islamisme, pan-arabisme, dan gerakan Turki muda yang digagas Mustafa Kemal sebagai agen Inggris, telah menginisiasi berdirinya negara sekuler Turki hingga Khilafah dihancurkan pada 1924.
Ketiadaan Khilafah menjadi awal mula malapetaka Palestina. Migrasi besar-besaran bangsa Yahudi dari Eropa, pengusiran, pencaplokan, hingga penjajahan tanah Palestina oleh entitas Yahudi, terjadi tanpa henti. Fakta inilah yang harus disampaikan di tengah umat agar mereka mengingat sejarah Palestina hidup damai ketika Khilafah ada dan keterpurukan melanda saat Khilafah tidak lagi menjadi perisai mereka. Kaum muslim harus memahami bahwa tanpa Khilafah, Palestina akan tetap terjajah sebab pokok persoalan utama Palestina adalah berdirinya entitas Yahudi di tanah Palestina.
Ketiga, satu-satunya solusi hakiki bagi Palestina adalah tegaknya Khilafah dan hadirnya seorang khalifah yang akan mengusir dan memerangi Yahudi. Umat tidak perlu berharap pada resolusi PBB karena puluhan resolusi itu faktanya tidak berguna jika AS dan sekutunya menggunakan hak vetonya dalam menganulir kemerdekaan Palestina.
Solusi bagi Palestina bukan pula dengan solusi dua negara (two-state solution) sebab itu berarti mengakui berdirinya “Negara” Zionis di tanah kaum muslim. Sama halnya mengkhianati perjuangan Rasulullah, para sahabat, dan para syuhada yang telah membebaskan Al-Aqsha dengan nyawa dan darah mereka. Sebagai pemilik sah tanah Palestina, kaum muslim seharusnya tidak menjadikan solusi dua negara yang digagas Barat sebagai solusi Palestina.
Oleh karena itu, seruan membela Palestina tidak boleh berhenti hanya pada aspek bantuan kemanusiaan, semisal obat-obatan, makanan, pakaian, membangun rumah sakit, berdonasi, dan sebagainya. Yang lebih urgen, Khilafah adalah solusi tunggal bagi Palestina. Dengan Khilafah, sekat-sekat negara bangsa akan tercerai, persatuan kaum muslim akan terwujud dan penjajah Yahudi akan mudah diperangi dengan jihad fi sabilillah. Wallahu’alam. (**)
*Penulis Adalah Aktivis Dakwah